06: Black Cat

52 12 4
                                    

Mereka bilang, kucing hitam itu adalah kucing yang membawa malapetaka, kesialan, dan pertanda buruk. Siap Zhan kurang percaya tahayul seperti itu. Terdengar konyol sebenarnya dibenaknya, tapi ia hanya mengangguk saja. Dia kan takutnya pada hantu, bukan tahayul apalagi dengan kucing.

"Xiao Zhan!" suara cempreng Hao Xuan yang memanggilnya membuatnya menoleh. Xiao Zhan memajukan mulutnya, ia tidak suka di panggil oleh Hao Xuan. Alasannya normal, karena Hao Xuan akan menyuruhnya melakukan hal aneh dengan ancaman jika tidak ingin melakukan, Hao Xuan akan menceritakan cerita seram rumah yang sedang mereka tinggali sekarang.

Keadaan berbalik. Xiao Zhan dalam posisi teraniyaya karena rasa takutnya.

"Hari terasa sangat dingin." tidak ada penghangat ruangan di sini, seperti asrama mereka.

Ini hanya rumah kecil yang terdiri dari ruang tamu, dapur, kamar tidur, dan kamar mandi. Bukan liburan, melainkan keterpaksaan oleh pihak sekolah yang mengharuskan mereka melakukan survei di sebuah desa di pergunungan yang sedikit terpencil—jauh dari kota. Xioa Zhan tidak suka, ini mengharuskannya tidak bisa menonton siaran favoritnya yang akan main di channel tiga, dua puluh menit lagi.

Xiao Zhan kembali mendudukkan dirinya di tikar tipis yang sebelumnya telah di bentangkan oleh Sehun dan di bersihkan oleh Sean. Mencoba menikmati dirinya sebagai pengangguran satu-satunya dibanding teman-temannya yang kini sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Seperti memasak, mengambil air, atau setidaknya sekedar memperhatikan yang lain sibuk.

Bosan.

Xiao Zhan mengharapkan Sean setidaknya duduk di sampingnya dan bercerita tentang betapa menariknya siswi sekolah seberang yang sering lewat di depan sekolah mereka. Itu cerita menarik untuk anak SMP yang menginjak usia pubertas seperti dirinya.

"Kau lapar?" Yibo, seseorang yang selalu bisa diharapkan tentang apapun mendudukkan dirinya di samping Xiao Zhan. Dia menyerahkan semangkok ramen dengan asap mengepul pada Xiao Zhan. Xiao Zhan tidak menjawab, hanya menerima dengan senang hati dan mulai menyuapi dirinya sendiri.

"Kurasa di dalam akan sangat hangat." gumam Xiao Zhan menunjuk kamar yang tepat di hadapannya. Kamar yang pintunya hanya ditutupi tirai berwarna hijau tua. Yibo hanya tersenyum samar, sangat aneh untuk seseorang seperti Yibo memberikan keramahan. Dia hanya mengacak surai Xiao Zhan dan kemudian masuk ke dalam kamar itu.

.

.

"Ke mana Yibo?" Xiao Zhan tersentak. Dia menoleh pada Sean yang bertanya.
"Di kamar." jawab Xiao Zhan sambil menatap tirai yang tertutup. Tirai yang masih berwarna hijau tua. Xiao Zhan tak ingat sejak kapan dia duduk diam meantapi tirai menunggui Yibo memanggilnya untuk tidur di dalam. Xiao Zhan melirik pada mangkok mie yang kosong di sampingnya.

"Dia belum keluar juga?" Tanya Sean dan Xiao Zhan mengatakan belum dengan suara yang nyaris tidak terdengar.

"Yibo!" Xiao Zhan memanggilnya. Bermaksud untuk masuk ke dalam kamar itu. Tapi sepasang tangan menghentikannya. Tangan yang terasa sangat panas hampir membakar kulitnya. Xiao Zhan mendongakkan wajahnya, dan kengerian menghantam dirinya. Seorang wanita berkulit putih pucat, sebagian wajahnya terbakar dan taring di giginya terlihat menatapnya sendu. Dia menggeleng, memaksa Xiao Zhan untuk tidak masuk ke dalam sana.

Xiao Zhan terduduk. Ia takut dan ketika dia berbalik, ia menemukan Sean yang di penuhi darah di sekujur tubuhnya. "YIBOOOO!" teriak Xiao Zhan ketika matanya menangkap sosok-sosok yang dipenuhi darah bergantung begitu saja di langit-langit rumah—sosok yang ia kenal sebagai sahabat-sahabatnya.

"Sehun? Hao Xuan? Yubin?" Mata Xiao Zhan bergerak liar. "Sean?" air mata itu jatuh juga ketika Sean menghembuskan napas terakhirnya.

"Tidak! Tidak! TIDAAAAKKKK!" Pekiknya

GHOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang