Cein duduk di sofa sambil sesekali meringis merasakan dadanya yang masih sakit seperti tertekan sesuatu. Orlyn sendiri baru kembali dari kamarnya untuk mengambil obat yang diresepkan Dokter beberapa hari lalu.
"Kak, minum dulu!" ucap Orlyn sambil menyodorkan sebutir obat dan segelas air putih.
Tanpa banyak bicara Cein meminum obat yang Orlyn berikan. Setelah itu Cein mengembalikan gelas itu pada Orlyn.
"Makasih," singkat Cein.Orlyn hanya mengangguk sembari menatap Cein dengan wajah khawatir.
"Gak perlu ke Dokter?" tanya Orlyn kemudian.
Cein melihat sekilas pada Orlyn lalu kemudian menggeleng pelan."Tapi, Kak aku khawatir kamu kenapa-kenapa. Aku, bisa kok nyetirin kamu ke Dokter," bujuk Orlyn lagi.
"Gak perlu, aku udah gak apa-apa," ujar Cein masih menolak lalu kemudian berdiri dari duduknya.
"Kak, mau kemana?" tanya Orlyn sambil menahan tangan Cein.
"Kamar mandi, kenapa? Mau ikut?" tanya Cein dengan wajah datar melihat ke arah Orlyn.
Orlyn melepas cepat tangan Cein lalu kemudian menggeleng.
"Aku, tunggu di kamar ya?" ucap Orlyn."Terserah!"
Cein berlalu pergi meninggalkan Orlyn sendirian di ruang tamu. Orlyn sendiri menghela napas dalam, dia sadar kalau Cein sepertinya benar-benar marah kali ini.
***
Orlyn terjaga tengah malam, dia ingin pergi ke kamar mandi karena tadi lupa untuk pergi ke kamar mandi lebih dulu. Orlyn mengambil posisi duduk dan mengucek matanya pelan. Dia mendapati Cein belum tidur dan sedang menghadap laptopnya sekarang.Orlyn turun dari ranjang dan menghampiri Cein yang duduk di sofa. Orlyn yang awalnya ingin ke kamar mandi justru duduk di samping Cein sekarang.
"Kok belum tidur, Kak?" tanya Orlyn dengan suara parau."Kamu sendiri kenapa bangun?" tanya Cein balik.
"Pengen pipis," sahut Orlyn polos.
"Ke kamar mandi sana! Bukannya duduk disini," usir Cein yang agaknya masih kesal pada Orlyn walaupun kejadian saat itu sudah lewat 1x24 jam.
Orlyn bukannya menuruti ucapan Cein, gadis itu justru menatap Cein dengan wajah sedih. Orlyn lalu menghela napas dalam dan beranjak dari duduknya. Orlyn pergi kekamar mandi tanpa menanggapi ucapan Cein lagi, sedangkan Cein sendiri melihat sekilas pada sang istri yang masuk ke dalam kamar mandi.
Beberapa menit kemudian Orlyn keluar dari kamar mandi dan kemudian kembali menghampiri Cein.
"Kak, tidur yuk! Kamu nanti sakit lagi," ajak Orlyn.Cein mengalihkan pandangannya dari laptop dan melihat ke arah Orlyn.
"Tidur aja dulu! Pekerjaanku masih banyak," jawab Cein."Kak, bisa dikerjain besok lho. Sekarang waktunya istirahat," ucap Orlyn lagi masih berusaha membujuk sang suami untuk tidur.
Cein menghentikan gerakan tangannya yang sibuk menekan keyboard. Cein lalu mendongak dan melihat ke arah Orlyn.
"Gimana?" tanya Cein tiba-tiba."Apanya?" Orlyn bingung sendiri dengan pertanyaan Cein.
"Gimana rasanya kalau aku gak nurutin kamu? Gak enak, 'kan?"
Orlyn semakin mengerutkan keningnya tidak paham.
"Apa sih, Kak maksudnya?" tanya Orlyn lagi.Cein menatap Orlyn dengan wajah tidak percaya. Cein lalu menghela napas dalam dan berat sembari terus menatap istrinya itu.
"Orlyn," panggil Cein.
"Iya?" jawab Orlyn.
"Bisa gak kamu gak kayak kemarin lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Home
Romance"Aku bisa buat kamu cinta sama aku, Lyn. Karena aku yakin kamu wanita terbaik buat aku." "Jangan kepedean, Kak. Aku, gak cinta ya sama kamu. Justru pernikahan ini jadi penjara buat aku." Siapa pernah mengira kalau pernikahan yang sangat dibanggakan...