Wajah Yibo terlihat memucat. Ini salahnya, salahnya sepenuhnya. Dia tak seharusnya menyeret teman-temannya dalam permainan konyol pemanggil hantu dengan embel-embel demi Sean. Dia egois. Itu semua karena dirinya.
Malam itu terasa sangat sepi.
Pada kenyataannya, Yibo memang tidak pernah meninggalkan asrama mereka ketika malam hari. Dia tak bisa mendeskripsikan dengan detail malam itu jika di bandingkan dengan malam-malam lain. Gelap, sunyi, dan mencekam. Yibo bahkan tak merasakan keberadaan orang hidup di sekitarnya. Hanya ada kedua seniornya yang terlihat berlari terburu-buru.
Kenapa mereka harus berlari terburu-buru?
Kenapa ia merasa takut?
Bukankah mahluk-mahluk itu tidak ada? Kenapa mahluk itu bisa menyakiti mahluk nyata seperti dirinya dan teman-temannya?
Ribuan pertanyaan memenuhi pikiran Yibo. Tapi ia tak bisa menjawab satupun dengan bantuan logika dan pengalaman hidupnya. Semua terasa samar. Yibo tidak menemukan titik terangnya, karena ia tak percaya. Apakah ia harus percaya sekarang? Dengan hal berbau mistis yang dapat menyakiti manusia? Ini bahkan lebih konyol dari hal berbau metafisika.
Mereka berdiri di depan pintu besar asrama yang tertutup. Angin malam yang dingin berhembus, membuat ketiganya merinding.
"Aku merasakan firasat yang tidak enak." Yuchen selalu mengutarakan apa yang ada di dalam hatinya. Senior berkepala besar dengan aksen emo itu merasa ini tidak akan mudah seperti mereka dahulu. Ini tidak bisa di selesaikan dan berakhir baik-baik saja seperti sebelumnya. Hantu itu—
Entahlah.
Yuchen tidak dapat mendeskripsikannya. Dia percaya dan dia tidak takut. Hanya saja, mereka berbahaya. Dia bukan seseorang yang mengenal dengan baik sosok asing itu. Bukankah artinya ia tidak bisa menemukan solusi yang tepat untuk menyelamatkan para adik kelasnya?
Iseng.
Luhan bisa mengingat, dahulu ia sering bermain. Bermain "Card Game", dia ingat sekali Haikuan hampir menangis untuk melarangnya bermain hal-hal seperti itu. Tapi bukankah tidak menarik sekali jika takut sebelum melakukan.
Dia ingin tertawa mengingatnya. Ketika benda-benda di sekitar mereka bergerak sendirinya, suara-suara aneh terdengar melingkupi. Dia bersyukur Haikuan ada di sana, menabur garam dan berhasil mengembalikan seperti sedia kala. Sejak saat itulah dia percaya hal-hal berbau mistis.
Sebuah suara membuat langkah ketiganya berhenti melangkah masuk ke dalam gedung asrama. Suara nada dering biasa milik ponsel Luhan terasa mengerikan, di tengah kesunyian mencekam. Luhan melirik nama Haikuan yang tertera di ponselnya. "Telpon dari Haikuan, tunggu sebentar!"
"Tapi teman-temanku!" Yibo ingin menghentikan ini secepatnya. Dia ingin memastikan segalanya baik-baik saja di dalam sana. Ia harap mereka akan menangis dan mengatakan mereka tak bisa memanggil satupun hantunya. Ia berharap semua pekerjaan mereka sungguh sia-sia.
"Tenanglah!" Yuchen menarik tangan Yibo, menyuruh juniornya itu untuk mengikuti apa yang sedang dipikirkan oleh Luhan. Kebetulan bahwa Haikuan menelpon mereka, mungkin saja pria dukun itu mengetahui sesuatu.
Luhan mengangkat telpon itu, langsung mengaktifkan mode loudspeaker.
"HEI XI LUHAN! KAU TIDAK SEDANG MELAKUKAN HAL YANG ANEH KAN DI ASRAMA!" suara bentakan Haikuan langsung terdengar. Sepertinya benar lelaki itu mengetahui sesuatu.
"Ti—tidak." Luhan jujur dia tidak melakukan hal yang aneh. Dia hanya pulang kemalaman karena Yuchen. "Aku dan Yuchen hanya terlambat pulang, kami akan segera masuk ke asrama."
"Tidak tidak! Menginap di luar saja!"
Yibo langsung mengambil alih ponsel Luhan. Hanya satu yang ia percaya saat ini. Dia harus percaya pada Haikuan untuk menyelamatkan teman-temannya. "Teman- temanku ada di dalam!"
KAMU SEDANG MEMBACA
GHOST
FanfictionHantu itu tidak ada, tapi aku melihatnya.... "Kau percaya Hantu?" " percaya, Xiao Zhan itu adalah bukti nyata, Ia adalah setan yang terlihat" "Demi Tuhan, mengapa hidupku jadi semengerikan ini!" "Diamlah, Hao Xuan, Aku bahkan tak percaya adanya Tuha...