Dididik sejak kecil oleh sang ibu agar menjauhi pacaran, Asmara merasa keputusannya menerima penawaran Arven adalah kesalahan besar. Namun apa daya? Masalahnya terlalu rumit untuk diselesaikan sendiri. Ia perlu orang lain yang bisa membantunya.
Bertukar pikir bersama sang ayah pun rasanya tidak mungkin, pasalnya Haris masih terbaring lemah di brankar rumah sakit dengan kondisi yang mengkhawatirkan. Di sisi lain keluarganya yang sama sekali tidak peduli lagi dengan ayahnya itu, karena Haris dulu sering berutang dalam nominal besar lalu digunakan untuk berjudi. Alhasil keluarganya marah besar. Akan tetapi, ada satu orang keluarga dari pihak ibu yang masih memiliki simpati pada mereka. Yaitu Tante Diana. Beliau selalu membantu Asmara menjaga sang adik, Nadin, selama Haris di rumah sakit sementara ia bekerja.
"Dihabisin ya, Nak. Makan malam ini tante belikan khusus buat kamu sama Nadin. Kasihan tante liat Nadin sejak siang tadi belum makan," ujar wanita itu sembari memberikan kantong berisi makanan pada Nadin. Tentu Nadin menerima dan membukanya dengan wajah berbinar cerah.
"Makasih tante," Asmara memamerkan senyum. Melirik isi kantongya sesaat dan ternyata berisi dua kotak. "Tapi... porsinya terlalu sedikit buat tiga orang. Tante nggak belikan juga buat ayah?"
Melirik iparnya yang terbaring, Diana menghembuskan napas kasar. "Sebenarnya tante males. Ayah kamu bisa beli sendiri nanti setelah dia bangun." Dan menatap Asmara tegas. "Lagian kenapa kamu terlalu mikirin Haris sih? Kamu lupa sejak ibumu meninggal dia nggak lagi menganggap kamu anak."
"Bagaimana pun beliau ayah kandung Mara, tante. Mara nggak mungkin menyia-nyiakan ayah."
"Walau dia pernah ingin membunuh kamu?" tekan Diana. Kepalanya menggeleng tak terima. "Mara-mara. Jangan sampai nanti kamu menyesal setelah merawat Haris. Tante baik, itu juga demi bakti tante sama Almarhumah ibu kamu. Naila..." Terjeda. Kalimatnya urung mengingat sesuatu. "Ah, sudahlah. Tante malas berdebat. Sejujurnya tante kasihan banget liat keadaan kalian berdua. Kecil-kecil udah menderita begini."
Pelupuk mata Asmara lantas menggenang. Diliriknya Nadin yang lahap sekali menyantap makanan pembelian tante Diana. Ayam KFC serta nasi goreng.
"Yasudah tante pulang dulu. Entar tante balik lagi buat jemput kalian. Jaga baik-baik adik kamu."
Menepuk pundak Asmara sekali. Setelahnya tante Diana pun melangkah keluar bangsal.
Asmara berusaha menarik senyum meski hatinya pedih seolah diiris-iris, menghampiri Nadin di sofa dan duduk di samping gadis bocah itu.
Hidung Nadin mengerucut. "Kakak bau keringat ih, belum mandi?"
Mencium bergantian aroma keteknya, bau, Asmara langsung menyengir. "Iya. Kakak baru pulang kuliah, Dek."
"Tumben telat. Biasanya kakak pulang cepat."
"Ada sesuatu yang harus kakak selesaikan di kampus, tapi kamu udah mandi kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Boyfriend With Benefits
Romance[21+] Asmara Senjani hanya ingin lulus kuliah tepat waktu lalu bekerja demi menghidupi adik semata wayang dan ayahnya yang tengah sakit, namun sulitnya keadaan ekonomi membuat Asmara terkendala membayar UKT kuliah. Ia terjebak dalam dua pilihan, mel...