"Hah~~" helaan nafas yang entah sudah berapa kali di layangkan oleh seorang pria yang saat ini tengaj duduk di atas bangku kebanggannya dengan dokumen yang ada di hadapannya, seraya tangan yang tengah memijat pangkal pelipisnya.
Mark, pria yang sedari tadi terus diam menatapi surat perjanjian kontrak antara dua perusahaan. Kontrak perjanjian kerjasama antara perusahaan Lee; perusahaan miliknya, dengan perusahaan Yoo; perusahaan milik Karina, yang memiliki nama lahir Yoo Jimin.
Yup, kemarin kedatangan teman lamanya ini memang ke sini. Tujuan wanita itu ke perusahaannya adalah menawarkan kerjasama untuk membantu perusahaan miliknya yang sedang mengalami keterpurukan.
Ia yang mendengar maksud dan tujuan temannya datang kemari, tidak langsung senang dan langsung menandatangi surat perjanjian itu. Walaupun dirinya ini sedang berada di ujung jurang, tapi ia tetap harus hati-hati. Ia tidak mau terjeblos ke dalam jurang itu.
Yang ia takutkan saat ini adalah, maksud dan tujuan lain yang temannya berikan untuk menjalin kerjasama ini. Kita tidak tau bukan maksud dan tujuan lain temannya mengajak perusahaannya menjalin kerjasama?
Coba kalian bayangkan saja. Banyak perusahaan yang mundur dan menolak menjalin kerjasama dengan perusahaan miliknya, tapi perusahaan Yoo alias perusahaan teman lamanya ini malah berani menjalin kerjasama dengan perusahaan miliknya yang sedang berada di jurang kebangkrutan.
Dan ini merupakan hal aneh yang harus ia selidiki terlebih dahulu. Walaupun di surat perjanjian itu tidak ada kata-kata aneh yang tertulis. Tapi tetap saja. Terlebih tadi malam istrinya ini juga kurang yakin dengan kedatangan teman lamanya kemarin. Ia tidak mau bertindak lebih gegabah.
"Jadi, kau belum menandatangi surat perjanjiannya?" Ujar seorang wanita yang tiba-tiba sudah ada di dalam ruangannya, sukses membuat dirinya tersentak kaget.
"Ka--karina? Kenapa kau kemari? Seingatku, saat ini aku tidak memiliki janji temu dengan dirimu." Ujarnya, yang langsung memandang temannya yang sedang berdiri di hadapannya.
Sementara Karina langsung menghela nafasnya kasar, berjalan menghampiri temannya yang saat ini sedang duduk, lalu duduk di hadapannya dia. "Maaf karena aku sudah lancang main masuk, dan kemari di saat aku belum membuat janji temu terlebih dahulu. Tapi sungguh, aku sudah mengetuk pintu kamu. Tapi kau tidak menjawab apapun. Jadi ya... aku terpaksa masuk ke dalam." Ujarnya, yang masih setia menatap temannya ini.
"Kenapa masih berpikir? Kau meragukan diriku?" Tanyanya lagi, yang sudah berubah tatapannya menjadi menatap sendu temannya.
Tanpa ragu, Mark lanysung menganggukkan kepalanya. Perlakuan miliknya ini sukses membuat temannya langsung menautkan kedua alisnya bingung. "Apa yang membuat dirimu ragu?" Tanya temannya.
"Ini semua. Semua ini membuat diriku ragu Karina. Kau tau bukan kalau perusahaan aku sedang mengalami keterpurukan, dan sedang berada di zona kebangkrutan? Tapi apa yang kau lakukan? Kau malah menawarkan perusahaan aku untuk menjalin sebuah kerjasama, dan bersedia menanamkan modal di perusahaan aku, dengan perjanjian yang sangat tidak masuk akal? Apa sebenarnya tujuan kamu?" Tanyanya, yang saat ini tengah menatap temannya dengan tatapan penuh selidik.
Karina langsung membalas tatapan temannya, sebelum akhirnya menghela nafasnya kasar, dan menyudahi tatapannya. "Mark, aku tau kau sedang ragu dengan bantuan aku ini. Tapi aku berani bersumpah, kalau aku tidak ada maksud apapun. Aku hanya berniat ingin membantu kamu bangkit dari keterpurukan dan dari kebangkrutan. Aku hanya tidak ingin melihat perusahaan yang sudah kamu bangun ini gulung tikar, Mark." Ujarnya.
"Aku tau, perjanjian yang aku buat sangat tidak masuk akal. Memberikan hak sepenuhnya perusahaan kamu untuk melakukan apapun, sementara perusahaan aku hanya bisa setuju, dan keuntungan di bagi menjadi dua. Tapi sungguh, aku tidak ada maksud lain selain membantu." Sambungnya.
"Selain itu, aku menanamkan modal di perusahaan kamu karena aku yakin. Aku yakin kalau kau bisa bangkit dari keterpurukan ini. Aku yakin usaha dan kerja keras kamu." Tambahnya, yang masih berusaha meyakinkan temannya ini.
"Beri aku kesempatan satu hari lagi untuk memikirkan ini." Ucapnya, yang masih ragu akan hal ini. Akan semua tawaran yang diberikan oleh temannya.
Sementara Karina masih menatap temannya cukup lama. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk menyudahi pandangannya. "Baiklah. Aku akan selalu menunggu kamu." Ujarnya yang pasrah atas pilihan temannya ini.
"Aku tunggu besok. Keputusan ada di tangan kamu. Kau ingin menandatangi kontraknya ya sudah. Kalau tidak ya sudah. Semua tergantung keputusan kamu. Aku tidak mau memaksa semuanya" Sambungnya.
"Kalau begitu aku permisi." Tambahnya lagi, yang langsung bangkit dari kursinya, dan pergi dari hadapan temannya.
Setelah Karina keluar, barulah Mark bisa bernafas lega. Pilihan ini sungguh sulit. Apa dia harus meminta saran istrinya? Tapi sepertinya tidak. Kalau meminta saran dengan istrinya, dia harus menceritakan semuanya dari awal kepada istrinya, dan dia tidak mau itu.
Dia tidak mau kalau istrinya ini malah turut khawatir dan memikirkan masalah yang sudah seharusnya menjadi tanggung jawabnya. Dirinya sangat tau istrinya. Istrinya itu tipikal orang yang panikkan, dan akan selalu berusaha semaksimal mungkin membantu orang yang ia sayangi.
Pernah sekali istrinya ini membantu dirinya dalam mengerjakan semua pekerjaannya, karena di kala itu dirinya sedang di rawat di rumah sakit. Dan ya, istrinya selalu berusaha sekuat tenaganya menjaga serta mengerjakan pekerjaan dirinyq, sampai dia jatuh sakit, karena terlalu memfosir tubuhnya. Maka dari situ ja tidak mau memberi tau istrinya tentang masalah yang tengah menimpanya lagi.
---Jika di sana Mark tengah berkutat dengan pikirannya. Mengenai keputusan yang akan ia ambil. Apakah ia menandatangani perjanjiannya atau tidak. Berbeda dengan seorang wanita yang saat ini tengah duduk di bangku kebanggan miliknya yang berplalat Presiden Direktur saat ini.
"Bagaimana mengenai perkembangan perusahaan Lee?" Pertanyaan yang langsung wanita itu berikan kepada anak buahnya.
"Mereka dapat bantuan dana dari perusahaan Yoo. Tuan Lee belum menandatangani kontrak perjanjian kerjasama itu." Ujar sang bawahan, kepada pemilik perusahaannya.
"Kau tau apa yang harus kau lakukan bukan?" Tanya sang atasan itu.
"Tentu saja saya tau, nyonya. Saya akan mencari cara agar perusahaan Yoo tidak menanamkan modalnya serta menjalin kerjasama dengan peruaahaan Lee." Ujar sang bawahan.
"Bagus. Kalau perlu kau tarik saham kita dari perusahaan Yoo, dan hapus semua perjanjian kerjasama serta batalkan kontrak yang kita jalankan. Masalah kerugian biar aku yang tanggung." Ujar wanita itu.
"Nyonya tenang saja. Aku pastikan perusahaan Yoo akan menarik modalnya dari perusahaan Lee, serta membatalkan perjanjian kerjasama mereka." Ujar sang bawahan.
"Bagus kalau begitu. Pokoknya aku hanya ingin berita kehancuran perusahaan serta keluarga Lee. Bukannya perkembangan menuju kemajuan perusahaan dan keluarga Lee." Ujar sang atasan.
"Nyonya, tapi Tuan Jaehyun Lee akan pergi ke luar negeri untuk meyakinkan para investor untuk menanamkan modal mereka ke perusahaan miliknya. Kunjungan pertama yang akan di kunjungi Tuan Jaehyun Lee adalah Paris, kota dengan segudang fashion." Ujar sang bawahan, memberilan informasi penting kepasa atasannya.
"Gagalkan itu! Gagalkan semua rencana yang mereka buat, untuk kemajuan perusahaan Lee. Kalau perlu, kalian bisa membunuh dia. Pokoknya apapun caranya sebelum pria tua bangka itu menjajalkan kakinya di bandara!"

KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN - MARKMIN
FanfictionCERITA INI KHUSUS UNTUK MARKMIN (MARK X JAEMIN) SHIPPER! APABILA KALIAN TIDAK MENYUKAI SHIPPER INI? DIHARAPKAN UNTUK TIDAK BACA CERITA INI! TAPI JIKA KALIAN MEMAKSA UNTUK MEMBACA CERITA INI? JANGAN BERKOMENTAR NEGATIVE DI KOLOM KOMENTAR / DI KEHIDU...