Awal -01

44 10 8
                                    

Hai hai haiiiiiiii,

Setelah memutuskan untuk membatalkan publikasi cerita 'Alvan', aku sendiri mulai membuat cerita ini.

Kenapa? karna ya lebih excited aja si sebenernya buat cerita vibes begini :D

Dan yap, ceritanya itu hasil karanganku sendiri.

HAPPY READING ALL!!

_____________________________________________

Sang surya telah menampakkan diri sedari tadi, lebih tepatnya memang belum seutuhnya diatas kepala. Namun, cuaca yang terik akhir akhir ini membuat orang orang kepanasan,

Begitu pula ruangan yang sejatinya dihuni oleh kurang lebih tiga puluh dua anak itu,

Suasana bising mulai terdengar mengisi ruangan bertembok hijau muda tersebut, sejak tiga puluh menit yang lalu. Terdapat manusia manusia berisik disana, entah ghibah, halu tentang husbu, dan lainnya.

Tak lama kemudian, langkah kaki pun terdengar melaju ke ruangan tersebut, yang sontak disadari oleh orang orang yang ada disana.

Benar saja.. Seseorang masuk kesana. Dan hebatnya, ruangan itu mendadak senyap. Tidak ada satupun insan disana yang berani membuka mulutnya untuk berbicara sendiri. Atau bahkan untuk sekedar berdiri dari tempat duduknya.

Sesosok wanita muda memasuki ruangan itu. lalu mengeluarkan barang yang berada di tasnya, dan satu spidol hitam non permanen dari saku bajunya, yang akan ia letakkan di meja.

"Selamat siang, semuanya" Sapa wanita itu pada orang di ruangan itu.

"Siang, Bu Ani!" Jawab mereka dengan nada yang lumayan keras, namun masih terbilang sopan.

"Hari ini, siapa yang tidak hadir?" Tanya wanita yang bernama Ani Widayanti itu.

"Nayana Raespati. katanya sakit, Bu." Ucap salah satu anak perempuan yang duduk sendirian di pojok belakang.

"Lagi? sudah dari lusa kan? sudah ada yang menengok ke rumah Naya? dan kamu Mala, sudah menjenguk sahabatmu itu?" Tanya Bu Ani kepada gadis itu.

"Sudah bu, kemarin saya mampir ke rumah Naya, kata orang tua Naya, Naya masih sakit," Jawab gadis yang diketahui bernama Kemala Meshazarra jujur. Nyatanya memang kemarin ia mengunjungi rumah sahabatnya itu, namun ia tidak sempat bertemu Naya, hanya orang tua Naya.

Setelah mengatakan hal tersebut, dapat Mala lihat sendiri muka cowok yang duduk tepat di meja sebelahnya, seperti bergumam sesuatu,

'Lagi? kali ini Naya ga masuk...,
Ehhhh, kok malah mikirin si Naya anjir,' Gerutunya di dalam hati.

"Dev? lo ngedumel apaan anjir," Tanya Mala penasaran terhadap isi pikiran seorang Radeva Agnibrata.

"Deva kui mikiri yang'e ra mlebu kelas, Mal," Sahut lelaki di sebelah Deva, Bagaskara Putra.

(Deva mikirin cewenya yang ga masuk kelas, Mal)

"Jancok, lambemu loh Gas," Sahut Deva tak terima.

(Mulutmu Gas,)

"Beneran yang Bagas bilang, Dev? ntar ku bilangin Naya,"

"Hooh, bener lah Mal,"

Sedangkan Deva hanya mengalihkan pandangan dari kedua insan tersebut,

'Yakali gue mikirin dia,' Batin Deva.

⭑⭑⭑⭑

Langit mulai menggelap, diiringi dengan munculnya cahaya bulan sebagai penerang langit.

Rumah itu, tampak sepi, sederhana, namun entahlah dengan isi didalamnya.

Hawa dingin mulai terasa, tubuhnya sedikit kedinginan. Ya, ia akui belakangan ini memang sangat panas. Tapi malam ini, tubuhnya merasa kedinginan, mungkin karena sejak kemarin lusa tubuhnya demam,.

Nayana Raespati, atau panggil saja Naya.
pelajar sekolah menengah yang kini posisinya berada di rumahnya. Lebih tepatnya ruang ternyaman, kamarnya sendiri.

"Kok tumben amat dingin, biasanya juga gerah kalau pake selimut," Dialognya seraya meraih selimut di tepi tempat tidurnya.

Naya juga mengambil ponselnya, membuka aplikasi pemutar musik, menyetel musik favorit di playlist kesukaannya, alunan nada yang tenang, membuat rasa nyaman dan damai tersendiri bagi Naya. Musik yang tenang, dan rasa hangat itu membuat Naya terlelap.

Selang lima menit setelah Naya terlelap, sang ibu mengetuk pintu kamar Naya dengan pelan,

"Naya, Ibu izin masuk ya?"

Mendengar itu, Naya bangun dari tidurnya dan segera membukakan pintu untuk Ibunya masuk.

"Naya, kamu sudah mendingan? badanmu masih anget?" Tanya sang ibu khawatir pada Naya,

"Ibu, Naya sudah mendingan, besok sudah bisa berangkat kok,"

"Yaudah, nanti makan dulu ya?"

"Nggih Kanjeng Ratuu,"

Setelah ibunya meninggalkan kamarnya, Naya kembali menutup pintu kamarnya. Mengemasi buku buku sekolahnya untuk jadwal besok, dan selebihnya ia mencoret coret kertas di buku sketsanya. Lebih tepatnya menggambar sih.

'Ting!'

Bunyi notifikasi di ponselnya membuatnya memberhentikan aktivitasnya. Sesegera mungkin ia membuka notifikasi tersebut, dan disana terpampang jelas pesan dari teman sebangkunya, Mala.

Mala : Nayaa, jarene Bagas, Deva iku seneng maring koe, Nay.

(Nayaa, katanya Bagas, Deva suka ke kamu)

"Hilihh, aku sukanya aja ke anime, manhwa, gepeng, fiksi, dan sejenisnya," Ucap Naya secara refleks.

Jari jemari Naya mengetikkan balasan kepada Mala.

Naya : Ra takon, La.

(Ga nanya, La)

Mala : Lho? kan kui oleh info kanggo koe Nay,

(Lah? kan itu dapet informasi buat kamu, Nay)

Naya : Oh,

Mala : (stiker emot batu :D)

________________________________________________

Segini dulu, ntar dilanjut chapt selanjutnya

See U !!

Darma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang