𝓅𝓇ℴ𝓁ℴℊ𝓊ℯ: ℴ𝓉𝒽ℯ𝓇 𝒹𝓇ℯ𝒶𝓂

409 15 0
                                    

mediaplay --- Crush by zerobaseone!

Malam ini mimpinya begitu nyata. Zhanghao merasa dinginnya salju benar-benar menyentuh kulitnya, dan dia bisa menebak berapa suhu saat itu ditambah badai salju mengelilinginya.

Diujung pandangan, dimana tak ada lagi yang bisa Hao lihat setelahnya, seseorang berdiri dengan gaun berundak seperti tumpukan kue tart berwarna biru langit. Wajahnya samar, itu yang Zhang Hao sesali. Tidak bisa dia pastikan siapa sosok didepannya.

Rambutnya sepanjang lutut dan dihiasi permata safir, kedua tangannya yang kurus melambai ke depan, seperti ingin menyambut Zhanghao ke dalam pelukannya.

Bayangan besar kemudian muncul dan menarik sosok itu sebelum Zhanghao mampu menggerakkan kedua kakinya untuk melangkah mendekat. Guratan aneh membawa mereka pergi seolah ditarik ke dimensi lain yang tidak Hao ketahui.

Kepalanya mendadak pening. Suhu semakin rendah, dan tubuhnya kaku seperti sudah membeku dalam tumpukan salju. Badai pun berhenti saat itu, menyisakan seluruh alam putih yang membuat perut Zhanghao serasa dipelintir.

Laki-laki itu merasa mual melihat segala sesuatu yang serba putih. Warna itu kerap membuatnya pusing seperti melihat kertas A4 polos yang harus ia isi dengan jawaban untuk soal essai atau ulangan harian.

Lalu tubuh Zhanghao seperti di banting, tulang punggungnya mungkin meremuk...seandainya Zhanghao tidak segera bangun dari mimpi mengerikan yang selalu berakhir dengan rasa sakit akibat punggung remuk.

Bahkan dalam mimpi, itu terasa terlalu nyata.

"Apa aku mengalami semacam delusi atau apa?" Zhanghao mengusap bagian belakang kepalanya. Aneh kalau dia mendengus dan mengeluh sebal tentang ini. Kan, cuma mimpi.

Dan kali ini, ada yang baru tentang bangun tidur Zhanghao. Dia merasakan pipinya basah. Air matanya baru saja turun setetes.

"Ada apa denganku??"

"Zhang Hao!" ibunya memanggil. Zhanghao fokus pada suara langkah di luar pintu. Dia sudah memastikan jika itu adalah ibunya.

Sejak kecil, Zhanghao juga punya kepekaan yang tinggi, dia bisa merasakan keberadaan seseorang hanya dengan deruan nafas atau suara lemah yang mereka keluarkan. Pendengarannya super tajam.

Itu menguntungkannya di beberapa kondisi meski Zhanghao lebih banyak merutuk karena setiap malam, telinga pekanya sangat mudah membuat tidurnya terganggu.

Bagian menguntungkan antara lain adalah saat dia bergabung dengan tim basket sekolah, kemampuannya bisa sangat membantu. Atau saat musuh bebuyutannya mencoba untuk menjahilinya dan membuat Zhanghao dipermalukan di depan banyak orang.

Tapi yang paling berguna adalah saat ibunya hendak membangunkannya di pagi hari.

"Lihat," dengan dipastikannya kedatangan wanita itu, Zhanghao bisa segera bangun dan langsung pura-pura seolah sedang bersiap.

Sehingga yang dia dapat di pagi hari bukanlah omelan ibunya, melainkan decakan kecil dan kedua tangan yang sedang berkacak pinggang.

"Kau tidak menyahut saat ibu panggil,"

"Oh ya?"

Cowok itu meraih buku dan memasukkannya ke dalam tas tanpa memilah."Aku jawab. Tapi suaranya kecil. Ibu mungkin tidak dengar."

"Benar, anggap saja seperti itu." raut wajah ibunya sama sekali tidak nampak mempercayai alasan klasik Zhanghao."Jadi, pukul berapa harusnya kamu berangkat untuk acara hari ini?"

Kini, kedua tangan itu terlipat di dada. Ibu Zhanghao berdiri miring dan bersandar di pinggiran pintu. Sementara anaknya termenung, satu buku ditangannya terjatuh tepat dalam mulut tas yang menganga.

Lower Point : 𝒮𝓃ℴ𝓌𝒻𝓁𝒶𝓀ℯTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang