"Mama jadinya sendirian aja nanti ke salonnya?" tanya Bara pagi itu, sebelum ia berangkat ke kantor.
"Ya mau bagaimana lagi. Punya dua anak perempuan pada sibuk semua. Yang besar udah sibuk sama keluarga barunya, yang bungsu sibuk kerja," keluh Lita. Mengingat tadi Bunga harus berangkat ke rumah sakit pukul 6 pagi karena ada pasien yang darurat.
"Perlu kita buat anak lagi?" goda Bara yang lansung memeluk Lita dari belakang.
"Ingat umur, Pak. Udah mau jadi kakek-kakek, minta anak lagi. Tungguin itu Lita 7 bulan lagi mau lahiran," kesal Lita.
"Umur boleh tua, stamina jangan ditanya," ujar Bara yang menghasilkan senyuman remeh di bibir sang istri.
"Apaan sih ini kakek-kakek. Udah berangkat sana, udah jam 8 juga. Jangan mentang-mentang boss datang seenaknya aja. Berikan contoh yang baik untuk karyawannya," kata Lita.
"Sesekali aja, lagian hari ini ngga ada agenda rapat. Full di kantor aja hari ini."
"Yasudah, Papa berangkat sana. Mama juga mau siap-siap. Jam 9 nanti langsung berangkat."
"Baiklah, Papa pergi dulu." Bara mengecup kening sang istri yang kemudian dibalas dengan Lita yang mencium tangan sang suami.
Setelah sang suami pergi, Lita kemudian bersiap-siap untuk ke salon. Rencananya hari ini ia ingin menghabiskan waktu di luar untuk memanjakan dirinya.
Pukul 9 Lita yang diantar supir keluar dari pekarangan rumahnya. Tujuan pertamanya adalah salon yang menjadi langganannya.
Lita selesai di salon langganannya sekitar jam 1 siang. Karena belum makan siang, Lita memutuskan untuk tujuan selanjutnya adalah mall yang masih dekat dengan tempat salonnya berada, karena setelah makan siang ia ingin berbelanja.
Siang itu Lita memutuskan untuk makan di salah satu restoran yang menyediakan masakan nusantara. Lita memesan makanannya dan setelah itu ia memainkan ponselnya sembari menunggu makanannya siap.
Selagi menunggu, tanpa diduga ada dua orang wanita yang menghampiri meja Lita.
"Lita? Kamu apa kabar?" ucap salah seorang wanita yang usianya sama dengan Lita.
Lita yang mendengar namanya dipanggil ia mengalihkan pandangannya dari ponsel. Ia sempat terkejut beberapa saat, namun dengan cepat ia bisa mengendalikan dirinya.
"Rani? Sedang apa kamu disini?" tanya Lita.
"Aku lagi nemenin putriku. Katanya dia bosan hanya dirumah saja. Oh iya, kami boleh duduk disini?" tanya Rani, yang ternyata adalah sahabatnya sejak kuliah dulu.
"Tentu, silahkan duduk." Lita mempersilahkan keduanya untuk duduk di kursi yang ada di depannya.
"Ini putrimu?" tanya Lita yang melihat wanita muda yang ada disamping sang sahabat.
"Iya tante, saya anak Mommy Rani. Perkenalkan nama saya Olivia," katanya memperkenalkan diri.
"Iya. Oh ya, selamat atas penikahan kamu, ya. Maaf saya tidak bisa datang karena harus menemani suami saya," kata Lita memohon maaf.
"Tidak masalah, tante. Yang penting doanya," ujar Olivia.
"Ya, saya doakan semoga rumah tangga kamu bahagia terus," ucap Lita dengan senyuman yang menurut Olivia sedikit aneh. Entahlah, ia tidak mau mengambil kesimpulan.
"Terimakasih doanya, Lit," kata Rani tulus. "Oh iya bukankah saat ini harusnya putri keduamu sudah pulang dari Singapura? Kenapa dia tidak ikut kamu hari ini?"
"Ya dia sudah pulang. Sekarang dia sibuk dengan pekerjaannya," jawab Lita.
"Jangan terlalu fokus bekerja. Bukankah usianya sudah sangat matang dan pantas untuk menikah? Dia juga sudah menjadi dokter spesialis, bukan? Oh iya, beberapa hari lalu aku menemani putriku kontrol ke rumah sakit keluarga kamu. Aku lupa nama putrimu dan juga dia dokter apa."
"Bukankah kalian berdua sudah bertemu dengannya," ucap Lita.
"Benarkah? Kapan?" tanya Rani.
Olivia mulai menegang. Apakah yang dimaksud oleh wanita paruh baya yang merupakan sahabat mommy nya ini dokter Bunga.
"Putriku dokter kandungan disana, namanya Bunga," jawab Lita.
Degh
Tangan Olivia kini mulai dibasahi keringat. Ternyata yang ia bayangkan benar. Wanita ini adalah ibu dari wanita yang dicintai suaminya. Wanita yang tanpa ia sadari telah ia sakiti.
"Benarkah? Pantasan ketika melihatnya aku merasa tidak asing, karena kecantikannya diwarisi olehmu, Lit," ujar Rani.
"Terimakasih," singkat Lita.
"Wajahnya cantik, pintar, dan juga sukses. Pasti banyak yang ingin menjadi suaminya," ucap Rani lagi.
Rani seakan menghiraukan wajah Lita yang sejak kedatangan mereka berdua sudah menunjukkan ketidaktertarikan. Ia hanya menunjukkan kesenangan karena bertemu dengan sahabat lamanya. Walaupun ada di kota yang sama, mereka sangat jarang bertemu. Mereka juga tidak pernah mengenalkan putri mereka masing-masing. Hanya Silvia yang beberapa kali diajak oleh Lita untuk bertemu dengan Rani.
Olivia sudah gelisah sejak tadi, sejak mengetahui fakta Lita adalah ibunya Bunga. Akhirnya ia tahu mengapa sejak kedatangan dirinya dan sang mommy wajah Lita tidak menunjukkan keramahan sama sekali.
"Ya, putri kesayanganku pasti akan mendapatkan pasangan yang bertanggung jawab, dan setia. Tidak hobi menebarkan kebohongan dan janji palsu. Juga tidak suka berselingkuh," kata Lita sembari menatap ke arah Olivia.
Olivia semakin gemetaran. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana respon dari mommy nya jika tahu tentang cerita sebenarnya.
"Pasti akan datang lelaki itu, Lit. Asal jangan terlalu banyak memilih sekarang. Takutnya nanti makin lama dianya buat nikah. Usianya sekarang harusnya sudah mempunyai anak," lanjut Rani lagi.
"Mom..," tegur Olivia. Ia sudah merasa tidak nyaman untuk terus duduk disini, sedangkan sang mommy masih saja membicarakan yang ia rasa sangat tidak penting. Dan malah sepertinya memancing ketidaksukaan dari Lita.
"Harus dong untuk memilih. Jangan sampai putriku harus menikah dengan tunangan dan kekasih wanita lain. Benar begitu bukan, Olivia?" tanya Lita yang langsung menatap Olivia.
Olivia hanya diam tanpa merespon ucapan Lita.
Sedangkan Rani kini mulai sadar bahwa sejak tadi sahabatnya ini sering menatap tidak suka ke arah putrinya.
Lita tiba-tiba berdiri dari kursinya dan pamit dari hadapan Rani dan Olivia.
"Lho kenapa kamu pergi, Lit? Makananmu juga belum datang," ucap Rani yang juga ikutan berdiri.
"Nafsu makanku tiba-tiba hilang, jadi lebih baik aku pulang saja. Maaf Ran, aku tidak bisa menahan emosiku terlalu lama lagi kalau aku terlalu lama disini," ucap Lita.
"Maksudnya apa, Lit?" tanya Rani bingung.
"Lebih baik kamu tanyakan saja pada putrimu itu, apa yang sudah ia lakukan pada putriku."
Rani mengarahkan pandangannya ke Olivia yang hanya terus menundukkan kepalanya. Apa yang sebenarnya terjadi disini, pikirnya.
"Aku pamit!" Lita langsung beranjak meninggalkan Rani dan Olivia di meja itu.
Sepeninggal Lita, Rani menatap ke arah Olivia dan meminta kejelasan dari putrinya.
"Dirumah saja, Mom aku ceritakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga
RomanceBunga Jelita harus kembali menelan pil pahit ketika pria yang selalu meyakini dirinya bahwa ia berbeda dengan mantan kekasih Bunga dulu, kini malah membuat trauma Bunga semakin menjadi. Bunga yang akhirnya melabuhkan cintanya kembali setelah melihat...