Side Effect

261 20 0
                                    

Meski pulpen berkali kali jatuh saat diputar di tangan, ia tetap mengulanginya. Di depan ada papan putih yang dipenuhi coretan hitam, ia melihat sekeliling. Jam terakhir setelah istirahat memang saat saat paling malas bagi siswa.

Dapat dilihat dari sebagian siswa yang sudah tidak sefokus jam awal dipagi hari, ada yang tidur, ada pula yang bermain ponsel, ada yang berbisik kecil. Ia melihat guru di meja depan, rupanya bukan murid saja yang malas, guru pun tak terkecuali.

Flo melirik jendela terbuka di sebelahnya yang menghadap lapangan. Matanya menatap ke arah anak kelas 11 yang sepertinya sedang pelajaran olahraga. Daripada menatap coretan penuh angka, Flo lebih memilih menonton adik kelasnya itu.

Angin sepoi-sepoi yang bercampur panas matahari menerpa wajahnya begitu mencondongkan kepalanya ke jendela lalu menopangnya dengan tangan ingin menonton anak kelas 11, alisnya terangkat, "Kelasnya Delia."

______________________________________

"Ish, kenapa sih harus dipilihin guru?" gerutu Mia, ia menoleh cemberut ke arahku, "Yah Del, kita gak sekelompok.."

Aku terkekeh kecil, seperti anak kecil saja temanku ini. Tanganku merangkul Mia sambil menepuk nepuk bahunya santai, "Udahlah, pasangannya buat hari ini doang kok."

"Gue takutnya si Freya nyuruh Aria macem macem buat nyelakain Lo njir," jawab Mia agak berbisik di telingaku.

Aku melirik ke arah Aria yang berdiri di samping Rebecca dan Freya, sepertinya itu gak mungkin. Tapi.. tak ada salahnya berjaga jaga 'kan? Sepertinya ucapan Mia ada benarnya, mengingat bagaimana kejamnya mereka dalam membully.

"Yakin sama gue, ga akan kenapa napa," ucapku berusaha meyakinkan Mia.

Setelah itu bunyi peluit menyudahi pembicaraan kami, guru olahraga di depanku berjalan kepinggir lapangan mengambil bola voli lalu memanggil salah satu siswa, "Semuanya perhatikan, saya akan mempraktekkannya dengan teman kalian dan nanti kalian ikuti dengan pasangan masing masing."

Aku berdiri menghadap Aria sambil memfokuskan pandanganku pada guru olahraga yang tengah mempraktekkan bagaimana melempar bolanya, cukup mudah. Aku mengangguk paham lalu melihat Aria yang sudah memegang bola, "Aria, paham 'kan?"

Aria mendongak melihatku dengan muka sayunya kemudian mengangguk kecil tanpa berbicara, aku memakluminya, mungkin Aria memang semalu itu.

Lemparan pertama di mulai, Aria menerima lembaranku dengan lancar. Kemudian, giliranku untuk menangkap lemparannya, mudah seperti yang aku duga. Gerakannya di ulang berkali kali dengan guru olahraga yang mengelilingi kami sambil menulis sesuatu.

Lemparan demi lemparan membuatku terbiasa dengan bola yang di berikan Aria, tidak aku sangka ternyata dia cukup mahir olahraga? Hm.. sepertinya aku meremehkan tubuh kurusnya, penampilan sehari harinya selalu membungkuk, jadi jangan salahkan aku karena berpikir begitu.

Aku jadi cukup optimis dengan nilai yang ku peroleh nanti. Giliran Aria untuk melempar bola kembali, aku memposisikan kepalan tanganku dengan siap menerima bola.

______________________________________

Buk.

Sontak Flo mengangkat kepalanya seraya mengulum bibir bawahnya melihat itu, netranya melihat Delia yang berdiri terhuyung sambil memegang kepala. Beberapa murid menghampirinya karena suara benturan yang lumayan keras.

"..lo.. misan!"

Suara Mia terdengar sayup sayup di telinga Flo, tapi itu sudah cukup untuk memberitahunya bahwa Delia mimisan. Hal itu membuat Flo menyipitkan matanya lalu beralih melihat Aria yang diam diam berjalan mundur menjauhi Delia.

Adegan yang seharusnya bukanlah Delia mimisan karena terbentur bola, tetapi tersandung kaki karena ingin mengambil bola yang menggelinding ke belakang Freya. Pandangan Flo mengikuti sosok Delia yang ditarik Mia keluar lapangan.

"Lo.. mimisan?" suara bisik Vanya di sebelahnya mengalihkan perhatiannya.

Kepalanya menoleh ke arah Vanya yang memasang wajah kaget bercampur khawatir, rasa pusing menghantam kepalanya, tangannya langsung mengusap bawah hidungnya. Cairan berwarna merah membasahi jarinya, ia mimisan.

🍁🍁🍁

"Darahnya masih keluar ga? Coba gue liat," ucap Yudhis seraya menyingkirkan tangan Flo yang menempelkan tisu ke hidungnya, ia melihat masih ada bercak darah di sana, "Lo pulang aja deh, rapatnya di tunda besok. Gue anter lo pulang"

Flo berdecak, ia tak menyukainya. Flo menatap Yudhis tak setuju, "Waktu kita udah kurang dari sebulan."

Mata Yudhis menatap mata Flo dalam, yang ia lihat disana hanya ada keyakinan. Ingin sekali dia mengucapkan kalau dirinya itu khawatir, tapi ia sudah paham sifat keras kepala Flo, "Oke, kalo gitu gue ke ruang OSIS duluan. Lo istirahat di sini sebentar lagi, masih ada waktu sebelum mulai."

Flo memandangi punggung Yudhis hingga hilang ke balik pintu, tangannya memijat keningnya pelan. Flo tidak bodoh, ia tau Yudhis itu menyukainya atau lebih tepatnya Florence Aneira, tapi sekarang yang ada di tubuh Flo Aneira itu Flo Adeeva, ia tak perlu menghiraukannya.

Sekarang lupakan masalah itu dulu, ia harus menemui Delia untuk memeriksa keadaannya. Kakinya melangkah menyusuri ruang UKS sambil mengintip setiap tirai, kegiatannya membuahkan hasil, ada Delia disana bersama Lintang dan Mia.

Flo tak perlu berbasa basi menghampirinya untuk bertanya kondisinya, melihat Delia sudah bisa bercanda ria dengan Mia dan bertengkar dengan Lintang sudah cukup memeberi tahunya kalau dia sudah baik baik saja.

ia keluar UKS dan bergegas menuju ruangan OSIS, jam pulang sudah tiba beberapa menit yang lalu sehingga koridor sudah lenggang, hanya ada beberapa murid saja yang masih tinggal di sekolah. Saat sudah sampai di depan ruangannya, Flo diam sejenak dan menarik kurva tipis pada bibirnya sebelum membuka pintu.

"Kita mulai rapatnya."

7/14/22_10:56PM

Soo -

Ilustrasi

Ilustrasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Flo the ExtraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang