Chapter 12 : Perhatian Kecil

9.3K 162 2
                                    

Update lagi!!!!

Ditunggu vote dan komennya ya kakak❤

Selama perjalanan Arven diam tanpa sepatah kata pun sampai mereka tiba di sebuah gedung tinggi nan besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selama perjalanan Arven diam tanpa sepatah kata pun sampai mereka tiba di sebuah gedung tinggi nan besar.

Asmara menyeka sudut matanya yang menyisakan air, ia tidak tahu ini gedung apa namun terdapat ukiran berwarna emas bertuliskan  'Narasatya Group' di bagian depan gedung tersebut.

Narasatya Group pun seperti tidak asing di telinganya dan yah Asmara ingat, nama itu pernah diucapkan oleh tante Prita ibunya Bimo tempo hari lalu.

"Sebentar, nama belakang kamu Bagasatya berarti kamu anak pemilik Narasatya Group?"

Ternyata ini adalah kantor perusahaan Arven.

Mobilnya parkir di basement khusus petinggi perusahaan tanpa ada satu mobil pun ikut terparkir, Arven melirik Asmara yang nampak ketakutan, ia yakin gadis itu sedang berpikir hal aneh tetapi ia tidak peduli sebab kantornya adalah tempat terdekat untuk menyelesaikan semua keresahannya sekarang.

Dia pun tak habis pikir kenapa bisa segusar ini melihat gadis itu terluka.

Sedangkan Asmara gugup sekali.

Terutama saat Arven menggenggam tangannya memaksanya turun, mengekorinya masuk ke dalam gedung lalu menaiki lift yang membawa mereka ke lantai sepuluh.

Masih dengan degup menggila serta tatapan penuh tanda tanya dari para karyawan yang tak luput menyorot mereka. Pasti gara-gara melihat wajah lebamnya.

"Selamat sore, Pak. Ada yang ketinggalan?" tanya seorang wanita berkemeja putih dengan id card di leher.

"Tidak!" Arven dengan malas melirik wanita itu dan mereka melewatinya begitu saja.

Saat tiba di sebuah ruangan mewah Arven memerintahkannya masuk, Asmara menurut maka ketika genggaman mereka terlepas Arven bergegas memutar kunci pintu membuat Asmara berbalik terkejut.

"Pak—"

"Gue belum minta lo ngomong," desis Arven.

"Terus ngapain pintunya dikunci, pak Arven berencana sekap Mara ya?" tanya gadis itu ngawur mengingat tatapan Arven yang begitu dingin selama di perjalanan.

Arven memutar bola matanya. Buset, yakali gue sekap lo di ruang kerja begini!

Yang ada disekap itu pasti di tempat-tempat terpencil.

Arven berbalik, mendorong pelan bahu Asmara menuntun gadis itu melangkah mundur dan mentok ke sofa. "Gue udah panggil dokter buat obatin luka lo supaya cepat sembuh." Lalu menekan pundaknya ke bawah membuat Asmara mau tak mau mendaratkan bokongnya dengan kening mengerut.

"Dokter? Padahal Mara bisa obatin luka Mara sendiri di rumah, Pak."

"Gue maunya lo diobatin sekarang."

Boyfriend With BenefitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang