🏀 POIN BATTLE 🏀 : LATIHAN

30 6 0
                                    

Waktu berjalan sangat lambat, berkali-kali Malay menguap dalam kelasnya karena bosan mendengar penjelasan panjang dari guru yang sejak tadi berbicara mengenai prediksi kiamat 29 juni 2024 silam.

Sementara itu, di kelas lain Indo harus menghadapi cobaan yang berat juga, guru menyuruh semua orang merangkum satu bab buku paket yang sangat tebal. Oh sungguh menyebalkan, isi dari buku paket ini semuanya penting—dan sudah dirangkum sejelas mungkin oleh penulisnya. Alhasil Indo menulisnya hingga lima belas halaman penuh.

Jam terus berputar diiringi dengan pergantian mata pelajaran. Guru-guru masuk dengan penuh semangat memberikan kesan horor bagi murid-muridnya. Jam pelajaran terakhir benar-benar membuatnya tak sabaran, hingga ketika bel berbunyi—Indonesia lah yang bergegas keluar lebih awal, mendahului guru yang masih merapihkan buku.

“Astaga, anak ini!” keluh guru itu.

Indonesia berlari melewati kelas Malay yang masih sibuk, juga kelas lain terlihat masih belum keluar. Jadi dia putuskan untuk pergi lebih dulu ke lapangan basket—sudah tidak sabar kembali bermain di lapangan.

Setelah sampai di GOR, orang pertama yang datang memanglah Indo, dia tersenyum menatap sekelilingnya. Ring yang dia fokuskan untuk mencetak poin—melihat ada bola di sudut lapangan, dia mengambil satu dan mencoba untuk berlatih sendiri.

Dia mulai memantulkan bola sambil berlari mendekati tiang ring paling jauh, setelah berada di garis tiga poin, Indo menatap tajam ring itu—terdengar suara jam berdetak di antara papan skor yang terpasang di atas lapangan, suara riuh penonton yang mengharapkan keberhasilan shootingnya, dan—perasaan itu muncul, membuat Indo yang berada di posisi setengah melayang langsung menembakkan bola pada saat yang tidak tepat, membuat bola itu terbang jauh keluar lapangan.

Indo turun, dengan tangan yang gemetaran tak terkendali. Pikirannya teralihkan sampai tidak menyadari bahwa tim lawan sudah mencetak poin karena kesalahannya.

Sepanjang permainan Indo berkeringat berlebihan hingga dirinya cepat kelelahan, beberapa kali mendapatkan bola tidak bisa dia masukan kedalam ring itu—hingga ketika selesai pada kuarter ke dua, peluit di bunyikan, dan Indo disimpan lebih dulu sebagai cadangan.

Hal ini membuat semua orang jengkel, bahkan Timor Leste yang selalu mempercayakan bola kepada Indo membuatnya marah. Karena berat sebelah skor poin lawan unggul membuat mereka harus menerima kekalahan itu secara lapang dada.

“Ini gara-gara lu!” kata Timor ketika mereka berada di ruang ganti.

Indo masih melamun, tangannya juga masih bergetar pasrah menerima amukan semua temannya.

“Maaf.” Hanya itu yang bisa dia ucapkan hingga perkelahian hampir saja terjadi—namun pelatih melerainya.

Apa yang Indonesia pikirkan? Dia memikirkan tentang keluarganya. Ancaman, dan nasib.

__________________

Laos sejak tadi memperhatikan Indo dari jauh, dia mengambil jalan belakang yang terhubung langsung dengan gudang, tersenyum ketika Indo melakukan kesalahan dalam shootingnya.

“Indo, tenangkan pikiranmu dan fokus untuk menyinkronkan otot kaki dan posisi tanganmu. Jangan terlalu memperhatikan ring, lihat juga sekelilingmu ketika melakukan shooting. Kita tidak tahu apakah akan ada seseorang yang memblokir mu ketika hendak memasukan bola ke dalam ring di garis tiga poin.” Laos memutuskan keluar dari persembunyiannya, dia mengambil bola juga untuk mempraktikkan bagaimana caranya dia melakukan tembakan di tempat Indo terdiam.

Pria surai merah putih itu tersentak, dan malu. “Kau mengagetkanku!”

“Haha, ku pikir akan efektif jika pengidap target panik harus dilawan dengan sesuatu yang seimbang.” Wanita itu tersenyum jahil, bolanya masuk ke dalam ring dengan sempurna.

Battle Point [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang