XXVI

1.8K 108 7
                                    

Tangisan bayi kembar itu mengisi ruangan, dari tangisnya menandakan bahwa mereka sedang merasakan lapar. Book, ibu kandung dari bayi kembar tersebut tidak bersedia untuk memberikan ASI untuk kedua bayinya. Sudah beberapa hari, kedua bayinya lahir, Book belum pernah memberikan ASI untuk mereka. Sehingga, terpaksa mereka diberikan ASI dari pendonor ataupun mengkonsumsi susu formula.

Dua orang perawat mencoba menenangkan bayi kembar tersebut, di tangannya terdapat sebuah botol susu yang berisikan ASI dari pendonor.

Seorang pria berseragam dokter menghampiri mereka yang saat ini berada di ruangan khusus bayi.

"Halo, syukurlah kalian nampak sehat." Ucapnya sambil tersenyum, kedua bayi kembar itu menatapnya sambil masih meminum susu dari botolnya.

"Dokter Mix, apakah terapinya sudah selesai?." Tanya perwat tersebut dan Mix mengangguk.

"Ya, baru saja selesai." Jawabnya sambil tersenyum ramah.

"Dokter, saya sangat prihatin pada kedua bayi ini. Lihatlah, wajah polosnya. Rasanya tidak tega jika mereka tahu yang sebenarnya kalau ibunya tidak ingin menerima kehadiran mereka." Ucap salah satu perawat tersebut sambil mengkhawatirkan kedua bayi kembar tersebut.

"Aku juga berpikir hal yang sama, tentu mereka memerlukan seorang ibu."

"Maafkan ibumu ya nak, aku tahu jika sebenarnya dia tidak bermaksud menelantarkan kalian." Ucap Mix sambil memegangi tangan mungil dari kedua bayi tersebut. Kedua bayi tersebut menatap paras Mix yang manis.

"Kalian sangat menggemaskan." Ucap Mix, ia selalu terlihat senang disaat berinteraksi dengan kedua bayi polos tersebut.

"Sepertinya mereka sudah kenyang." Kedua perawat itu bersiap untuk menidurkan kembali kedua bayi tersebut.

"Selamat tidur, anak manis." Ucap Mix sambil mengusap pelan tangan mungilnya.

____________

Seorang pria cantik yang mengenakan pakaian pasien rumah sakit itu nampak menyibukkan dirinya, ia menorehkan pensilnya di atas sebuah kertas putih sambil menatap pemandangan yang ditampilkan melalui kaca jendela rumah sakit. Kondisinya memang sudah membaik, ada perkembangan yang ia tunjukkan. Sudah sangat jarang dirinya membahas akan kejadian yang menimpanya disaat ia dinyatakan mendapatkan gangguan Stockholm syndrome hanya saja masalahnya kali ini adalah ia tidak ingin menyusui bayinya. Setelah melewati masa persalinannya, ia selalu menolak akan kehadiran kedua bayi kembarnya. Jika seseorang mempertanyakan hal tersebut, ia selalu mengatakan bahwa dirinya tidak pantas menjadi seorang ibu.

Ia menolehkan kepalanya saat ada seseorang yang masuk ke dalam kamar dimana dirinya dirawat saat ini.

"Bolehkah aku masuk?." Tanyanya, dia adalah seorang pria tampan yang saat ini tersenyum padanya.

Pria cantik itu mengangguk sambil membalas senyumannya.

"Kau sedang apa?." Tanyanya lagi, pria itu mendekat pada pria cantik itu dan duduk di sofa bersamanya.

"Menggambar." Jawab pria cantik itu, dan pria tampan itu dapat melihat jika ternyata pria cantik itu membuat sebuah sketsa akan pemandangan yang ditampilkan melalui kaca jendela rumah sakit.

Setiap hari pria itu selalu mengunjunginya, dan ia selalu datang tidak dengan tangan kosong, ia selalu membawa barang yang dijadikan hadiah untuk pria cantik itu.

"Kali ini aku membawakan makanan untukmu." Pria tampan itu menyerahkan sebungkus makanan padanya.

"Terimakasih, tuan." Ucapnya dan itu membuat pria tampan itu tersenyum.

"Gambarmu sangat bagus." Pujinya dan itu membuat pria cantik itu kembali mengucapkan terima kasih.

"Book, bisakah kau tidak memanggilku tuan?." Pertanyaannya membuat Book menghentikan aktivitas gambarnya, ia menatap paras tampan pria itu.

The WitnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang