Aku mengetuk pintu ruang kerja ayahku, lalu terdengar suaranya yang menyuruhku masuk. Saat aku membuka pintu, dia berdiri menyambutku.
"Jungkook, akhirnya kau datang juga" ucapnya sambil memelukku. "Siapa pria tampan yang bersamamu?" Tanyanya begitu melihat Jin.
"Kau dan Ji-Hoon menginginkan aku mencari 'teman' untuk akhir pekan ini agar aku bisa membersihkan imageku. Appa, ini Kim Seokjin" ucapku sambil menatap Jin, dan dia tersenyum.
"Bukankah dia cantik?" Tanyaku sambil menyibakan rambut di dahi Jin, dan dia menunduk tersipu. "Lalu hari ini aku mengetahui bahwa eomma telah mencarikanku seorang istri, yang mana ini adalah sebuah lelucon untukku" aku berkata sambil menatap ayahku untuk melihat di pihak siapa dia berada.
"Maafkan aku, aku akan berbicara dengannya" kalian pergilah tidur, aku tahu kalian pasti lelah setelah perjalanan" ucapnya sambil memeluk kami berdua.
"Senang bertemu denganmu Seokjin, nama yang indah."
"Terima kasih tuan karena telah mengizinkanku masuk ke rumah Anda, dan menerimaku ke dalam kehidupan Jungkook." Ucap Seokjin sambil membungkuk.
"Nak, aku belum pernah melihat Jungkook tersenyum sebanyak ini... yah, kau berhasil." Ucapnya sambil menepuk pundak Jin.
Kami meninggalkan ruang kerja ayahku dan aku membawa Jin ke kamarku, dimana para pelayan meletakkan tas kami.
"Apa kau tak keberatan jika kita tidur di ranjang yang sama?" tanya Jin.
"Aku lebih dari baik-baik saja." Jawabku singkat sambil tersenyum, membuat rona merahnya semakin dalam.
Aku berjalan ke arahnya dan meletakkan tanganku di pipinya "kau begitu mudah tersipu, sangat cantik" ucapku hampir berbisik.
"Kau adalah satu-satunya orang yang membuatku merona seperti ini" jawabnya berbisik.
"Itu karena kau menyukaiku" kataku sambil mengedipkan mata. Dia memutar matanya.
"Oh benarkah?" tanyanya sinis. Aku tertawa, menggenggam tangannya, dan mencium keningnya.
"Aku akan mandi, kau bersiap-siaplah untuk tidur." Dia mengangguk dan mengambil tasnya.
Keesokan paginya aku terbangun dengan Jin yang berada dalam pelukanku. Aku tak bisa menahan diri untuk tidak menatap keindahan yang berbaring di sini, mendekapku seperti monyet kecil. Aku telah melakukan begitu banyak hal yang mengacaukan hidupku, tidur dengan orang asing secara acak, minum terlalu banyak, menyakiti orang lain, serta mematahkan hati dan semangat banyak orang. Aku tak pantas mendapatkan malaikat ini, tapi aku berharap dia dapat melihat suatu kebaikan dalam diriku dan membantuku untuk mengubah diriku. Aku mencium keningnya, dan dia tersenyum dengan mata terpejam.
"Selamat pagi, cantik" ucapku.
"Selamat pagi Kookie" ucapnya dengan suara khas orang yang masih mengantuk. "Ya ampun, maafkan aku... Apa aku membuatmu tak bisa tidur?" Ucapnya cemberut.
"Aku tidur nyenyak sekali, aku senang memelukmu semalaman Seokjin, sudah lama sekali aku tidak tidur dengan seseorang di ranjang" kataku sambil mendorong rambutnya ke belakang telinganya. Dia tersenyum dengan senyuman yang indah padaku yang membuat hatiku melonjak, perutku seperti ada ribuan kupu-kupu beterbangan didalamnya, dan wajahku menjadi panas.
Dia bangkit dan pergi ke kamar mandi. "Apa rencana kita hari ini Kookie, selain acara amal?" tanya Jin dari kamar mandi.
"Tidak ada, apa kau mau jalan-jalan keliling kota?" tanyaku.
"Ya aku mau... Aku akan menelepon Caroline untuk membelikannya beberapa souvenir" ucapnya dengan sikat gigi di mulutnya. Aku tertawa dan menggelengkan kepalaku.
"Ayo kita turun dan sarapan, aku yakin pelayan sudah menyiapkan makanan. Setelah itu kita bisa pergi ke kota, tapi sayangnya aku harus memakai masker karena para wartawan ada di kota untuk acara eommaku nanti malam." Ucapku.
Jin dan aku pergi ke kota selama beberapa jam, dia memanjakan keponakannya dengan membeli banyak souvenir. Kemudian kami makan siang bersama, tapi saat kami kembali ke rumah pantai kami mendengar teriakan. Begitu kami masuk, kami melihat orang tuaku sedang bertengkar. Mereka saling berteriak satu sama lain.
"HEY" mereka berdua menatapku.
"Apa yang sedang terjadi?" Tanyaku dengan marah.
"Kau tak akan datang ke acara amalku bersamanya. Kau akan datang bersama May." Eomma berkata dengan marah.
"Tidak. Dia datang bersama Seokjin, dan dia akan ada disana bersama Seokjin. Soo-Min lebih baik kau suruh pulang saja si bodoh itu, dia tak perlu ada di sini." bentak ayahku.
"Beraninya kau.. Dia adalah calon menantumu Jeon Hye, jangan berani-beraninya kau bicara seperti itu tentangnya" eomma balas membentak.
"Anakku tak akan menikahi gadis itu Soo, pulangkan dia atau aku yang akan melakukannya" ucap ayahku.
"Bisakah kalian berdua berhenti? Aku tak peduli dia akan tinggal atau tidak. Eomma, aku disini bersama Seokjin dan aku tak akan menikahi gadis itu. Aku tak tahu kenapa kau berpikir kau harus mencarikanku seorang istri" kataku dengan tenang.
"Karena orang ini tidak menjagamu, kau masih saja keluar, mabuk-mabukan dan berkelahi, kemana dia saat itu?" teriaknya.
"Sudah kubilang eomma, dia tak bisa bersamaku setiap saat, dia punya kehidupan dan pekerjaan, tapi dia membuatku ingin menjadi lebih baik, lebih baik untukku dan lebih baik untuknya, jika aku harus menikah dengan seseorang maka itu adalah Seokjin" ucapku.
Aku merasakan tangannya meraih tanganku dan meremasnya, memberitahuku bahwa dia bersamaku, dan itu adalah kenyamanan yang paling besar yang bisa ditunjukkan oleh siapa pun kepadaku.
"Jeon Jungkook, selama kau menjadi anakku, kau tak akan menikah dengan seorang pria, kau akan menikah dengan May, dia adalah putri sahabatku. Dia bisa memberimu bayi, dan mereka akan ada di sini malam ini, jangan permalukan aku" ucap eomma dengan suara dingin penuh perhitungan.
"Tolong hentikan omong kosong ini.. sahabatmu adalah seorang pelacur yang menikam dari belakang. Dia telah mencoba untuk tidur denganku selama bertahun-tahun, tapi kau terlalu buta dan tak mau melihatnya. Anakku akan menikah dengan siapa pun yang dia inginkan" ucap ayahku.
Jin berlari ke atas, jelas kesal dengan semua yang dikatakan.
"Ini sudah selesai, apa sulit dimengerti? Aku jatuh cinta pada Jin setiap menit aku bersamanya. Dia orang yang luar biasa dan kau akan tahu itu jika kau benar-benar meluangkan waktu sebentar untuk berbicara dengannya" ucapku dengan kesal.
Kemudian aku berlari mengejar Jin. Dia berdiri di balkon, aku melingkarkan tanganku di pinggangnya.
"Apa kau baik-baik saja? Maafkan aku... Aku hanya memikirkan diriku karena aku sudah terbiasa dengan hal ini. Aku tak memikirkan bagaimana kau akan menanganinya" kataku sambil meletakkan dagu di bahunya.
"Mungkin aku harus pergi, Jungkook. Aku tak diinginkan di sini" ucapnya dengan sedih.
"Aku ingin kau di sini, ayahku sudah menyukaimu, jangan biarkan eomma menakut-nakutimu, dia akan mengerti nanti."
Aku membalikkan badannya dan mencium bibirnya yang cemberut.
"Bibir ini sangat indah. Kau tahu, pikiranku sangat kotor saat melihatnya."
"Benarkah? Pikiran kotor seperti apa? Tanyanya penasaran.
Ugh... Aku benar-benar menginginkannya sekarang.
*****🐰🐹*****
Hmmm... Jin ini emang polos apa pura2 gak tau yaa 🤭
KAMU SEDANG MEMBACA
Temporary Boyfriend ✔️
Short StoryJungkook adalah seorang ldol yang imagenya sudah tercemar karena perilaku mabuknya yang keterlaluan. Sering kali muncul di seluruh berita dan media sosial, manager dan keluarganya merasa dia perlu membersihkan image dan juga kehidupannya. Cara terba...