Entah mengapa rasanya sore itu cuaca seperti turut merasakan perasaan seorang gadis yang saat ini sedang berada di dalam sebuah taksi online. Matanya begitu kemerahan, dadanya juga terlihat naik turun seperti orang yang baru saja lari marathon. Tangan yang berada di atas pangkuannya juga mengepal. Hal ini menandakan ia menahan amarah yang begitu membara.
Ia tak mau mengeluarkan semua amarahnya di depan supir yang tak ia kenal sama sekali. Ia merasa kalah kalau saja ia menangis saat ini. Tidak. Ia tidak boleh kalah. Ia bertekad untuk membuktikan pada semua orang, terutama pria itu bahwa ia tidak kalah.
Malah mungkin ia harus berterimakasih pada pria itu karena kini ia semakin yakin bahwa tidak ada yang namanya cinta sejati, cinta yang benar-benar cinta, apalagi terhadap manusia. Tidak ada pria yang benar-benar setia selain ayahnya dan juga abang iparnya. Selebihnya lelaki itu sama saja. Bajin**n. Itu yang ia fikirkan.
Tak terasa mobil yang ia tumpangi sudah tiba di depan rumahnya. Setelah membayar sejumlah uang yang sesuai di aplikasi, Bunga turun dan berjalan gontai ke dalam rumahnya.
Rumah itu tampak sepi. Memang hanya tinggal beberapa orang asisten rumah tangga yang bekerja disana. Kedua orang tuanya saat ini masih berada di Malaysia untuk urusan bisnis, sedangkan kakaknya beserta suami masih berada di tempat yang membuat hatinya terluka.
Bunga yang sebelumnya berada di Singapura untuk menyelesaikan pendidikan spesialis kedokterannya tidak memberitahukan mengenai kepulangannya yang mendadak pada siapapun karena ia berencana memberikan kejutan pada semua orang. Tapi siapa sangka, malah ia yang mendapatkan kejutan yang benar-benar membuatnya terkejut.
Bunga langsung masuk ke dalam kamarnya. Tanpa mengganti pakaiannya, ia langsung berbaring diatas ranjang dan menarik selimut sampai menutupi kepalanya.
Ia menutup rapat kedua matanya dan berharap bahwa apa yang ia lihat hari ini adalah mimpi buruk belaka. Ya, Bunga meyakini hatinya bahwa ini hanya mimpi. Tapi mengapa terasa begitu nyata, menurutnya.
"Bukankah kamu yang dulu datang dan meyakini aku kalau kamu berbeda dengannya? Kamu berjuang sangat keras untuk meyakinkan hati aku untuk percaya lagi dengan cinta dan akhirnya aku menerima cinta kamu. Tapi lihatlah sekarang, mengapa kamu yang menyakitiku sedalam ini?"
****
"Bik, Bunga sudah sampai di rumah?" tanya Silvia ketika baru saja tiba di rumah orangtuanya.
"Sudah non. Tapi non."
"Kenapa, Bik?" Silvia yang akan melanjutkan langkahnya ke atas terhenti mendengar interupsi sang asisten rumah tangganya.
"Non Bunga kayak orang bingung gitu, non. Tadi bibik manggil tapi dia ngga nyaut. Malah kayak orang bengong, non, jalan terus aja masuk kamar," jelas Bibik Ami. Ketika Bunga masuk dalam ke rumah memang sempat bertemu dengan Bik Ami, bahkan Bik Ami menyapa Bunga. Namun Bunga terus berjalan menuju ke kamarnya tanpa menjawab atau menoleh ke arah Bik Ami.
"Yasudah bibik sekarang istirahat saja. Terimakasih, bik," kata Silvia, kakaknya Bunga.
"Baik non. Permisi ya non Silvia, den Randi," pamit Bik Ami.
Randi kemudian merangkul sang istri untuk membawanya masuk ke dalam kamar mereka yang ada di rumah orangtua Silvia.
"Mas menurut kamu Bunga kenapa, ya? Kok tiba-tiba pulang tanpa kasih tau kita tadi. Ditelfon juga ngga diangkat. Terus tadi kata Bibik dia kayak orang linglung gitu," ucap Silvia ketika mereka sudah berada di dalam kamar.
"Mungkin Bunga masih capek. Dia baru beberapa jam sampai dari Singapura langsung pergi ke pesta pernikahan anaknya tuan Raka," kata Randi yang sambil berlalu masuk ke dalam kamar mandi.
"Tapi Mas, pas masih di rumah Bunga masih baik-baik aja, ngga ada bilang capek atau apa. Bedanya tuh pas udah di hotel tadi. Kenapa ya Mas kira-kira? Kayaknya terjadi sesuatu pas di hotel tadi," ucap Silvia.
Tak ada jawaban dari Randi karena pria itu sudah berada dalam kamar mandi. Silvia yang melihat suaminya sudah tak ada pun juga segera ke meja riasnya untuk menghapus sisa riasan pada wajahnya. Tak lama Randipun keluar dari kamar mandi.
"Mas," panggil Silvia.
"Hmm."
"Menurut Mas ada kejadian apa sih di hotel yang sampai membuat Bunga jadi gitu?" tanyanya.
"Ngga usah menduga-duga dulu, sayang. Besok pagi saja kamu tanyakan sama Bunga," jawab Randi. Pria itu kini sudah siap dengan piyama tidurnya dan langsung menuju ranjang mereka.
"Sudah bersih-bersih sana, setelah itu langsung istirahat. Sudah larut saat ini," sambung Randi yang sudah menarik selimut sampai ke dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga
RomanceBunga Jelita harus kembali menelan pil pahit ketika pria yang selalu meyakini dirinya bahwa ia berbeda dengan mantan kekasih Bunga dulu, kini malah membuat trauma Bunga semakin menjadi. Bunga yang akhirnya melabuhkan cintanya kembali setelah melihat...