Bab 4

66 48 107
                                    

"Silahkan dimakan, Mbak. Maaf, aku gak masak apa-apa pagi ini. Bubur ini aja, Kak Cein yang beli tadi. Aku, tinggal mandi dulu ya," pamit Orlyn yang baru saja selesai menyiapkan dua mangkuk bubur yang Cein beli tadi.

Rencananya bubur itu untuk Cein dan Orlyn, tapi karena tiba-tiba ada Sahla yang Orlyn ketahui sahabat dari orok Cein datang. Orlyn yang merasa tidak masak apapun pagi ini memberikan jatah buburnya untuk Sahla.

"Lyn, sarapan dulu mandinya nanti saja!" ujar Cein mencoba menahan Orlyn untuk pergi.

Orlyn tidak segera menjawab dan hanya melihat ke arah Cein. Mata Orlyn lalu tertuju pada dua mangkuk bubur yang ada di meja makan. Orlyn tersenyum lalu kemudian menggeleng pelan.

"Aku, mandi dulu aja. Hari ini aku ada janji mau ngantar surat lamaran juga, Kak. Takut nanti kesiangan," ujar Orlyn yang kemudian berjalan meninggalkan meja makan.

Cein merasakan sesuatu yang berbeda dari Orlyn, sedangkan Sahla sendiri melihat ke arah Cein dengan kening mengkerut.

"Kenapa jadi gak mau makan berdua sama aku, Cein?" tanya Sahla.

Cein mengalihkan pandangannya ke arah Sahla. Kepalanya lalu menggeleng pelan.

"Tidak begitu, La."

"Terus kenapa nahan orang mau mandi gitu? Orlyn aja kelihatannya gak mau sarapan sama kamu. Lihat aja dia hanya nyiapin dua bubur," ujar Sahla lagi sembari menunjuk kedua mangkok bubur yang ada di meja makan.

Cein melihat dua mangkok bubur itu. Cein menghela napas dalam dan menatap Sahla dingin.

"Dia merelakan jatah sarapannya untukmu, La. Dia, selalu sarapan bersamaku walaupun awalnya dia lakukan dengan terpaksa," ujar Cein yang kemudian beranjak dari posisi duduknya.

"Cein, mau kemana? Temani aku sarapan!" pinta Sahla.

Cein melihat ke arah Sahla lalu melepas tangan Sahla pelan.

"Maaf, aku harus lihat Istriku dulu, La."

Setelah bicara seperti itu Cein lalu berjalan pergi meninggalkan ruang makan. Sahla sendiri menatap punggung Cein yang menjauh dengan wajah datar.

***

"Kamu, gak mau aku antar? Masih gerimis, Lyn."

Cein sedikit khawatir melihat Orlyn sudah siap pergi ke tempat yang akan Orlyn tuju untuk melamar kerja.

"Gak usah, Kak. Aku, udah pesen taksi," ujar Orlyn yang sibuk memasang sepatunya di teras rumah.

"Cein benar, mending diantar aja. Kamu bisa cancel taksinya," timpal Sahla yang berdiri di ambang pintu.

Orlyn melihat ke arah Sahla lalu tersenyum tipis.

"Gak perlu, Mbak. Biar aja Kak Cein temenin Mbak Sahla disini."

Setelah bicara seperti itu suara klakson mobil di depan rumah Cein dan Orlyn terdengar. Semuanya lalu melihat ke arah suara klakson. Orlyn langsung berdiri dan melihat ke arah Cein.

"Aku, pergi ya, Kak," pamit Orlyn yang kemudian berlari pergi meninggalkan Cein dan Sahla begitu saja.

Sahla melihat ke arah Cein dan tersenyum sinis.

"Bocah itu masih aja gak sopan ya? Kamu, 'kan suaminya. Kok bisa si dia nyelonong pergi gitu aja?" ujar Sahla yang sepertinya kurang suka pada Orlyn.

Cein yang masih sibuk melihat Sahla yang masuk ke dalam taksi, melihat cepat ke arah Sahla. Kening Cein mengkerut tidak percaya dengan yang dia dengar dari Sahla.

"Gak sopan? Lebih gak sopan mana dengan orang yang bertamu pagi-pagi ke rumah orang?" tukas Cein yang mencoba meredam emosinya.

Cein sedang gusar karena dia menyadari kalau Orlyn sedang menghindarinya sejak kedatangan Sahla tadi.

My HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang