Prolog

400 42 33
                                    

Hantu itu…

Tidak ada—

Tapi…

Aku melihat mereka.

.

.

🦁Yizhan🐇




PROLOG

Namanya Sean, remaja yang baru saja menginjak usia yang ke tiga belasnya hari ini. Ia bahagia, meskipun ayah dan ibunya sudah berada di surga. Mungkin mereka melihatnya, dari salah satu bintang yang ia yakini paling terang.

Ia tak sekolah, karena ia seseorang yang di besarkan di salah satu panti terpencil yang jauh dari kota. Ia hidup di sebuah tempat yang di kelilingi oleh hutan, bersama dengan teman-temannya yang lebih tua darinya. Bersama ibu dan pengurus panti lainnya yang berpakaian serba tertutup, persis seperti pemuja. Bersama para ayah yang selalu membaca kitab suci dan bermain kartu yang Sean tidak tahu bagaimana menyebutnya.

Orang-orang memberi selamat padanya, mengucapkan betapa ia harus menjadi dewasa setelah ini. Semoga ia menjadi orang yang berguna dan—

"Semoga kau menjadi pahlawan untuk kami semua."

Kata-kata yang paling ia ingat dan doa yang paling membekas di hatinya, dari wanita cinta pertamanya. Seseorang yang selalu ia panggil dengan sebutan "Kakak", seseorang yang selalu meletakkan rangkaian bunga indah di kepalanya sebagai sebuah mahkota. Wanita yang ia cita-citakan akan menjadi istrinya kelak.

"Sean, kami semua mencintaimu. Kami yakin hanya kaulah yang bisa menyelamatkan kami." kata-kata ambigu yang Sean tak mengerti. Ia hanya tersenyum dengan khasnya.

Hingga malam tiba—

Ketika hujan turun rintik-rintik dan enggan menjadi badai yang besar. Ia merasakan dirinya diikat, hujan membasahi wajahnya dan ia terbangun dari tidur nyenyaknya. Ia yakin ini hampir tengah malam. Rembulan ada di singgasananya seolah langit sedang cerah, awan enggan menutupi rembulan di sana.

"Lepaskan! Ada apa ini?" teriak Sean. Ia meronta sekuat tenaga tapi yang ia dapati hanya beberapa orang yang tinggal bersamanya yang berdiri di sekitarnya. "KATAKAN PADAKU, ADA APA INI? IBU!" Sean memanggil ibu asuhnya. Apakah ini salah satu kejutan yang di berikan padanya.

"Bukankah ini seru." bibir Sean seolah terkatup rapat. Seorang lelaki berbisik di telinganya. Satu-satunya orang yang tak ia kenal di sini. "Lihat mereka dari ujung matamu!" Sean tak tahu, tapi entah kenapa pria itu seolah memaksanya untuk percaya.

Sean menurutinya, melihat dari sudut matanya.

Dan—

Ia terpaku. "AAAARRGGG….! LEPASKAN AKU KUMOHON! HUWAAA! TIDAK! TIDAK!" ia berteriak dengan suara yang begitu sarat akan ketakutan. Ia meronta sekuat yang ia bisa.

Ia melihat mereka, keluarga seorang Sean Xiao. Dengan mata yang hilang, darah yang keluar dari tubuh mereka, bagian tubuh yang membusuk, dan seolah semuanya tidak benar adanya. Mereka bukan manusia.

"Selamat datang, Sean." ucap lelaki itu. Satu- satunya orang yang memiliki wujud seperti manusia di sini. Dia tertawa usil, dan seorang wanita cantik dengan rambut panjang ikalnya berdiri di sisi kiri, berhadapan dengan sang lelaki aneh—menurut Sean. Wanita yang sangat cantik bahkan Sean menilai kecantikannya lebih dari wanita yang pernah ia jatuh cintai, cinta pertamanya yang kini menjadi salah satu mahluk yang menakutinya.

GHOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang