Chapter 4 : Kencan Pertama

13.8K 226 2
                                    

Vote dan komennya ditunggu ya guyss🥰🥰

Asmara tak menyangka Arven seriusan membawanya pergi ke salon demi mengubah penampilan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Asmara tak menyangka Arven seriusan membawanya pergi ke salon demi mengubah penampilan. Apakah pria itu tidak takut mereka telat? Terlebih salon yang mereka datangi terlihat sangat megah nan mewah. Pengunjung yang datang pun agaknya bukan dari kalangan biasa. Tampak oleh parkiran tadi yang penuh dengan jejeran mobil, tanpa ada satu pun kendaraan.

Asmara canggung.

Saat mereka tiba di resepsionis, atensi pengunjung terutama wanita langsung mengarah pada Arven. Terpukau memandang pria di sampingnya, berbinar, bahkan ada yang mengeluarkan ponsel demi memotret diam-diam. Bisik-bisik penasaran. Asmara tahu Arven sadar akan tingkah mereka namun pria itu acuh-acuh saja. Well, dapat Asmara simpulkan Arven bukanlah donatur biasa. Pasti ada sesuatu yang membuatnya dikenal banyak orang. Hanya saja Asmara kudet mendapat info tentang lelaki ini.

"Selamat datang di Luvie Salon dan Make Up, ada yang bisa kami bantu Mas?" Pelayan salon menangkupkan tangan ke depan dada seraya tersenyum ramah, usai beberapa menit mulutnya ternganga menatap kedatangan mereka. Ah, tidak! Lebih tepatnya kedatangan Arven.

Melirik Asmara yang memandang kagum seisi salon, Arven menyikut lengan gadis itu. "Tolong perbaiki tampilannya agar terlihat seperti gadis normal."

"Baik. Kami-"

"Hish, jadi menurut bapak Mara nggak normal?" bisik Asmara kesal.

"Senormal gadis zaman sekarang maksud gue. See, penampilan lo buluk amat kayak bocah yang mau ke pesta anak-anak."

"Memang kenapa deh. Mara bagus kok natural begini," Gadis itu mengembangkan dressnya dan meminta penilaian resepsionis. "Kan mbak?"

Lebih dulu menyadari pelototan Arven, resepsionis itu tersenyum keki pada Asmara. "Sebenarnya kurang cocok lho, kak. Boleh tau dulu umurnya berapa?"

"Baru dua puluh dua."

"Oh. Berarti Masnya benar, penampilan kakak harus diubah, umur dua puluh dua bukan lagi masuk kategori remaja lho, tapi dewasa."

"Mbak yakin?" Asmara ragu. Ia mengitung sesuatu menggunakan jari. "Padahal Mara baru lihat kemarin di website sensus penduduk kalo remaja itu yang usianya 13 sampai 18 tahun. Terus yang dewasa-"

"Anjir! Lo pengen ceramah apa sengaja ngulur waktu biar batal di make up bocah?" titah Arven memotong kalimatnya.

"Hehehe." Asmara lantas menyengir. "Iya deh, Mara siap buat di make up, mbak."

Geram sekali Arven ingin mengarungi gadis ini lalu menendangnya keluar Angkasa. Sial! Lama-lama imejnya bisa jatuh gara-gara Asmara selalu membuatnya naik darah.

Memasuki ruang make up selepas memilih paket pelayanan, Asmara duduk di depan cermin besar sementara Arven menunggu sambil duduk di sofa single di sampingnya.

Boyfriend With BenefitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang