7. Family Time

72 3 0
                                    

Dan Jaemin yang mendengar usulan si sulung pun langsung menuruti usulan yang diberikan. "Karina, saya permisi." Pamitnya, sebelum pergi meninggalkan teman lamanya ini.

"Sekertaris Kim, saya dan anak-anak masuk ya." Izinnya lagi, sebelum masuk ke dalam ruangan suaminya.

Sekertaris Kim hanya bisa menganggukkan kepalanya, serta tersenyum. Sedangkan temannya langsung melenggang pergi, tidak memperdulikan ucapan dirinya.

Ketukan pintu yang selalu ia lakukan, sebelum dirinya masuk ke dalam ruangan. "Masuk." Suara yang berisi perintah dari dalam ruangan suaminya, yang langsung membuat dirinya masuk ke dalam ruangan, bersama dengan kedua anaknya.

"Ayah!" Teriakan antusias yang diberikan oleh si bungsu, yang langsung berlari menuju meja ayahnya, di mana sang ayah sedang duduk di bangku kebanggaannya, dengan beberapa tumpukan dokumen di atas mejanya.

Mark yang kala itu sedang mengurus dokumennya pun langsung menghentikan kegiatannya, begitu mendengar teriakan anaknya. Ia juga langsung mengangkat wajahnya. Terlihat ketiga anaknya yang masuk ke dalam ruangannya, di ikuti istrinya yang terakhir masuk ke dalam ruangannya.

Ia juga langsung saja beranjak dari kursinya, dan bergegas menghampiri kedua anaknya. "Hai jagoannya ayah, tumben sekali kemari? Ada apa heum? Kangen dengan ayah, ya?" Ujarnya kepada si bungsu, yang saat ini sudah berada di dalam gendongannya.

"Ayah, aku juga mau di gendong." Ucap si sulung, yang iri melihat adiknya yang di gendong oleh ayahnya.

Dan Mark pun terkekeh, serta mulai menggendong si sulung di salah satu tangannya yang masih kosong.

"Chenle, Jisung. Jangan minta gendong dengan ayah dong. Ayah kan sedang lelah karena bekerja." Seruan yang Jaemin berikan kepada kedua anaknya, yang saat ini sudah ada di hadapan suaminya.

"Aku tidak minta gendong sama ayah, bu. Ayah sendiri yang mengendong diriku. Berbeda dengan Chenle." Ujar si bungsu, membela dirinya sendiri.

"Aku minta gendong karena dia minta gendong, bu." Balas si sulung yang juga membela dirinya sendiri.

"Tapikan---"

"Ssstt sayang, aku yang menggedong mereka kok. Mereka tidak meminta untuk di gendong." Lerai Mark, yang lebih memilih untuk melindungi kedua anaknya dari siraman rohani istrinya.

Sementara Jaemin yang mendengar itu pun lamgsung mendecak kesal. "Ck! Jangan terlalu belain anak-anak, Mark." Peringatan yang langsung ia berikan, agar anaknya tidak bersikap manja dengan suaminya ini.

"Iya, enggak. Tumben kemari? Rindu eum?" Tanya Mark, yang saat ini tengah menaik-turunkan kedua alisnya.

"Aku ingin kita semua makan malam bersama di luar, dan main bersama di luar. Bukankah sudah lama kita tidak melakukan itu? Tapi sepertinya kamu sedang sibuk. Aku ganggu waku kamu ya?" Ujarnya, yang sempat melihat berkas dokumen suaminya yang ada di meja milik suaminya.

"Jangan merasa bersalah seperti itu. Aku tidak suka tatapan itu." Peringatan yang langsung Mark berikan, ketika mendengar penuturan istrinya. "Aku tidak sibuk, sayang. Hanya mengecek laporan yang sudah di buat beberapa departemen." Sambungnya.

"Sama aja itu!" Balasnya, yang langsung merengut kesal akan ucapan suaminya.

"Tidak. Sudah ah, jangan omongin pekerjaan lagi. Kamu ingin kita pergi bukan? Jadi, ayo kita pergi sekarang." Ujar Mark, yang langsung menurunkan kedua anaknya, lalu berjalan menuju mejanya. Mengambil jas yang ia taruh di bangku kebangaannya, serta mengambil kunci mobil yang ada di atas mejanya.

"Ayo." Ujarnya lagi, yang langsung menuntun si sulung dan si bungsu. Sementara istrinya mengikut di belakang.
***

"Jisung sayang, jangan lari-lari seperti itu nak." Peringatan yang langsung ia berilan kepada si bungsu yang sedang berlari menuju stand pencapit boneka.

"Ibu, aku ingin boneka tikus itu." Ujar si bungsu, seraya menggoyangkan tangannya, dan menunjuk boneka tikus yang ada di dalam permainan.

"Itu bukan boneka tikus, sayang." Peringatan yang langsung ia berikan akan penuturan salah sang anak.

"Terus apa, bu? Itu bukan boneka tikus? Aku sudah sangka kalau itu boneka tikus!" Ujar sibungsu, yang masih kekeuh kalau itu boneka tikus.

"Bukan boneka tikus, sayang!" Balasnya lagi, yang masih mencoba menahan rasa kesalnya akan sikap keras kepala anaknya.

"Terus apa dong? Boneka itu bentuknya mirip sama tikus. Jadi yang bener yang mana? Kalau bukan tikus, terus apa?" Tanya sibungsu yang masih penasaran.

"Itu boneka hamster, sayang. Bukan tikus." Ujarjya, yang mencoba sabar menjelaskan boneka itu kepada sang anak.

"Hamster? Tapi kok dia lebih mirip kayak tikus, ibu. Boneka itu tidak terlihat seperti hamster." Ujar si bungsu yang masih kekeuh terhadap pendiriannya.

Dan tentunya membuat Jaemin yang mendengarnya langsung menghela nafasnya frustasi. Sungguh, ia ingin marah saat ini. Untung saja ia masih mengingat kalau bocah ini tuh anaknya. Coba kalau tidak? Habis dia dengan dirinya, karena telah berani mengatai hamster yang dengan tikus.

"Ibu, kenapa diam saja?" Tanya si bungsu lagi yang masih bingung melihat dirinya yang membisu.

"Pokoknya dia itu hamster!" Ujarnya dengan penuh penekanan, yang sukses membuat dirinya tambah bingung dibuatnya.

"Tapi bu---"

"Tidak ada tapi-tapian, sayang! Mengerti?!" Ujarnya lagi, yang sudah tidak bisa menahan rasa kesalnya lagi.

"Ayah! Ibu? galak!" Teriakan yang diberikan oleh si sulung yang langsung menghampiri ayahnya, yang tengah bermain bersama anak sulungnya.

Ia hanya bisa menghela nafas pasrah, seraya menggelengkan kepalanya melihat tingkah anak bungsunya, dan langsung menyusul anaknya yang sudah lebih dulu berlari pergi.
***

"Jisung, pelan-pelan makannya sayang. Nanti kamu tersed--" belum sempat dirinya menyelesaikan ucapannya, anaknya sudah lebih dulu terbatuk. Membuat suaminya yang saat ini ada di dekat sang anak, langsung mengambilkan minum untuk si bungsu.

"Kan, sudah ibu katakan." Ujarnya, yang saat ini tengah menatap anaknya yang sedang tersenyum cengengesan.

"Ibu, aku pengen adik lagi." Ujar si sulung yang sukses membuat dirinya yang sedang minum pun tersedak karena ucapan sang anak.

"Kan udah ada aku." Ujar si bungsu, yang saat ini tengah menatap kakaknya dengan tatapan heran.

"Aku mau punya adik perempuan. Bukan laki-laki!" Ujar si sulung lagi.

"Aku tidak mau punya adik!" Seru si bungsu, yang langsung menolak usulan sang kakak. Ia tidak mau tahta anak bungsu yang paling di sayang, jatuh kepada adik barunya nanti.

"Ck! Bilang saja kau takut perhatian ibu dan ayahmu akan ke adik barunya nanti." Balas si sulung.

"Tidak sih! Pokoknya aku tidak mau punya adik!" Final si bungsu, yang saat ini tengah menatap kakaknya dengan tatapan nyalang.

"Tapi aku mau punya adik perempuan!" Ujar si sulung lagi, yanh juga menatap nyalang adiknya.

Dan Jaemin yang mendengarnya hanya bisa meringis. Ia langsung menghela nafasnya kasar sebelum membuka suaranya. "Sstt. Sudah! Hentikan perdebatannya anak-anak. Di depan kalian sedang ada makanan. Inget ucapan ibu?" Tanyanya, yang saat ini tengah menatap kedua anaknya dengan tatapan penuh peringatan.

Seketika kedua anaknya yang tadinya tengah ribut pun langsung tenang begitu mendengar ucapan dirinya. "Inget ucapan ibu?" Tanyanya sekali lagi, dan langsung di balas anggukkan kepala oleh kedua anaknya

"Apa coba?" Tanyanya lagi, guna memastikan kalau anaknya inget ucapannya.

"Jangan berbicara, kalau ada makanan di hadapan kita." Ucap mereka berdua dengan bersamaan.

HIDDEN - MARKMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang