"Lagi dimana?" tanya Cein di seberang sana.
"Lagi di cafe baru punya temen, Kak. Maaf, tadi gak ijin dulu soalnya buru-buru," jawab Orlyn yang kemudian melihat ke arah Sania dan memberikan kode kalau Cein yang meneleponnya.
"Masih lama?" terdengar pertanyaan lagi dari Cein.
"Kayaknya si iya, soalnya baru dimulai juga acaranya. Kenapa, Kak?"
"Gak apa-apa cuma tanya aja, nanti share lok ya. Aku, jemput kamu sekarang."
"Lho, Kak, 'kan aku udah bilang acaranya masih lama."
"Iya, tapi aku sekarang butuh kamu."
Ucapan terakhir Cein juga menjadi penutup telepon antara mereka berdua. Orlyn menghela napas kesal dengan sikap Cein. Lagi-lagi suaminya itu seenaknya aja mau jemput.
Orlyn lalu membuka aplikasi chatting yang biasa dia gunakan.
"Aku, gak mau share lok. Acaranya baru mulai, aku gak enak sama anak-anak kalau langsung cabut sekarang. Aku, pasti pulang."
Orlyn mengirim pesan singkat itu pada Cein, lalu dengan sengaja Orlyn mematikan ponselnya. Dia paham betul Cein itu cerdas, banyak cara bagi Cein untuk menemukan Orlyn kalau ponsel Orlyn masih menyala.
***
Orlyn memang pulang, tapi tidak sesuai pikiran Cein. Orlyn masuk rumah sudah hampir jam 10 malam. Orlyn melihat Cein sudah mengenakan jaket tebal hitam miliknya, sepertinya Cein mau keluar.
"Mau kemana, Kak?" tanya Orlyn tanpa rasa bersalah.
Melihat Orlyn sudah pulang Cein menghela napas lega dan kembali membuka jaketnya. Cein tidak menjawab pertanyaan Orlyn lalu kemudian pergi begitu saja menuju kamarnya. Orlyn menautkan alisnya bingung, gak biasanya Cein secuek itu? Sejurus kemudian bukannya peka dengan situasi, Orlyn justru mengedikkan bahunya dan berjalan menuju dapur. Dia haus dan harus minum sekarang.
Sebelum masuk ke kamarnya dan Cein, Orlyn memilih masak mie instan dia sedikit lapar. Di cafe temannya tadi dia memang makan, tapi sepertinya perjalanan yang tidak dekat membuatnya kembali lapar. Orlyn baru sadar kalau Cein tidak keluar-keluar kamar lagi.
"Apa iya udah tidur?" tanya Orlyn sembari melihat ke arah pintu kamarnya.
Orlyn kembali mengedikkan bahunya masa bodoh. Setelah selesai makan mie instan, Orlyn pergi mandi dan kemudian masuk ke dalam kamar. Dugaan Orlyn salah, Cein belum tidur dan sedang sibuk dengan laptopnya sekarang.
"Kak, udah malam lho. Gak tidur?" tanya Orlyn yang kemudian berjalan menghampiri Cein.
"Sudah tahu kalau ini sudah malam," jawab Cein tanpa sedikitpun melihat ke arah Orlyn.
Orlyn mengerutkan keningnya lalu kemudian memilih duduk bersila di karpet yang sengaja di gelar di bawah sofa. Cein mengalihkan pandanganya dari laptop dan melihat sekilas ke arah Orlyn.
"Tidur! Kamu pasti capek habis main seharian," ujar Cein yang kembali sibuk dengan laptopnya.
"Kakak sendiri kenapa gak tidur? Nanti kakak sakit lagi," ujar Orlyn menanggapi.
Cein tidak segera menjawab, tangannya masih sibuk mengetik sesuatu lalu kemudian terdengar helaan napas berat dari Cein. Laki-laki yang tidak pernah bisa menyembunyikan perasaan ataupun ekspresinya itu melihat ke arah Orlyn. Sedangkan Orlyn sendiri justru berkedip-kedip random ditatap oleh Cein sedemikian rupa.
"Aku lagi marah sama kamu, kayaknya malam ini aku tidur di kamar tamu aja."
Setelah bicara seperti itu Cein beranjak dan berjalan keluar kamar dengan membawa laptopnya juga. Orlyn tertegun dan hanya bisa memandangi Cein yang keluar dari kamar mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Home
Romance"Aku bisa buat kamu cinta sama aku, Lyn. Karena aku yakin kamu wanita terbaik buat aku." "Jangan kepedean, Kak. Aku, gak cinta ya sama kamu. Justru pernikahan ini jadi penjara buat aku." Siapa pernah mengira kalau pernikahan yang sangat dibanggakan...