🏀 POINT BATTLE 🏀 : SEKOLAH ASEAN

116 12 49
                                    

“Woi, lu udah mutusin buat masuk ke SMA mana, Indo?” tanya seseorang yang sedang duduk diatas meja sambil sibuk memantulkan bola basketnya.

Lelaki bernama Indo itu menghembuskan nafasnya, terdiam sebentar sebelum menjawab. “Gua mau daftar sekolah ASEAN.”

Orang yang sejak tadi asyik dengan bolanya itu terkejut, dia ber'hah' keras sambil mendekatkan wajahnya kepada Indonesia.

“Indo, lu gak akan main basket lagi?” Dia bertanya.

Indonesia mendorong wajah pria dengan rambut hitam legam pendek tercukur rapi sangat cocok dengan alis tebalnya. Indo tidak tertarik membahas topik itu, dia kembali menatap buku yang sejak tadi menemaninya.

Merasa diabaikan, sang teman mengambil buku tebal yang dipegang oleh Indonesia, membuat sang pemilik menatapnya kembali dengan tatapan kesal. “Jawab gua, Indonesia.”

Dia menghembuskan nafas panjang, memang tabiat pria di hadapannya ini keras kepala, dia selalu menginginkan jawaban, jika harus.

“Justru karena gua pingin main basket, gua milih ASEAN,” jawab Indo dengan santai.

“Lu tau kan udah lama klub basket di sekolah itu gak operasi lagi? jangan bilang lu mau bertingkah macem-macem lagi?!”

Indo menghembuskan nafas panjang entah untuk yang ke berapa kalinya. “Itu bukan urusan lu, lagian lu sendiri gimana- udah mutusin sendiri lanjut kemana?”

Lelaki dengan baju seragam kusut- tidak teratur itu terlihat berfikir sambil memainkan kembali bolanya.

“Belum.”

Sudah Indo duga temannya pasti belum memutuskan lanjutan sekolah yang dia inginkan, karena sejak kecil mereka berteman, Malaysia mengikuti kemanapun sekolah yang Indo pilih.

“Gua sih sebenernya pingin masuk sekolah UN, tapi kayaknya nilai gua gak cukup buat masuk ke tu sekolah.” Dengan polosnya Malay menjawabnya.

“Yah ujung-ujungnya juga lu pasti ikut ke ASEAN juga sama gua.” kata Indo.

Malay mengangkat sebelah alisnya, dia menyeringai dan menepuk bahu Indo dengan semangat. “Entahlah.”

Indo hanya menggelengkan kepalanya pelan mendengar balasan darinya, salah satu murid yang berada di kelas mendatangi mereka berdua, wajahnya terlihat tegas menatap Malay.

“Malay, lu masih bandel aja jadi manusia, udah gua bilang jangan pake baju seragam kayak gini, pake baju dua lagi, astaga pusing gua ngadepin orang kayak lu.” Pria dengan kacamata tebal itu mendengus kesal kepada Malay.

Yang ditegur malah melambaikan tangannya muak. “Hei ketua kelas, lusa kita lulus- aturan kayak gitu udah gak berlaku.”

Dengan santainya Malay memamerkan baju yang bahkan memperlihatkan dengan jelas otot-ototnya di hadapan mereka, membuat Indo menggelengkan kepalanya.

“Sebagai senior, lu harusnya memberikan contoh yang baik buat adik kelas lu, dan kelulusan masih belum dilaksanakan, itu berarti lu masih jadi murid sekolah ini- aturan tetap berlaku.” Dia masih setia dengan sikapnya yang tegas penuh wibawa karena tugasnya sebagai ketua kelas cukup berat.

“Ah berisik banget lu, pergi sana ganggu orang lagi ngobrol aja, sopan kah begitu?” balas Malay, belum sempat ketua kelas itu menjawab, Indo lebih dulu menjitak kepala Malaysia.

“Udah diem. Cepet benerin kancing baju lu, sekolah bukan ajang pamer badan, malu-maluin gua aja lu maniak milo!” kata Indo mencoba untuk melerai perkelahian kedua teman sekelasnya.

“Baguslah ada salah satu dari kalian yang masih waras. Jangan diem disini aja, ayo bantu yang lain- kita bakal ngasih kejutan buat wali kelas untuk terakhir kalinya.” Ketua kelas itu berbalik dan melanjutkan aktivitas yang sempat terhenti.

Battle Point [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang