Her Thoughts

280 24 5
                                    

Layar ponselnya sudah berkali kali berdering notifikasi, membuat Flo yang tengah bersandar di jendela memandangi jalanan dan parkiran rumah sakit terpaksa kembali ke realita. ia berjalan meraih ponselnya di nakas, ada banyak notif pesan masuk begitu Flo menyalakan ponsel.

Matanya bergulir membaca satu persatu, pesan paling ramai ada di grup OSIS yang ia sematkan. Flo menipiskan bibir, kemarin dirinya yang mengusulkan rapat untuk membahas acara festival, justru ia sendiri sekarang tidak masuk sekolah.

Sekilas tentang festival ini.

Selain SAHIS, ada juga beberapa SMA swata elit yang masih dalam satu wilayah. Sekolah tersebut mempunyai ciri khas dan keunggulannya masing masing, seperti SAHIS yang memiliki unsur sejarah dalam struktur bangunannya dan prestasi dibeberapa bidang. Untuk menjaga hubungan baik, kepala sekolah memutuskan untuk mengadakan festival olahraga yang diadakan setahun sekali di lokasi yang berbeda.

Tanggalnya pelaksanaannya berjarak tiga bulan dari tahun sebelumnya. Tahun lalu diadakan pada bulan september, maka tahun ini SMA Tri Satya--sekolah Flo yang menjadi tuan rumah festival pada bulan desember.

Olahraga yang dilombakan ada berbagai macam tergantung sekolah yang menjadi tuan rumah, rapat tersebut dimaksudkan untuk berdiskusi akan melombakan olahraga apa saja untuk menyesuaikan waktu, dana, dan hal eksternal lainnya.

Setelah membalas beberapa pesan, Flo menyibak selimutnya mencari ikat rambutnya tapi tidak ada. Ia berdecak pelan lalu keluar dari kamar serba putih itu, tak lupa ia membawa ponsel untuk jaga jaga. Sambil memegang tiang infus, ia berjalan dengan santai menyusuri koridor rumah sakit.

Orang-orang berjalan melewatinya di sepanjang koridor, pasien, dokter, suster, ataupun pengunjung. Ada yang tergesa gesa, mengobrol kecil, santai dan ekspresi mereka juga bermacam macam, cemas, khawatir, dan terkejut.

Menarik sekali untuk melihat para tokoh figuran di sekelilingnya bergerak seakan mereka punya kehidupan, padahal mereka hanya dibuat untuk meramaikan cerita saja, Flo terkekeh kecil.

Flo mengangkat tangannya menutupi silau matahari yang menyinari wajahnya, matanya menyipit lalu menepi untuk berteduh. Pandangannya menangkap pancuran air kecil di dekatnya, ia memutuskan untuk duduk di pinggiran pancuran.

Tangannya terulur masuk ke dalam air, rasa dingin air semakin menyadarkannya bahwa semua kejadiannya bukanlah mimpi, begitu pula kenyataan bahwa ia masuk ke tubuh orang lain, Flo berdecak pelan.

Bahunya terasa ditepuk pelan membuyarkan lamunannya, Flo menoleh mendapati punggung seorang pria berjalan menjauhinya dan menghilang di belokan dinding, ia menunduk menemukan sebuah earphone dan plektrum di sebelahnya.

🍁🍁🍁

"Lo gatau paniknya gue pas ke kamar Lo tapi penghuninya gak ada?!"

Kini Flo tengah dihimpit oleh Vanya dan Yudhis dengan telinga kirinya penuh dengan ocehan Vanya yang seakan tidak ada habisnya. Merasa kesal, Flo menyumpal mulut Vanya dengan sobekan roti kemasan yang sedang ia pegang.

Vanya mengunyah rotinya dengan kasar, sebelum memasang wajah cemberut menatap Flo sinis. Yudhis yang hanya diam sambil memegangi tiang infus, membuka pintu ruangan Flo membiarkannya masuk.

Setelah memastikan Flo duduk di bangsalnya, Vanya langsung memasang wajah gosip, "Rugi banget hari ini lo gak masuk sekolah."

Flo membuka ponselnya sebelum melirik Vanya penasaran, "Kenapa?"

"Ada kejadian heboh hari ini! Lo tau Aria 'kan?" secepat kilat, Vanya meraih ponsel dari tangan Flo dan membuka sebuah aplikasi disana, tangannya dengan lincah mengetik sebuah akun lalu menunjukkannya pada Flo, "Dia hampir bunuh orang njir! Dorong orang dari atap."

"Kejadian awalnya?" tanya Flo seraya mengeryitkan keningnya.

Vanya mengedikkan bahunya, "Denger denger sih ya, awalnya si Aria mau dorong Delia tapi di tolongin sama temennya, untung ditangkep sama Lintang pas udah kejengkang, nyariss."

Flo tak mengindahkan ucapan Vanya lagi setelah itu, ia memalingkan pandangannya kesal karena melewatkan kejadian itu. Sepertinya Aria berniat mengacaukan cerita entah apa alasannya dan hal itu tidak boleh terjadi.

🍁🍁🍁

Flo duduk diam di dalam mobil sambil menatap bangunan yang bergerak ke belakang dari balik kaca mobil. Malam ini ia diperbolehkan pulang karena dokter tidak menemukan indikasi penyakit serius, hanya disarankan untuk istirahat yang cukup.

ia melirik sekilas Athena yang tengah fokus menyetir disebelahnya, tangannya terulur menekan tombol untuk membuka jendela, menopang kepalanya dengan tangan menikmati angin malam yang berhembus masuk.

"Besok kuat masuk?" tanya Athena tanpa melihat ke arah Flo.

"Kuat."

Tak ada lagi obrolan lagi diantara mereka, sibuk dengan aktivitas masing masing. Flo diam diam memikirkan hubungan keluarga Flo asli, orang tuanya bercerai dan Flo tinggal bersama Athena karena hak asuh.

Dari jawaban Athena atas pertanyaan Flo di meja makan beberapa hari lalu, Flo asli tidak tau kalau orang tuanya bercerai, entah bagaimana caranya ia pun tidak tahu. Satu hal yang bisa ia pastikan, alasan perceraian mereka bukan lah alasan yang sederhana.

"Bilang Mama kalau ada kesulitan," ucap Athena, ia melirik putrinya yang masih menaruh kepala di jendela, diam diam menghela nafas, "Gak perlu ke rumah sakit."

Flo menoleh ke arah Athena, "Iya, maaf."

Bohong.

ia bukanlah orang yang akan buka mulut pada siapapun jika ada kesulitan, jadi jawaban itu hanya formalitas. Flo kembali menaruh kepala di jendela, lagipula Athena bukan orang tua aslinya, Athena hanya tokoh figuran seperti dirinya, tak perlu terlibat terlalu dalam.

Seperti yang selalu ia lakukan dulu.

Tak lama kemudian mereka tiba di rumah, satpam yang melihat mobil sang majikan segera menaruh kopinya dan bergegas membuka gerbang tinggi sambil membungkuk sopan. Flo hanya meliriknya sekilas, langsung menaikkan jendela.

Ya, mengabaikan orang lain.

Flo merebahkan tubuhnya di atas ranjang begitu masuk kamar, menutup pandangannya dengan lengan, postur itu bertahan selama beberapa menit sebelum meraih ponsel di samping kepalanya, jempolnya membuka layar kunci. Pandangannya tak sengaja melihat aplikasi musik dan teringat pria yang menepuk bahunya di rumah sakit.

Ia menduga pria itu yang memberikan earphone dan guitar picks karena saat itu di sekitarnya tak terlalu banyak orang dan jarak mereka pun jauh, tak mungkin bisa menghampirinya dalam waktu singkat.

Flo bertanya tanya alasan pria itu memberikan plektrum  Untuk earphone, ia bingung sejenak sebelum mengingat earphone nya memang hilang satu waktu itu, ia terkekeh kecil.

"What a coincidence."

7/7/24_11:48AM

Soo -

Ilustrasi

Ilustrasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Flo the ExtraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang