Jam 2 malam, di mana banyaknya insan manusia yang sedang mengistirahatkan tubuhnya, alias tengah tidur. Berbeda dengan Mark yang saat ini sedang berkutat dengan berkasnya di meja kerjanya.
Sudah beberapa jam yang lalu sejak kepulangan keluarganya jalan-jalan. Bukannya pergi tidur bersama dengan istrinya dan kedua anaknya, ia malah memilih melanjutkan kerjanya di ruang kerjanya.
Ketukan dari pintu ruang kerjanya, sukses membuat dirinya langsuny menghentikan kegiatannya. Pintu yang terbuka, menampilkan istrinya yang baru saja masuk dengan nampan berisi makanan dan secangkir minuman.
Istrinya langsung menaruh piring serta cangkir ke atas sudut meja kerjanya. Setelahnya, dia langsung berjalan ke belakangnya. Tangan istrinya juga langsung terulur untuk memijat bahu tegap nan gagah miliknya.
Dan ya, dirinya menikmati sentuhan tangan istrinya. Ia bahkan sempat memejamkan matanya, guna menikmati pijitan istrinya. "Kenapa bangun heum?" Tanyanya kepada istrinya yang masih dengan posisinya.
"Kebangun karena haus. Eh pas bangun, aku gak liat kamu di ranjang. Habis minum, aku langsung bikinin camilan sama teh hangat buat kamu, dan langsung ke sini. Soalnya aku yakin banget kamu ada di sini." Ujar sang istri.
"Kamu kenapa belum tidur? Ada masalah di kantor? Tadi aku sempet ketemu Karina di kantor kamu. Katanya kantor kamu lagi butuh suntikan dana. Terus tadi aku juga ngedenger temennya kedua anak kita bilang kalau sebentar lagi mereka jadi gelandangan." Ujar sang istri.
"Kalau ada masalah, cerita sama aku. Kali aja aku bisa bantu kamu." Sambungnya. "Atau setidaknya beban kamu berkurang. Aku janji kalau aku bakalan bantu kamu sekuat tenaga aku." Tambahnya.
Dan ia yang mendengar ucapan istrinya pun langsung memegang tangan istrinya. Di tarik tangan mungil istrinya ini, yang membuat istrinya langsung oleng dan duduk di atas pangkuannya.
Ia juga langsung membalikkan tubuh istrinya agar bisa berhadapan dengan dirinya. Setelah berhadapan, ia langsung menaruh kepalanya di atas pundak sempit milik sang istri.
Dan istrinya juga tidak diam saja. Dia juga langsung mengusap punggung belakangnya. Memberikan kenyamanan untuk dirinya.
"Kamu tenang aja, ini bukan masalah besar." Ujarnya, yang masih setia menaruh wajahnya di perpotongan leher jenjang milik istrinya.
"Benarkah?" Tanya istrinya sekali lagi, yang memastikan bahwa dirinya tengah berkata sebenarnya.
"Iya, sayang." Jawabnya.
"Benarkan? Kamu gak bohong?" Tanya istrinya sekali lagi, yang membuat dirinya terkekeh. "Iya, sayang. Kamu tenang aja. Tugas kamu itu cuma urus anak-anak sama bahagiain diri kamu sendiri. Masalah keuangan atau kantor? Aku masih bisa handle. Nanti kalau aku sudah tidak bisa menghandle semuanya? Aku akan bilang ke kamu." Ujarnya. Iq tidak mau membuat istrinya khawatir mengenai masalah perusahaan, yang sudah menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
"Mark sayang, kamu inget kan perjanjian kita? Susah senang selalu kita lewatin bersama? Sekecil atau sebesar apapun masalahnya, kita akan atasi bersama." Ujar istrinya, yang tiada hentinya memperingati perjanjian mereka sebelum menikah.
"Aku ingat, sayang. Mana mungkin aku lupa perjanjian yang sangat penting itu." Ujarnya, yang tidak akan lupa akan perjanjian yang mereka berdua berikan.
"Lantas, kenapa kamu masih diam dan tidak memberi tau aku? Kamu takut atau meragukan diriku kalau aku tidak bisa membantu atau menyelesaikan masalah kamu? Mark, aku lulusan bisnis manajemen kalau kau lupa." Ujar istrinya lagi, yang masih memperingati dirinya.
"Hey, kata siapa aku meragukan dirimu? Sama sekali aku tidak pernah meragukan kamu. Kau istri sekaligus ibu yang sangat pintar untuk aku dan anak-anakku. Mana mungkin aku ragu." Ujarnya.
"Lantas kenapa tidak bercerita?" Pertanyaan yang langsung istrinya berikan, yang tidak ada hentinya meminta dirinya untuk berkata yang sejujurnya.
"Karena aku masih bisa menghandel semuanya, sayang. Yang perlu kau tau saat ini adalah aku memang sedang memiliki masalah di perusahaan aku. Tapi kau tidak usah khawatir. Aku masih bisa menghandlenya." Ujarnya, yang masih tidak mau memberi tau masalah yang tengah ia hadapi. Ia tidak mau membuat istrinya khawatir.
"Eung... Mark." Desisan yang langsung istrinya berikan, begitu dirinya menghisap perpotongan leher jenjang istrinya.
"Sayang, bagaimana kalau misalkan kita kabulkan keinginan anak kita?" Ujarnya, yang masih meneruskan karyanya.
"Mark, tapi---" ucapan istrinya langsung terpotong karena dirinya yang tiba-tiba mencium bibir mungilnya dia, dan mengangkatnya. Menggendong istrinya ala koala. Lalu membawanya keluar dari ruang kerjanya.
Sampai di depan ruang kerjanya, ia langsung berjalan tanpa melepaskan tautan bibirnya. Meletakkan istrinya ini di atas ranjang miliknya, lalu mengungkung tubuh kecilnya, dan meneruskan aksinya. "Say my name, babe."
***Pagi harinya, kediaman Lee melakukan kegiatan seperti biasanya. Sang ibu yang sudah sibuk seperti semula. Menyiapkan makanan di bantu oleh beberapa maid. Menyiapkan bekal untuk suaminya dan kedua anaknya. Memandikan serta menyiapkan pakaian serta seragam sekolah ketiga anaknya, dengan bantuan baby sisternya. Lalu menyiapkan pakaian kerja suaminya, serta membantu suaminya memakai pakaian kerjanya.
Setelah itu, mereka mulai sarapan bersama. Tidak tenang seperti biasa keluarga sarapan, karena di selingi beberapa ocehan ketiga anaknya. Anak bungsunya yang selalu memulai pertikaian, dan anak sulungnya yang selalu membalas pertikaian si bungsu. Serta suaminya yang terkadang mengompori kedua anaknya. Dan berakhir dirinya lah yang harus menyudahi pertikaian kedua anaknya.
Dan setelah drama sarapan pagi, ia langsung mengantar suami dan anak-anaknya pergi. Suaminya yang mengantar kedua anaknya pergi ke sekolahnya. Sementara dirinya yang menjaga rumah.
Suaminya ini memang melarang dirinya untuk bekerja. Karena bagi suaminya, suaminya ini masih mampu untuk menafkahi dirinya secara fisik maupun materi.
"Hati-hati ya. Ingat! Ayah jangan mengebut. Kalian berdua juga jangan nakal di sekolah ya. Dengerin apa yang di katakan miss Haechan." Ujarnya, yang tiada hentinya memperingati kedua anaknya dan juga suaminya.
"Siap, hu!" Balas mereka secara serentak, lalu berpose hormat.
"Cha, sebaiknya kalian berangkat." Titahnya, setelah mendapat jawaban dari kedua anaknya.
"Morning kissnya mana." Pinta suaminya, seraya menunjuk pipinya dengan jari telunjuknya. "Mark." Peringatan yang langsung ia berikan, seraya melirik kedua anaknya.
Bukan Mark namanya kalau menuruti ucapannya. Suaminya ini langsung mencuri morning kiss di bibirnya. Membuat dirinya langsung membelalakkan kedua matanya, dan ingin memprotes. Namun niatnya langsung terbungkam oleh ucapan si bungsu.
"Ayah kissing ibu. Kata Miss Haechan, kiss artinya tanda sayang. Aku juga mau di kiss dong, bu." Ujar si bungsu, yang sudah merentangkan kedua tangannya untuk di kiss oleh ibunya.
Dan ia pun langsung mencium kedua anaknya. "Cha. Waktunya berangkat jagoan." Ujarnya, yang langsung menuntun masuk kedua anaknya ini ke dalam. Memasangkan seatbelt untuk mereka berdua.
"Hati-hati!" Ucapnya sebelum mobil suaminya ini pergi meninggalkan area perkarangan rumahnya.
"Cha, sekarang waktunya berbenah." Ujarnya, yang langsung masuk kembali ke dalam rumahnya.
Tepat setelah ia masuk ke dalam rumah, ponsel yang ada di saku celananya berbunyi. Ia pun langsung mengambil ponselnya dan mengangkat teleponnya.
Ada apa?
---
Apakah harus?
---
Baiklah, aku akan ke sana.
Setelah mengatakan hal itu, aku langsung mematikan teleponnya secara sepihak, dan langsung pergi ke dalam. Tepatnya masuk ke dalam kamar utama. Kamarnya dan suaminya. Sampai di kamar utama, ia langsung mengganti pakaiannya, dan mengambil kunci mobil miliknya.
"Nona Kim." Panggilnya, kepada baby sister kedua anaknya.
"Iya Nyonya." Sahut Nona Kim.
"Tolong jaga rumah sebentar. Aku ada urusan keluar." Pintanya. Setelah mengatakan itu, ia langsung pergi keluar, tanpa menunggu balasan baby sister anaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN - MARKMIN
FanficCERITA INI KHUSUS UNTUK MARKMIN (MARK X JAEMIN) SHIPPER! APABILA KALIAN TIDAK MENYUKAI SHIPPER INI? DIHARAPKAN UNTUK TIDAK BACA CERITA INI! TAPI JIKA KALIAN MEMAKSA UNTUK MEMBACA CERITA INI? JANGAN BERKOMENTAR NEGATIVE DI KOLOM KOMENTAR / DI KEHIDU...