🏀 POINT BATTLE 🏀 : KLUB BASKET ASEAN

88 13 2
                                    

Karena perkelahian tadi, Indo dan Timor dibawa keruang kesiswaan, mereka dimarahi diberikan peringatan untuk tidak mengulang kembali kejadian hari ini, keduanya setuju untuk berdamai- walaupun terpaksa.

Beberapa minggu setelah pengumuman, akhirnya mereka masuk sekolah, dengan tingkat sekolah yang lebih tinggi.

Baju putih biru telah berganti menjadi putih abu, dasi menempel diantara baju yang disetrika rapi olehnya jauh-jauh hari. Misi Indonesia sekarang adalah mengembalikan kembali klub basket ASEAN.

Seperti biasa di hari upacara penerimaan murid baru, semua siswa berkumpul untuk menggelar acara pengenalan sekolah baru, mempresentasikan ekskul sekolah, bahkan menyombongkan anak-anak yang berprestasi, itu hal yang wajar karena memang begitu adanya.

Semua ekskul sibuk menampilkan yang terbaik untuk menarik perhatian semua murid baru, agar mereka memutuskan untuk bergabung.

Yang Indo, Malay, dan mungkin beberapa orang lainnya tunggu adalah pertunjukan debut dari klub basket- tapi sampai penghujung acara tidak ada satupun orang yang menampilkan pertunjukan ekskul itu, bahkan banyak dari mereka tidak peduli- tertawa ketika Indo menanyakan mengapa klub basket tidak ada.

"Karena sekolah sudah menghapusnya." Itulah jawaban yang mereka berikan.

Dua minggu masuk sekolah, Indo dan Malay merasa bosan, ketika mereka pergi ke lapangan khusus basket- lapangan itu dipakai oleh ekskul voli, dan badminton.

"Agrh ga ada harapan!” Indo merebahkan dirinya diantara sisi rumput lapangan bola.

“Ada, gua yakin ada. Bajingan itu ga mungkin masuk ASEAN tanpa alasan, dia pasti bakal ngelakuin sesuatu, tunggu aja,” ucap Malay mencoba meyakinkan temannya.

Indo terdiam, kemudian mengangguk. Saat ini mereka sedang duduk diantara lapangan bola, melihat anggota klub bola sedang berlatih, dan memang best seller ekskul untuk lelaki itu dimenangkan oleh sepak bola.

“Dari pada itu, gua malah mikirin kenapa kita bisa beda kelas? dari SD dulu ga pernah ada acara pisah kelas kayak gini, tapi kenapa kali ini apes banget.”

Malay menggerutu tidak terima kenyataan bahwa dirinya menempati kelas yang cukup jauh dari Indonesia, ini juga sedikit membuat Indo kewalahan karena sudah dua minggu dia tidak mempunyai teman sekelas. Bukan karena mereka tidak suka Indo, tapi Indonya sendiri yang sering menolak ajakan dari teman satu kelasnya.

Berbeda dengan Malay yang sudah mendapatkan banyak teman, bahkan semua orang akrab dengannya karena sifatnya yang humble.

.
.
.

Disisi lain, Singapore dan Laos membungkukkan badannya terus memohon agar klub basket kembali bangkit, kepala sekolah sudah menolak puluhan kali permintaan mereka berdua- tapi kini bertambah anggota menjadi empat orang.

“Oh astaga, sekarang kalian membawa murid baru untuk memberontak kepada saya? sungguh keras kepala.”

Kepala sekolah itu menggelengkan kepalanya pusing, Singapore masih menatap kepsek tak gentar walaupun di marahi bahkan di usir setiap hari oleh para guru- bahkan mereka sudah muak dan membiarkan kepala sekolah yang mengurus hal itu.

“Saya serius tentang ini, mungkin saya tidak berhasil membujuk anda tahun lalu, tapi kali ini saya mempunyai junior yang berkeinginan kuat untuk membangkitkan kembali klub Basket sekolahan ini," kata Singapore mencoba terus membujuk pak kepala sekolah.

“Saya mohon, kami tidak keberatan jika bapak tidak akan memberikan uang sepeser pun dan guru pembimbing untuk klub basket nanti, kami akan melakukannya dari awal.”

“Tujuan kami adalah Nasional!” lanjutnya dengan lantang dan penuh percaya diri. Laos langsung menyikut perutnya- kompetensi Nasional itu terlalu jauh mengingat belum ada satupun persiapan yang akan mereka lakukan, belum satu bulan lagi akan ada pertandingan antar sekolah yang akan mereka hadapi untuk bisa masuk kualifikasi antar wilayah.

Battle Point [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang