Penyesalan yang Datang Terlambat

128 7 0
                                    

"Baru pulang kamu?" tanya seorang pria pada sang istri yang baru saja masuk ke dapur rumahnya.

"Iya, tadi setelah dari rumah sakit mampir ke rumah Mommy dulu. Kamu baru makan malam?" Wanita itu berjalan mengambil minuman yang ada di dalam lemari pendingin.

"Hmm. Tadi aku ngga sempat makan. Bagaimana hasilnya tadi? Maaf aku tidak bisa menemani. Seharian aku harus menemani Tuan Rendra," ujar sang suami.

"Tidak masalah, tadi aku ditemani sama Mommy ke rumah sakit. Hasilnya bagus, janinnya tumbuh sesuai usia kandunganku. Dokternya baik dan ramah, aku juga nyaman sama dia. Walaupun katanya dia dokter baru, tapi dia bagus kok dan aku cocok sama beliau. Sepertinya aku akan terus sampai lahiran nanti," jelas sang istri.

"Memang di rumah sakit mana kamu tadi?" tanya si suami.

"Rumah sakit Bunda Citra."

Pria yang sedang makan itu langsung menghentikan kegiatannya setelah mendengar nama rumah sakit yang tidak asing ditelinganya itu.

"Siapa nama dokternya?" tanyanya penasaran. Ia berharap bukan nama itu yang akan istrinya sebut.

"Dokter Bunga."

Degh.

Dada pria itu berdetak kian kencang mendengar nama yang begitu ia rindukan. Nama yang sampai detik ini masih harum dalam sanubarinya. Beruntung sang istri yang berdiri di belakangnya tak melihat bagaimana warna wajahnya saat ini.

"Dokternya cantik, sabar dan juga ramah. Penjelasannya juga sangat mudah aku pahami. Tapi kenapa sepertinya wajahnya tidak asing, ya." ujar wanita itu. Ia tidak menyadari ketegangan pada wajah sang suami.

"Aku pergi dulu." Sang pria langsung berdiri meninggalkan ruang makan.

"Mau kemana kamu, Malik?" tanya sang istri.

"Tidak usah menungguku," jawabnya sambil berlalu.

Pria yang bernama Malik Ahmad itu segera memasuki mobilnya dan mengendarainya dengan cepat tak tentu arah. Hatinya kini begitu sakit mengingat wanita yang amat ia cintai. 

Ia yakin sekarang wanitanya itu sudah mengetahui alasan ia memutuskan hubungan mereka dua minggu yang lalu. Dan ia sangat yakin bahwa wanitanya itu kini semakin membencinya. Bukan hanya benci, bahkan jijik jika melihat dirinya.

Perempuan mana yang tidak akan benci ketika seorang pria yang berjanji akan mencintai dan tidak akan berkhianat, malah meninggalkannya dan menikah dengan wanita lain. Tak hanya itu, wanita yang dinikahi malah sedang hamil dua bulan yang bahkan pernikahannya baru saja dilaksanakan minggu lalu. Mirisnya lagi, ia yang menjadi dokternya. Malik sungguh frustasi memikirkan hal itu.

Kenapa dari banyaknya rumah sakit dan dokter kandungan yang ada di kota ini, istrinya harus menjadi pasien wanita yang ia cintai. Malik tak bisa membayangkan betapa sakitnya hati Bunga saat ini. Malik sangat ingin bertemu dan meminta maaf pada Bunga.

Nomornya kini sudah diblokir oleh Bunga sejak Bunga hadir dipernikahannya. Setaunya belum jadwal kepulangan Bunga pada hari pernikahannya itu, tapi entah kenapa Bunga pulang di hari pernikahannya, bahkan menghadiri pernikahan yang tidak pernah ia harapkan.

Malik tahu hari itu Bunga datang bersama Silvia dan Tuan Randi yang memang diundang oleh keluarga Olivia, istrinya. Dari mulai awal acara ia sama sekali tidak semangat dan hanya memberikan senyum palsu pada tamu undangan. 

Malik ingat ketika ia sedang menyalami tamu undangan di atas pelaminan, matanya menangkap sosok wanita yang begitu ia rindukan masuk ke dalam ballroom. Wanita itu tidak menyadari dirinya yang berdiri diatas pelaminan. Ingin rasanya Malik turun, memeluk, dan membawa Bunga pergi dari ruangan itu. Namun ia sadar, ada banyak nama baik yang ia pikul. Selain nama keluarganya dan keluarga istri, nama keluarga Tuan Rendra yang begitu berjasa dalam hidupnya juga akan menjadi taruhannya.

Malik sempat kehilangan jejak Bunga karena ada salah satu tamu undangan yang mengajaknya bicara.

"Selama ini saya selalu memikirkan siapa wanita beruntung yang bisa menaklukkan hatinya Tuan Malik, dan ternyata putrinya Tuan Raka. Selamat untuk kalian berdua, semoga diberikan keberkahan pernikahan kalian berdua," ucap salah seorang tamu yang juga merupakan klien tempat ia bekerja.

"Terimakasih, Tuan," singkat Malik.

Sampai akhirnya Bunga naik ke atas pelaminan dan ingin menyalami dirinya. Malik bisa melihat tatapan terkejut sampai berubah menjadi kebencian di mata Bunga. Jangankan menyalami, memandang dirinya saja Bunga terlihat sangat enggan, sehingga wanita itu melewati dirinya. Malik tidak bisa berkomentar apa-apa dan hanya membiarkan Bunga berjalan melewatinya bahkan ia turun dari pelaminan.

Andai waktu bisa diputar kembali, pasti hal ini tidak akan terjadi. Bukan dengan Olivia dia bersanding di atas pelaminan ini, tetapi dengan Bunga, wanita yang sudah sejak lama ia cintai dalam diam dan baru berani ia ungkapkan dua tahun lalu. Dulu ia merasa menjadi pria paling beruntung karena menjadi kekasih seorang Bunga, namun kini ia ikut menjadi laki-laki bodoh seperti mantan kekasih Bunga yang lalu, karena melepaskan dan menyakiti wanita secantik dan sebaik Bunga Jelita.

BungaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang