A Crazy Person

3.2K 340 3
                                    

Kontras antara introvert dan extrovert terlihat jelas pada pasangan berbeda gender ini. Yudhis yang lebih mendominasi percakapan dan Flo yang bereaksi pasif menjadi pemandangan yang sudah biasa bagi masyarakat SAHIS.

Para murid sering menjodoh jodohkan Flo dengan Yudhis, beberapa bahkan menduga mereka pacaran karena interaksi mereka yang sering dan juga kisah cinta antara ketua dan wakil itu cerita yang menarik.

Tapi dugaan itu dibantah Flo yang secara tegas mengatakan bahwa mereka tidak ada apa-apa apalagi pacaran, juga didukung fakta Yudhis yang pacaran dengan anak sekolah lain meski kini telah putus.

Meskipun begitu, tak sedikit murid yang masih diam-diam berharap mereka jadian beneran.

Tiba di kantin, Flo langsung menyodorkan duit dan diterima Yudhis.

"Nitip apa?" tanya Yudhis.

Netra Flo menyusuri stand-stand makanan yang berjejer memanjang. Setiap makanan ada di SAHIS, mulai dari yang lokal seperti cilok dan kawan-kawan hingga internasional seperti lasagna. Benar-benar sekolah elit, bahkan luasnya kantin ini sepertinya cukup untuk menampung dua studio bioskop.

Flo berfikir sejenak, "Apapun asal gurih."

"Apapun?" tanya seraya Yudhis menelengkan kepalanya bingung, menoleh melihat ramainya kantin, "Hm.. okedeh."

Setelah itu Yudhis menuju salah satu stand dan ikut mengantre, sedangkan Flo mulai mencari bangku kosong.

"Flo!"

Merasa dipanggil lantas Flo menoleh ke asal suara, mendapati Vanya yang tengah melambai ke arahnya dari salah satu meja. Rambut Pixie nya terlihat mencolok diantara siswi lain yang panjang rambutnya lima centi di bawah telinga.

"Udah pesen?" tanya Vanya ketika Flo menarik kursi di seberangnya.

Flo mengangguk kecil lalu menunjuk ke arah Yudhis yang tengah mengantre. Sepertinya sekolah ini menerapkan budaya mengantre alih-alih sistem restoran, cukup aneh mengingat ini sekolah elit.

Prang!

"Anj-" umpat Vanya yang hendak memasukkan sendok ke mulutnya.

Suara pecahan beling mengejutkan Flo yang agak melamun tadi, suasana kantin yang awalnya ramai kini senyap. Flo berbalik guna melihat apa yang terjadi, "Hm.."

Flo hampir lupa kalau di jam istirahat akan ada scene, matanya menyipit menatap dua orang yang kini menjadi pusat perhatian seisi kantin.

_______________________________________

Aku menoleh penasaran, raut wajah gelap Rebecca lah yang pertama kali masuk ke pandanganku. Mataku bergulir menatap Aria yang tengah menunduk, aku refleks melihat sepatunya yang terikat satu sama lain.

"Bangsat!" Rebecca menggeram marah melihat seragamnya basah dan lengannya yang lengket, mataku membulat kala melihatnya menendang keras perut Aria hingga tersungkur, "Lo itu punya mata gak sih?!"

"Gue gak peduli siapa yang ngiket tali sepatu lo atau siapa yang nyekat lo, intinya lo harus ganti seragam gue," sambungnya setelah Rebecca melirik sepatu Aria, kulihat tiba-tiba saja raut wajahnya berubah mengejek, "Eh, anak miskin kaya lo mah gak bakal bisa ganti rugi, ya ga sih?"

"Karena lo ga bisa ganti nih, gimana kalo gue jadiin lo samsak aja! Muka lemah lo tuh samsakable, hahahahaha!"

Plak!

Plak!

Dugh!

"Ssh.."

Tanganku mengepal, meringis melihat adegan itu. Rebecca menendang Aria hingga tersungkur tak berdaya. Aku melihat sekeliling, orang-orang hanya menatap mereka diam bahkan beberapa melanjutkan kembali aktivitas mereka, tak ada satu pun yang berniat menolong Aria.

Flo the ExtraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang