Tepat seminggu Bunga hanya berdiam diri di rumah. Kedua orangtuanya juga telah tiba dirumah. Lita dan suami, Bara sangat senang akhirnya mereka bisa berkumpul kembali dengan putri bungsunya.
Beberapa kali Lita ingin mengajak sang putri untuk sekedar jalan-jalan ke mall, namun ditolak oleh Bunga. Menurut Bunga lebih baik menghabiskan waktu dirumah bersama kedua orangtuanya daripada harus berjalan-jalan keluar.
Tiba akhirnya, hari ini Bunga memutuskan untuk memulai harinya bekerja di rumah sakit milik sang kakek yang kini dikelola oleh adik papanya. Tak ada gunanya terus meratapi kesialan percintaannya. Ia yakin masih bisa terus melanjutkan hidupnya tanpa pria. Orangtuanya lebih daripada mampu menghidupinya, lagipula Bunga sendiri juga bekerja dan mempunyai penghasilan sendiri.
Bahkan diluar sana banyak juga mereka yang sudah berumah tangga namun memilih bercerai. Daripada harus seperti itu, maka keputusannya untuk tidak menikah adalah pilihan yang tepat.
Tidak ada pria yang baik, begitu pikirnya. Pertama Fadi, pacar pertamanya. Mereka berpacaran selama 4 tahun. Dahulu mereka juga sudah merencanakan mengenai masa depan hubungan mereka, dan bermimpi ketika Bunga telah menyelesaikan masa coasnya mereka akan segera menikah.
Namun ketika memasuki hubungan di tahun ke 4, secara tiba-tiba Fadi memutuskan hubungan dengan alasan ingin menjadi pribadi yang lebih baik. Entah apa maksud pria itu. Ketika hampir setahun mereka berpisah, tanpa sengaja Bunga melihat Fadi bersama dengan seorang wanita yang sedang hamil tua di sebuah pusat perbelanjaan, dan Fadi mengenalkan pada Bunga bahwa itu adalah istrinya. Lelucon macam apa ini, pikirnya.
Dilihat dari perut wanita itu, sepertinya pada saat itu sudah mendekati hari persalinannya, alias sudah memasuki usia kandungan 9 bulan. Sedang Bunga dan Fadi baru saja berpisah 11 bulan. Kapan mereka menikah? Lalu kapan mereka mulai berhubungan? Apakah sejak ia dan Fadi masih dalam status berpacaran? Apakah ini alasan sebenarnya pria itu memutuskannya? Begitulah kira-kira pemikiran Bunga.
Setelah itu Bungapun memutuskan menutup hatinya, sampai akhirnya ia bertemu dengan Malik di sebuah acara yang diselenggerakan oleh perusahaan papanya. Malik yang dengan gigih terus mengejar cinta Bunga dan akhirnya wanita itupun mencoba menjalin hubungan kembali.
Selama 2 tahun menjalin hubungan, perasaan Bunga belum besar, bahkan cenderung biasa saja. Namun setelah menerima cincin lamaran dari Malik, ia memutuskan mulai mencintai pria yang ia nilai bertanggung jawab itu. Tak perlu waktu lama bagi Bunga mencintai kekasihnya itu, namun dunia kembali menjatuhkannya. Lagi-lagi, ia ditinggal nikah oleh pria setelah membuka hatinya.
Dunia memang penuh kejutan, dan Bunga hanya tinggal melanjutkan hidupnya lagi. Dimulai dari hari ini, ia akan terus menatap ke depan tanpa perlu lagi menoleh ke belakang.
"Jadi kamu bekerja hari ini?" tanya Lita ketika mereka selesai sarapan.
"Iya, Ma. Doakan hari pertama Bunga bekerja hari ini lancar ya, Ma."
"Tanpa kamu minta, doa papa dan mama selalu menyertai kamu dan kakak kamu," ucap Bara.
"Terimakasih, Pa. Bunga pamit dulu, ya." Bunga mencium tangan kedua orangtuanya dan bergegas menuju rumah sakit.
Hari pertama dan keduanya Bunga bekerja dirumah sakit berjalan dengan lancar. Tidak ada hambatan berarti yang ia hadapi, sampai akhirnya di suatu hari ia menerima salah satu pasien yang cukup membuat dirinya membeku dengan detak jantungnya yang kian kencang.
Pasien terakhirnya hari itu datang didampingi oleh sang ibu. Ini adalah kali kedua Bunga bertemu dengan kedua wanita itu, namun sepertinya sang pasien tidak menyadari dan mengingat dirinya.
Setelah berhasil menguasai diri, kemudian Bunga mulai membuka obrolan.
"Jadi ini kehamilan pertama Nyonya Olivia?" tanya Bunga.
"Benar, dok. Sejak saya cek dengan testpack beberapa waktu lalu, kami belum sempat untuk memeriksanya ke rumah sakit," jawab Olivia.
"Nyonya Olivia silahkan berbaring di ranjang biar saya periksa."
Olivia yang dibantu dengan perawat berbaring di ranjang yang ada diruangan tersebut. Perawat yang membantu Bunga menyingkapkan pakaian Olivia. Setelah diberi gel khusus, Bunga mengarahkan transducer ke perut Olivia.
Degh.
Jantung Bunga berdetak cepat setelah melihat hasil yang ada di layar yang ada dihadapannya.
"Apa nyonya ingat kapan hari pertama haid terakhirnya?" tanya Bunga.
"Untuk tanggalnya saya lupa, tapi terakhir saya haid itu sekitar 2 bulan lalu, dok," jelas Olivia.
Bunga menyudahi pemeriksaannya. Ia berjalan membelakangi Olivia untuk membuang sarung tangannya dan mencuci tangan sambil sesekali menarik nafasnya dalam. Setelah dirasa sudah bisa menguasai dirinya kembali, Bunga berjalan menuju kursinya.
"Menurut hasil pemeriksaan, kandungan nyonya Olivia sudah memasuki minggu ke tujuh. Tidak ada kelainan ataupun masalah, ya. Namun tetap perhatikan makanannya. Dan juga, " Bunga menarik nafas dalam sebelum melanjutkan perkatannya.
"Dan juga untuk sementara jangan terlalu sering berhubungan suami istri dulu karena trimester pertama resiko keguguran masih rentan sekali. Nanti juga akan saya resepkan obat mual dan vitamin untuk penguat janin," lanjut Bunga.
"Terimakasih, dokter. Kalau begitu kami pamit."
Setelah kedua wanita yang menjadi pasien terakhirnya itu keluar, Bunga juga meminta perawat yang hari ini mendampinginya untuk meninggalkannya sendiri. Bunga menungkupkan kepalanya ke atas meja. Tanpa komando, air mata yang sejak tadi ia tahannya akhirnya keluar juga.
"Jahat kamu, Malik!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga
RomanceBunga Jelita harus kembali menelan pil pahit ketika pria yang selalu meyakini dirinya bahwa ia berbeda dengan mantan kekasih Bunga dulu, kini malah membuat trauma Bunga semakin menjadi. Bunga yang akhirnya melabuhkan cintanya kembali setelah melihat...