That Boy

133 14 2
                                    

Soo : sorry y'all 😅 buat telat up nya
____________________

"Rapat selesai."

Flo tersenyum tipis memandangi para anggotanya yang kini menampilkan senyum lega, beberapa ada yang sudah bersandar lemas di kursi. Flo melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah enam, cukup lama pikirnya.

"Hati hati pulangnya," ucap Flo saat melihat ada yang sudah menyampirkan tas ke bahu hendak pulang, "Maaf kalau selesainya sore banget."

"Gapapa kak, ga mungkin rapat cuma satu jam," jawab salah satu anggotanya disetujui yang lain.

Mendengar jawabannya, Flo tertawa kecil sambil mengangguk. Ia duduk di kursinya menunggu semua anggota keluar sesekali membalas senyuman mereka. Matanya melirik Yudhis yang masih setia duduk di kursinya, "Gak pulang?"

"Pulang kok," jawab Yudhis sambil meregangkan punggungnya ke belakang, "Lo juga gak pulang?"

Flo menelengkan kepalanya, "Nunggu semua pulang."

"Yaudah, gue duluan. Lo juga pulang, istirahat di rumah, jangan di rumah sakit," ucap Yudhis setelah menyadari nada pengusiran tersirat dari Flo.

Flo tersenyum tipis sambil melihat Yudhis mengemas barang barangnya. Sampai ketika Yudhis menutup pintu, ia menghapus senyum dan menyandarkan seluruh tubuhnya pada kursi sambil menghela nafas lelah. Netra nya melirik jam lalu melirik jendela yang langitnya sudah berwarna jingga.

🍁🍁🍁

Lingkungan sekolah sepanjang Flo berjalan sudah sangat sepi, hanya ada beberapa ruang kelas yang masih menyala dan beberapa anak ekstrakulikuler seperti cheers dan basket. Flo mematikan lampu dan menutup pintu kelas setelah mengambil tas, untuk memberi tanda satpam kalau kelas sudah bisa dikunci, aturan tak tertulis.

Flo berjalan melewati pinggir lapangan sesekali menoleh ke arah sana, sosok pria yang beberapa hari lalu datang bertukar buku memasuki pandangannya. Diego, pria tanpa nama panjang kini tengah duduk sambil memain mainkan bola basket di pinggir, seragamnya basah, wajahnya menunduk dan rambutnya berantakan.

Sedikit tidak menyangka pria pendiam dan kutu buku sepertinya ikut ekstrakulikuler basket. Flo memalingkan kepala tak acuh tapi sepertinya dunia tidak mengizinkannya karena dengan seenaknya bola basket menggelinding menghalangi jalan, Flo tidak bisa pura pura buta.

Flo mengambil bola itu lalu menoleh ke arah Diego yang sudah mendongakkan kepala. Bingung, satu kata yang bisa menjelaskan perasaan Flo saat ini ketika melihat wajah Diego. Ekspresinya lesu, lelah seperti tak punya semangat hidup, Flo menghampirinya.

"Bolanya," ucap Flo menyerahkan bola itu, berpikir sejenak ia juga memberikan botol air yang baru dibeli, "Ini juga."

Diego mendongak menatap wajah Flo yang berdiri menjulang di depannya sebelum menerima keduanya, "Thanks."

Flo melihat jam lagi, setelah beberapa pertimbangan ia duduk di kursi sebelah Diego, ia tidak mau duduk dibawah. Diego meliriknya sekilas setelah meminum air pemberian Flo. Mereka diam tanpa bersuara, latar suara mereka hanya angin dan sorakan anggota cheers yang latihan, langit perlahan menggelap dan lampu lapangan pun sudah dinyalakan.

"Lo pengen gasih punya kekuatan buat ngulang waktu?"

Pertanyaan yang tiba tiba saja dilontarkan Diego membuat Flo lengah sejenak, ia merenungkan pertanyaan sebelum melirik Diego, "No."

Diego mengangkat satu alisnya tertarik dengan jawabannya, ia menoleh melihat Flo, "Kenapa?"

"Masa lalu ada untuk dilalui bukan diulang," jawab singkat Flo sambil menonton cheers yang kini tengah menyusun pyramid.

Flo the ExtraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang