Bab 25

6 1 0
                                    

Cein melihat Orlyn yang sudah siap pergi bekerja. Cein lalu berdiri dan menghampiri Orlyn yang sedang mematut diri di depan kaca.

"Yakin mau kerja hari ini, Lyn?" tanya Cein.

"Iya, Kak aku udah sehat banget kok. Kakak sendiri kerja, 'kan?" sahut Orlyn dan balik bertanya.

"Iya, mau aku antar?" tanya Cein lagi.

"Gak usah, Kak. Tadi aku udah pesen ojek online, palingan bentar lagi sampai. Gak apa-apa ya aku pergi dulu?" tanya Orlyn.

"Iya gak apa-apa, kamu jangan telat makan ya biar gak sakit lagi," pesan Cein.

Orlyn berhenti memoleskan bedak ke wajahnya. Gadis imut itu lalu mendongak dan melihat ke arah Cein. Kening Cein mengkerut bingung melihat respon Orlyn.

"Kenapa?" tanya Cein.

Orlyn tidak menjawab dan justru berdiri sekarang. Orlyn melingkarkan tangannya ke pinggang Cein dan menyandarkan kepalanya ke dada Cein.

"Kak, jangan keterlaluan sayang sama aku bisa gak? Aku, jadi terus merasa bersalah sama kamu," ucap Orlyn dengan suara yang mulai bergetar, Orlyn itu memang cengeng banget.

Cein justru tertawa kecil mendengar ucapan Orlyn. Cein memeluk Orlyn dengan hangat dan mengusap pelan surai sang istri.

"Hak aku mau sesayang apa sama kamu, Lyn. Apa lagi kamu istriku, mau kamu terima atau gak sayang aku. Yang jelas aku memang sesayang ini sama kamu. Bagi aku kamu itu prioritasku," ucap Cein.

"Kak," rengek Orlyn yang lagi-lagi gak bisa nahan air matanya.

***

Setelah hampir seminggu sakit, kerjaan Orlyn jadi menumpuk. Sejak pagi hingga lewat jam makan siang, Orlyn belum juga beranjak dari duduknya. Orlyn hanya terus minum air putih yang tadi dia isi di pantry, untuk beberapa hari ini dia sengaja tidak minum kopi karena lambungnya yang berontak.

Orlyn menghentikan tangannya yang sedang menginput setiap angka pelaporan harian cafe karena suara ketukan di pintu ruangan kerjanya.

"Masuk!" titah Orlyn singkat.

Orlyn sedikit terkejut karena ternyata yang masuk Kozie. Orlyn lalu berdiri dan tersenyum kikuk ke arah Kozie.

"Ada apa, Zie? Tumben jam segini ke ruangan gue? Maaf laporan mingguan belum siap, ini lagi gue kejar supaya cepat selesai," ucap Orlyn menjelaskan tanpa diminta.

"Bukan karena itu kok gue ke sini, gue cuma mau lihat kondisi lo. Gimana udah bener-bener sehat lo?" tanya Kozie kemudian.

Orlyn tersenyum dan mengangguk pelan. Sejurus kemudian Orlyn jadi sadar bagaimana bisa Kozie tahu kalau dia beberapa hari ini sakit, bukannya Orlyn gak ada hubungi siapapun untuk memberitahu kondisinya waktu itu.

"Syukur deh kalau lo udah bener-bener sehat, lain kali jaga kesehatan lo baik-baik ya, Lyn. Lo gak masuk beberapa hari aja, cafe jadi sepi," ujar Kozie lagi sambil terkekeh.

Orlyn ikut tertawa dan kembali menganggukkan kepala mengiyakan.

"Eh, Zie gue mau tanya boleh?" ucap Orlyn.

"Iya, tanya aja!"

"Lo tahu dari mana ya kalau gue sakit? Bukannya gue gak ada hubungi siapa-siapa? Niatnya pas makan malam nanti gue mau jelasin sekalian minta maaf udah bolos kerja beberapa hari," tukas Orlyn sembari menatap Kozie intens karena penasaran.

Wajah Kozie mendadak berubah yang awalnya sumringah sekarang justru jadi sedikit horor. Sejurus kemudian Kozie melihat ke arah lain dan menghela napas dalam. Kozie kembali melihat ke arah Orlyn dan tersenyum tipis.

"Dari Kak Cein, dia yang kasih tau gue kalau lo sakit dan kenapa lo gak jujur sama gue kalau sebenarnya lo udah nikah, Lyn?" tanya Kozie tiba-tiba.

***

Cein terkejut karena Orlyn tiba-tiba masuk ke dalam rumah dengan menutup pintu cukup keras. Cein yang baru saja selesai mandi mengerutkan kening bingung melihat Orlyn yang tidak biasanya pulang awal seperti ini.

"Kok udah pulang? Kamu sakit lagi?" tanya Cein mendekat pada Orlyn yang sekarang berdiri diam sambil menatap Cein.

