Prolog

597 39 2
                                    

Tampan, rupawan, dan kaya raya ternyata tak cukup mampu untuk membuat seseorang merasa dicintai. Termasuk sosok kedua orangtua yang tak pernah adil dalam membagi cinta dan kasih sayang kepada kedua putranya.

Sedari awal kehadiran Sandy Putra Dirgantara memang tidak pernah diharapkan, karena memang Tomi Baskoro Dirgantara dan Liliana Cahya Dirgantara hanya ingin memiliki satu anak saja yaitu Levin Bagas Dirgantara.

Bahkan kehadiran Sandy untuk yang pertama kalinya hadir di dalam perut Liliana pun tidak diketahui, sebab tanda-tanda kehamilan yang biasanya dialami oleh para ibu hamil sama sekali tidak dirasakan olehnya.

Menjelang kehamilan di bulan ketiga, Liliana baru tersadar bahwa beberapa bulan belakangan ini ia tak kunjung mendapatkan tamu bulanan. Dengan perasaan cemas dan khawatir, Liliana pun bergegas pergi ke rumah sakit untuk benar-benar memastikan keadaan yang sebenarnya.

Segala ketakutan yang di rasakannya selama perjalanan ke rumah sakit pun tidak bisa lagi untuk dielakkan setelah dokter sudah menyatakan bahwa dirinya kini positif hamil. Marah tentu saja, ia benci kenapa ia harus mengandung lagi. Tak terima dengan kenyataan yang ada, Liliana pun tak tinggal diam ia membeli begitu banyak nanas muda dan dua botol air tapai untuk menggugurkan kandungannya.

Tomi pun mendukung keras perbuatan sang istri bahwa Liliana harus menggugurkan kandungannya. Tak sampai disitu pasangan pasutri itu pun pergi ke tempat aborsi untuk melenyapkan sang jabang bayi, tetapi gagal dikarenakan faktor usia dan fisik Liliana tak cukup kuat untuk melakukan itu semua. Mau tak mau akhirnya mereka dengan sangat terpaksa harus merawat bayi yang ada di dalam kandungan tersebut sampai lahir ke dunia.

Sandy, bayi polos itu harus besar tanpa kasih sayang dan perhatian dari orang tua. Segala bentuk pengabaian senantiasa ia dapatkan. Bukan hanya itu, Sandy kerap kali di banding-bandingkan dengan prestasi sang kakak yang beda dua tahun dari dirinya.

Sandy sangat benci ketika ia disuruh harus seperti kakaknya yang menjadi langganan juara olimpiade sains. Ia adalah Sandy bukan Levin, karena sampai kapanpun Sandy tidak akan pernah sama dengan Levin meski mereka terlahir dari perut yang sama.

Kalau ditanya apa hal yang paling tidak di sukai oleh Sandy maka jawabannya adalah sakit. Karena ketika sakit, dia selalu merasakan kesendirian tak ada sosok orang tua dan saudara yang menemani. Kecuali kedua temannya dan seorang gadis yang diam-diam memberikan kenyamanan untuknya.

Tapi apapun itu tidak akan pernah cukup untuk menggantikan kekosongan yang seharusnya diisi oleh peran kedua orang tua meski sekalipun tak pernah ia dapatkan.

Tapi apapun itu tidak akan pernah cukup untuk menggantikan kekosongan yang seharusnya diisi oleh peran kedua orang tua meski sekalipun tak pernah ia dapatkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sandyakala Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang