Sebelum baca jangan lupa follow yaa 😉😉
Happy reading!!!* * * *
"Makan yang banyak ya, sayang. Susu nya juga jangan lupa di habiskan, biar kamu tambah pinter di sekolah"
Sandy mendecih mendengar perkataan lembut dari perempuan yang melahirkannya itu.
Dengan perasaan iri dan cemburu, Sandy berjalan menuruni tangga sehingga dapat menyaksikan sosok anak laki-laki yang begitu tampak di perhatikan dan di sayangi oleh kedua orangtuanya. Persis seperti keluarga cemara.
Levin yang mendengar decihan sang adik, menawarkan untuk sarapan bersama di meja makan. Tetapi di tolak begitu saja oleh Sandy.
Sandy terlalu malas untuk bergabung dengan mereka. Belum lagi kata-kata pedas dan menyakitkan pasti akan keluar dari mulut Ayahnya, begitu ia duduk dan sarapan disana.
Sedangkan Liliana, sudah dapat di tebak sikapnya nanti akan seperti apa. Cuek dan tak mau tahu. Mereka sudah seperti tak saling mengenal. Seolah ibunya itu lupa rasa sakitnya saat melahirkan nya, sampai ia tega di biarkan begitu saja.
Bukankah seorang ibu seharusnya mencintai anaknya?
Ibu yang telah berjuang mati-matian untuk melahirkan anaknya, tetapi setelah lahir ke dunia malah bersikap seolah-olah bukan siapa-siapa.
Kemana rasa sakit yang di rasakannya saat ia melahirkan dirinya?
Seharusnya apa yang sudah di dapat dan di peroleh dengan begitu banyak rasa sakit yang dahsyat, harus di rawat dengan penuh cinta dan kasih sayang, bukan?
Bukankah seorang ibu harus memang seperti itu pada anaknya?
Lantas kenapa dia tidak?
Kenapa dirinya tidak pernah sekalipun mendapatkan itu semua dari sosok ibu yang melahirkannya?
Sudahlah, memang nasibnya saja yang kurang beruntung menjadi seorang anak.
Mengabaikan ketiga orang yang dapat membuat moodnya itu hancur, Sandy mempercepat langkah kakinya dan pergi begitu saja menuju ke sekolah.
Hingga sesampainya di sekolah, laki-laki berkulit kuning langsat itu memarkirkan motor hitam nya di parkiran, bersebelahan dengan motor Raju dan Ken.
Sandy melangkah pasti dan percaya diri, sambil memainkan ponsel nya menuju ke kelas. Terlihat beberapa siswi yang mencuri-curi pandang kearahnya, namun sama sekali tak pernah ia gubris.
Sementara dari arah yang berlawanan, seorang gadis dengan raut wajah yang gusar, tengah berlari-lari kecil di sekitaran koridor sekolah. Gadis itu tampak sedang mengetik di ponsel yang ia pegang. Tak sampai satu menit, ponsel yang di pegang gadis itu terjatuh ke lantai yang menyebabkan layar ponsel nya menjadi retak.
"KAMU?"
Kayla terkejut. Dirinya tak sengaja menubruk Sandy, sedangkan lelaki itu sama sekali tak merasa bersalah atas apa yang terjadi pada ponsel Kayla.
Seolah tak terjadi apa-apa, Sandy meneruskan perjalanannya yang tertunda.
"Yahh retak.... padahal baru aja kemarin diganti" Kayla berjongkok mengambil ponselnya yang terjatuh.
Setelah itu Kayla bangkit dan kembali berjalan menuju gerbang sekolah, mengambil titipan baju olahraga yang tadi pagi lupa ia bawa.
* * *
"Kantin kuy!" Raju mengajak Ken dan juga Sandy.
"Yaelah... berasa ngomong sama patung gue" Raju mengeluh melihat keterdiaman kedua sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandyakala
Novela JuvenilSandy adalah pria tampan dan kaya raya. Akan tetapi cinta dan kasih sayang dari keluarga tak pernah ia dapatkan sedari kecil, sosoknya pun tumbuh tanpa rasa peduli dan sifat yang dingin. Jauh di dalam lubuk hatinya terselip rasa ingin dicintai tanpa...