Cein meraih tangan Orlyn dan kemudian di tepis kasar oleh Orlyn.

"Lyn, kenapa?" tanya Cein dengan mata terbelalak melihat Orlyn.

"Kok, Kak Cein bilang sama Kozie kalau Kakak ini suami aku? Harusnya, 'kan, Kakak tanya sama aku dulu alasan aku gak jujur sama status pernikahanku?" tanya Orlyn dengan nada emosi karena mengingat cerita Kozie di cafe tadi.

Kening Cein mengkerut heran mendapat pertanyaan seperti itu dari Orlyn.

"Memangnya salah, Lyn? Bukannya aku memang suami kamu?"

"Iya, aku tahu, Kak. Cuma maksud aku gak sekarang juga ngakunya, aku butuh waktu untuk akui itu sendiri. Lagipula, Kakak gak tanya, 'kan kenapa aku jadi nyembunyiin status aku?"

"Iya, aku memang gak tanya, tapi kalau karena aku kasih tahu Kozie tentang status kita itu gak salah, Lyn."

"Aku, gak bilang kalau, Kakak salah. Cuma timingnya itu belum tepat."

Orlyn jadi meninggikan suaranya pada Cein karena merasa kesal dengan apa yang Cein lakukan.

"Lalu kapan kamu mau jujur dengan semuanya? Timing yang tepat seperti apa yang kamu maksud, Lyn?"

Cein sedikit tidak memahami istrinya sekarang, kenapa juga Orlyn harus menyembunyikan statusnya. Orlyn tidak segera menjawab, Orlyn menghela napas gusar lalu kemudian kembali melihat ke arah Cein.

"Kenapa gak bisa jawab? Atau, jangan-jangan dari awal kamu memang sengaja nyembunyiin status kamu karena merasa kita akan berpisah gitu? Jadi dari awal kamu memang gak pernah punya niatan untuk mempertahankan pernikahan kita sampai akhir? Lalu, setelah kita pisah kamu bisa sama Kozie gitu?"

Cein tidak bisa menahan dirinya untuk tidak berpikir jelek sekarang. Melihat Orlyn begitu marah hanya karena Cein memberitahu kebenaran statusnya saja, sudah pasti pemikiran Cein itu benar.

"Kak! Kenapa jadi mikir kayak gitu? Aku, memang baru sadar kalau aku sangat sayang sama kamu. Aku, juga memang baru mau mengakui kalau kamu itu benar-benar aku butuhin, tapi sedikitpun aku gak pernah punya pikiran buat pisah apa lagi justru memilih sama Kozie. Sedikitpun gak pernah, Kak."

Orlyn membela dirinya dan tidak membenarkan tuduhan Cein.

"Lalu kenapa? Kenapa kamu bohong dengan status kamu, Lyn? Kamu malu punya suami kayak aku?"

Orlyn mengerang frustasi karena Cein semakin berpikir yang tidak-tidak.

"Bukan itu juga, Kak. Aku, nyembunyiin status aku karena takut lamaran kerjaku waktu itu di tolak sama Kozie. Kakak tahu, 'kan pertama kali aku ngelamar kerja? Itu ditolak karena aku sudah menikah, padahal mereka memang sedang mencari fresh graduate kayak aku, Kak. Kakak tahu gak kecewanya aku gimana? Jadi, daripada aku gagal lagi lebih baik aku sembunyikan status aku aja. Sekarang kalau Kozie pecat aku bagaimana?"

Akhirnya Orlyn mengeluarkan alasannya menyembunyikan status pernikahannya. Cein terlihat tidak terkejut, tapi Cein menghela napas dalam.

"Memang kenapa kalau kamu dipecat, Lyn? Bukannya aku juga gak nuntut kamu kerja, Lyn? Aku, masih mampu biayain kamu."

"Kak, ini bukan karena mampu atau tidak mampu kakak biayain aku. Cuma sayang kalau aku yang udah sekolah tinggi ini justru nganggur dan hanya di rumah, aku juga pengen berguna walaupun cuma buat aku sendiri."

"Tapi, gak dengan bohongin orang, Lyn. Ok, sekarang semuanya juga udah terlanjur. Kalau memang Kozie pecat kamu, ya udah kamu berhenti aja. Di rumah aja lagi, nulis novel seperti biasanya. Aku, gak keberatan istriku nganggur di rumah," tandas Cein.

"Kak! Tahu gak sih aku suka kerja kayak gini, kenapa jadi pasrah gitu kalau aku dipecat. Kakak, gak ngertiin perasaanku banget!"

Orlyn semakin kesal dan membentak Cein. Lagi-lagi dibentak Orlyn membuat Cein hanya bisa menghela napas dalam. Cein lalu menatap lekat Orlyn dan kemudian mengusap pelan wajahnya.

"Lalu, mau kamu apa, Lyn? Kita batalkan pernikahan kita gitu?" tanya Cein datar.

***

My HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang