8. The End of Our Story?

857 74 1
                                    

Jungkook POV

Sudah setahun berlalu sejak akhir pekan gila yang mempertemukan aku dan Jin. Sampai hari ini, saat itu masih merupakan akhir pekan terbaik dalam hidupku.

Aku masih membuat musik dan Jin masih menjadi pengacara. Jinku yang sempurna masih tetap sempurna. Aku tidak melakukan tur terlalu sering karena aku tak tahan berada jauh dari Jin terlalu lama, jadi jika dia tak bisa pergi denganku, aku pergi untuk satu atau dua hari dan kemudian pulang.

Kami sekarang tinggal bersama dan sedang merencanakan pernikahan kami. Aku kembali dari Hongkong setelah pergi selama 2 hari dan aku akan memberikan kejutan padanya. Dia tak tahu kalau aku akan pulang lebih awal.

Aku menelepon Yoongi dan bertanya apakah Jin ada di pengadilan hari ini, dia menjawab tidak, tapi dia sedang membantu Namjoon mempersiapkan kasus besar yang sedang dia tangani dengan ayah mereka. Aku memberi tahu Yoongi tentang rencanaku untuk memberi kejutan pada Jin dan dia berkata bahwa dia akan mengirim pesan padaku saat Jin meninggalkan kantor. Aku berada di pesawat sekarang untuk kembali ke Korea, kembali pada cintaku.

Terakhir kali aku pergi ke luar kota untuk konser, aku membawa Caroline, dia masih dalam masa pemulihan dan baik-baik saja. Dia benar-benar telah menjadi sahabatku dan dia sangat suka memamerkanku pada semua teman-temannya dengan memanggilku uncle Kookie.

Setelah meninggalkan bandara, aku mampir ke toko dan membeli barang-barang untuk membuatkan Jin makan malam. Sesampainya di rumah, aku langsung naik ke tempat tidur dan membenamkan wajahku ke bantal Jin. Aku butuh aroma mawar dan vanila. Setiap kali aku pergi, aku mencuri sarung bantalnya dan membawanya. Itu menenangkanku dan membantuku tidur.

Aku tak pernah berpikir bahwa aku akan menjadi tipe orang yang tak bisa tidur tanpa seseorang di sampingku.

Aku tiba dirumah, dan rumah terlihat bersih seperti biasa, jadi aku hanya perlu mencuci baju, lalu aku akan makan malam dan menjalankan rencanaku.

Yoongi mengirimiku pesan dan mengatakan bahwa Jin sudah keluar dari kantor. Jadi aku meletakkan makanan di atas meja di kamar tidur dengan lilin, scotch berusia 50 tahun, dan Netflix di TV.

Setelah aku mandi, aku memastikan bahwa bunga-bunga sudah ada di atas meja di lantai bawah dan ditata dengan sempurna. Aku berlari ke atas dan naik ke tempat tidur, menunggu. Beberapa menit kemudian aku mendengar teriakan dan suara orang berlari ke atas, pintu terbuka dan dia ada di hadapanku.

"Kookie, kau sudah pulang... Aku sangat merindukanmu." Ucapnya sambil menangkup wajahku dengan ciuman dan memelukku.

Inilah kenapa aku senang pergi untuk perjalanan singkat, dia bertindak seolah aku pergi selama berbulan-bulan.

"Aku juga merindukanmu Jin, pergilah mandi dan aku akan menyiapkan makan malam" ucapku sambil menariknya dari tempat tidur. Dia melingkarkan lengannya di tubuhku dan menciumku yang membuatku terengah-engah. Dia mencolek hidungku dan masuk ke kamar mandi lalu menutup pintu. Aku kemudian menata makanan kami dan meletakkan nampan di atas tempat tidur. Aku menuangkan wiski dan menyetel acara favoritnya.

Kami berpelukan dan saling menyuapi, sedikit mabuk karena wiski dan mulai bercumbu dan membuka pakaian satu sama lain, ini adalah bagian terbaik dari pulang ke rumah setelah bepergian. Aku mendapatkan Jinnie yang lincah dan bersemangat. Dia mulai menciumku, mendominasi mulutku dan menghisap lidahku. Akh dapat merasakan wiski di bibirnya, membuatku semakin mabuk.

"Apa yang kau inginkan malam ini sayang?" Tanyaku padanya.

"Aku ingin bercinta denganmu Kookie, aku sangat merindukan berada di dalam dirimu" ucapnya.

"Apapun untuk Jinnie" bisikku dalam ciuman kami.

Jin dan aku berganti peran, dan kami menyukainya, ini membuat kami berdua bisa memegang kendali sesekali. Dia berbaring di antara kedua kakiku dan memasukkan penisku ke dalam mulutnya.

"Aah... JIN..." aku berteriak.

Dia menyiksaku, memasukkan penisku ke dalam dan keluar dari mulutnya secara perlahan, dan bibirnya, Tuhan bibirnya membuatku gila. Aku tak bisa menahan diri untuk tidak mendorong pinggulku agar penisku masuk lebih dalam ke tenggorokannya. Dia mulai fokus pada kepala penisku, dan aku kehilangan kendali. Dia mendorongku masuk penisku ke dalam mulutnya dan menelan semua cairan yang kuberikan. Aku kehabisan napas dan sudah kehabisan tenaga, tapi dia kembali menaiki tubuhku, meninggalkan ciuman di seluruh tubuhku.

Dia mengaitkan lututku dengan lengannya, membawanya ke bahuku, sementara kakiku yang lain melingkar di pinggulnya. Dia mencium bibirku, leher, dan juga dada saya, sementara kejantanannya mulai masuk ke dalam lubang kenikmatanku.

"Aaah... JIN..." Aku mencoba untuk berkata tapi hanya desahan yang keluar.

"Lebih cepat sayang, lebih cepat" ucapku membutuhkannya untuk mendominasiku, menyakitiku, membuatku sulit untuk berjalan besok. Jinku adalah seorang pria yang diberkati dalam hal kejantanan, dan ketika dia mulai beraksi, tak ada yang bisa menghentikannya dan aku harus mengambil cuti keesokan harinya untuk memulihkan diri.

Dia menarik keluar miliknya dan membalikkan badanku. Dia mulai mendorong kejantanannya lebih dalam, lagi dan lagi. Dia memegang pinggulku dan mulai menghujamkan penisnya ke dalam diriku tanpa ampun, desahan dan erangannya membuatku hampir mencapai orgasme. Tapi saat aku merasakan keringatnya membasahi punggungku dan bergulir ke arah leherku, aku kehilangan kendali dan keluar di atas seprai.

Dia meraih dan mengusap milikku yang baru saja mengalami orgasme. Dorongannya mulai ceroboh dan dia bernapas lebih terengah-engah. Aku tahu dia sudah dekat. Dia mendorongku ke bawah rata dengan di kasur dan berbaring di atasku, memegang tanganku di atas kepalaku, dan menindihku.

Aku mencapai orgasmeku yang kedua kalinya dan saat tubuhku masih bergetar karena pelepasanku, dia mengeluarkan cairannya di dalamku, merintih, sementara gerakannya melambat.

Dia berbaring di atasku selama satu menit, sambil mengatur napasnya. Ketika dia berguling, dia menarikku bersamanya sambil memelukku.

"Aku sangat merindukanmu Jinnie" ucapku sambil memeluknya lebih erat.

"Aku juga merindukanmu Kookie, dan kau luar biasa untukku malam ini, tapi kita belum selesai" katanya sambil membelai penisku lagi. Aku menatapnya dengan rasa takut di mataku, karena aku benar-benar sangat sakit dan aku tak berpikir kalau aku bisa menerimanya lagi.

"Giliranku sayang" ucapnya sambil mengedipkan mata. Aku tersenyum.

"Dengan senang hati."

"Aku sangat mencintaimu Jin, aku sangat senang kau datang ke dalam hidupku saat aku membutuhkan kekasih pura-pura, dan aku sangat senang kau tetap bersamaku, karena kisah kita unik, siapa yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan...



Tamat? 🤔

Temporary Boyfriend ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang