Parent(s)

536 33 3
                                        

Taman sekolah bukanlah sungguhan 'taman sekolah' tapi lebih tepatnya area semak belukar yang letaknya di belakang sekolah. Dulu kepala sekolah ingin membuat gedung baru di sana, tetapi rencana tersebut diurungkan karena kurangnya dana. Hingga kini area itu tetap tak terjamah karena kepala sekolah berikutnya tak mengusung kembali rencana tersebut.

Flo tiba di tempat sesuai ucapan siswa tadi, ia menebarkan pandangannya mencari sosok manusia tapi nihil, hening. Flo menyilangkan tangan di dada, memutuskan untuk bersandar di tembok berpilok menunggu seseorang atau sesuatu datang.

Menit demi menit Flo lalui, tapi masih belum ada tanda tanda seseorang datang, Flo menyugar rambutnya ke belakang, "Hish.. sial."

Srak srak

Gemersik semak terdengar di sekitarnya membuat Flo waspada, ia berjalan pelan berusaha mencari asal suara, tapi sayangnya suara itu tak terdengar lagi, hanya muncul sekali. Flo memutuskan untuk kembali, tidak ingin membuang buang waktu.

Namun, saat ia berjalan menjauhi area semak, pandangannya menangkap sesuatu yang tergeletak tak bergerak di tanah. Flo berjalan mendekat, matanya menyipit guna melihat lebih jelas, netranya membola tak percaya kala menyadari itu manusia yang wajahnya tertutup plastik hitam.

Bergegas Flo membuka dan menemukan wajah yang sangat familiar.

Delia.

Shit.

Flo langsung menepuk pelan pipi nya berusaha membangunkannya tapi tak berhasil. Ia merogoh saku rok Delia berharap ada ponsel, ketika menemukannya, Flo langsung menelpon Lintang, ia tak sekuat itu untuk mengangkat Delia.

"Taman belakang, sekarang."

🍁🍁🍁

Flo berdiri bersandar di pintu UKS yang tertutup sambil menyilangkan tangannya di dada, menatap diam Delia yang tengah memijat dahinya sendiri setelah diberi minyak beraroma di hidungnya.

Ini ga ada di novel.

Menghapus wajah datarnya, Flo berjalan menghampiri Delia dengan senyum tipis, "Udah mendingan?"

"Udah gapapa kak," Delia tersenyum sayu lalu tersadar sesuatu, "Sebelumnya makasih kak. Kata Lintang, kak Flo yang nyelametin saya."

"Sama sama," balas Flo sambil tersenyum, merenung sejenak lalu melirik luka goresan di lengan Delia, "Tau siapa orangnya?"

Delia melihat lengan dan tangannya yang terluka karena goresan semak, menggeleng pelan, "Gatau kak, ada murid yang bilang kalo Freya nyari saya di taman belakang."

Bodoh.

Pemikiran itu hanya Flo tahan di dalam hatinya sedangkan wajahnya tersenyum tipis, "Lain kali, jangan sembarang percaya."

Mendengar ucapan Flo, Delia hanya bisa meringis menyadari kesalahannya, "..iya kak."

Netranya melirik Lintang yang hanya diam menyimak pembicaraan, "Kalo gitu, kaka pulang duluan ya, cepet sembuh."

"Makasih, kak."

Kakinya keluar UKS seraya menghapus senyum tipis, wajahnya muram memikirkan kejadian barusan. Perasaannya campur aduk sepanjang hari ini, ia tidak menyukai ketidakpastian.

🍁🍁🍁

Flo meregangkan tulang lehernya seraya membuka pintu rumah, saat melangkah masuk kedalam, ia merasakan suasana tidak mengenakkan mengelilingi seisi rumah. Flo mengerutkan dahinya bingung, ia melihat sekeliling sambil berjalan pelan masuk.

Di ruang tamu terdapat dua manusia dewasa berbeda gender, tengah duduk berhadapan dengan ekspresi yang sama sekali kontras. Si wanita memasang wajah dingin tanpa ekspresi sedangkan si pria memalingkan wajah dengan ekspresi tajam.

Flo the ExtraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang