"Kita mau ke kantor ayah, bu?" Pertanyaan yang diberikan oleh si bungsu yang sedang di dandani oleh dirinya.
"Iya, sayang. Dah, ayo kita jalan." Jawaban yang langsung ia berikan, setelah selesai mendadani si bungsu yang ada dihadapannya.
"Kenapa kita ke kantor ayah, bu?" Sekarang gantian, si sulung yang bertanya kepada dirinya, yang saat ini tengah menuntun sang adik.
"Jalan-jalan. Sudah lama kita tidak jalan-jalan bersama bukan?" Jawaban yang ia berikan akan pertanyaan si sulung.
"Asyik! Main time zone!" Seruan penuh semangat yang bungsu berikan, akan jawaban yang ia berikan.
"Iya. Kita main banyak permainan di sana." Sahutnya, yang tersenyum melihat antusias si bungsu.
"Bibi Chulso, bagaimana? Apakah paman Kim sudah siap?" Tanyanya, kepada kepala asisten rumah tangganya.
"Sudah, nyonya. Dia sudah ada di depan." Ujar bibi Chulso, yang merupakan kepala asisten rumah tangganya.
"Baiklah kalau begitu, terima kasih ya, bi." Ujarnya, yang langsung membawa kedua anaknya ke depan rumahnya.
Sampai di depan rumahnya, ia langsung memasukkan kedua anaknya di kursi penumpang belakang. Di bantu dengan paman Kim yang turut membantu dirinya.
Setelah memasangkan seatbelt kepada anaknya, ia langsung masuk ke kursi penumpang samping kemudi. Di ikuti paman Kim yang juga masuk ke dalam kursi kemudi. Paman Kim langsung menjalankan mobilnya pergi meninggalkan perkarangan kediaman keluarganya.
Di selama perjalanan, kedua anaknya berceloteh ria. Ada saja obrolan yang membuat mereka menyambung satu sama lain. Padahal mah yang ia dengar tidak ada nyambungnya sama sekali. Dan ia hanya bisa mendengar ocehan yang di keluarkan anaknya. Tidak ada niatan untuk menimbrung ke dalam obrolan anaknya.
Sampai akhirnya mereka tiba di depan gedung pencakar langit. Ia langsung turun dari mobilnya, dan langsung menurunkan anak-anaknya, dengan bantuan paman Kim. "Paman Kim, terima kasih ya." Ujarnya seraya memberikan uang tip kepada paman Kim.
"Sama-sama, nyonya Lee." Ujar Paman Kim.
"Anak-anak, pamit dulu sama Paman Kim." Ujarnya kepada kedua anaknya yang sudah berada disamping kanan dan kirinya.
"Paman Kim, kami Ke ayah dulu ya." Ujar si sulung. "Hati-hati, paman Kim." Sahut mereka berdua secara bersamaan.
"Terima kasih Tuan Muda." Ujar Paman Kim, sebelum menyetirkan mobilnya pergi, meninggalkan perkarangan perusahaan milik keluarga Lee.
Sedangkan Jaemin, ia langsung membawa masuk kedua anaknya yang saling menuntun satu sama lain, dengan dirinya yang berada ditengah mereka berdua. Begitulah gambaran mereka berjalan berurutan, dan saling berpegangan tangan satu sama lain.
Begitu masuk ke dalam perusahaan, banyak sekali karyawan yang menyapa mereka. Baik dirinya dan juga kedua anaknya membalas sapaan mereka.
Sampai akhirnya mereka tiba di depan lift khusus CEO. Ia langsung menekan tombol lift, dan lift pun langsung terbuka. Ia langsung saja masuk ke dalam lift, bersama dengan ketiga anaknya. Menekan tombol lantai ruangan suaminya.
"Ibu. Pokoknya aku ingin bermain di Lotte Mart!" Seruan si bungsu, menentukan tempat yang akan mereka mainkan.
"Iya, sayang. Kita akan main di sana." Jawabnya, yang langsung menuruti keinginan anak bungsunya.
"Tapi aku tidak suka, bu! Aku maunya tuh main di time zone!" Seru si sulung, yang langsung menolak saran yang diberikan oleh adiknya.
"Iya, nanti kita juga main di sana ya. Kalian jangan bertengkar. Apalagi di depan ayah. Kasihan ayah. Dia sudah lelah sama pekerjaannya. Kalian jangan menambahnya, mengerti?" Ujarnya memberikan pengertian kepada kedua anaknya, supaya anaknya tidak rewel dan merengek kepada suaminya.
Baik si sulung maupun si bungsu pun langsung menganggukkan kepalanya. "Mengerti, bu." Jawaban yang langsumg mereka berikan secara bersamaan.
*ting* pintu lift pun terbuka. Ia langsung menuntun anaknya keluar. Mereka bertiga berjalan menelusuri lorong perusahaan, sampai akhirnya mereka tiba di meja sang sekertaris suaminya.
"Selamat sore Nyonya Lee, selamat sore duo." Sapaan yang langsung diberikan oleh sekertaris Kim.
"Selamat sore juga, Aunty Kim!" Sapaan balik yang mereka berdua berikan secara bersamaan.
"Selamat sore juga sekertaris Kim. Apakah Tuan Lee ada di dalam?" Tanyanya.
"Ada. Tapi sepertinya sedang ada tamu. Sebaiknya anda tunggu dulu." Ujar Sekertaris Kim.
"Ah, baiklah. Terima kasih." Ujarnya, lalu membawa ketiga anaknya duduk di sofa ruang tunggu.
"Ibu, kenapa kita tidak langsung masuk ke dalam?" Tanya si sulung.
"Iya, bu. Kenapa tidak langsung masuk ke dalam? Apakah ayah tidak ingin bertemu dengan kita ya?" Sahut si bungsu.
Ia yang mendengarnya pun langsung tersenyum, lalu menggelengkan kepalanya. "Tidak, sayang. Ayah sedang ada tamu di dalam. Jadi, kita harus tunggu dulu di sini." Ujarnya, memberikan pengertian kepada anaknya.
"Tamu? Apakah penting? Bukankah ayah bilang sepenting apapun, Kita semua yang lebih penting di banding yang lainnya." Tanya si sulung.
"Kau benar, sayang. Ayah pernah bilang kalau ibu, kamu dan adik kamu itu lebih penting dari siapapun. Tapi tamunya ayah juga penting sayang. Kalau tamunya ayah pergi, ayah bisa kehilangan pekerjaannya. Nanti kalau misalkan ayah kehilangan pekerjaannya, ayah tidak akan mendapatkan uang untuk sekolah, makan serta jajan kalian berdua. Emangnya kalian mau?" Tanyanya yang langsung di gelengi ketiga anaknya.
"Kalian tidak mau bukan? Jadi, kalau misalnya ayah sedang ada tamu, kamu tidak boleh langsung menyelonong ke dalam. Atau mengganggu ayah yang sedang berbicara dengan tamunya. Itu juga masuk ke dalam tindakan yang tidak sopan. Jadi, sebaiknya kita bertiga menunggu ayah disini sampai ayah selesai berbicara dengan tamunya. Kalian mengerti?" Ucapnya, yang langsung di balas anggukkan kepala oleh kedua anaknya.
"Mengerti, bu." Ujar mereka berdua secara bersamaan.
Suara pintu yang di buka, membuat perhatian ia dan kedua anaknya langsung teralihkan.
"Nyonya Lee, sepertinya tamunya sudah selesai." Ujar Sekertaris Kim, memperingati sang ibu.
Dan ia pun langsung beranjak dari duduknya, di ikuti ketiga anaknya. "Eoh, Na Jaemin?" Ujar tamu itu, ketika melewati dirinya.
"Karina?" Seruan balik yang ia berikan, yang terkejut dengan kedatangan teman lamanya, Karina.
"Ah iya, aku lupa kalau kau istri dari Mark Lee." Ujar Karina.
"Mau apa kau kemari?" Tanyanya, yang mewanti-wanti kedatangan teman lamanya ini.
"Tentu saja menjalin kerja sama. Bukankah suami kamu itu sangat membutuhkan pertolongan suntikan dana?" Ucap Karina, menatap dirinya dengan senyuman penuh arti.
Dan ia langsung menautkan kedua alisnya bingung. Suntikan dana? Apakah perusahaan suaminya ini sedang mengalami masalah? Tapi kenapa dia sama sekali tidak pernah bercerita kepada dirinya?
"Ah, atau jangan-jangan kau tidak tau kalau perusahaan milil suami kamu ini sedang berada di dalam ambang kebangkrutan?" Ujar Karina, di iringi senyuman penuh arti itu. "Ya ampun. Kasihan sekali dia! Mempunyai seorang istri yang sama sekali tidak memperhatikan dirinya." Sambungnya.
"Kalau lama-lama seperti ini, dia bisa-bisa cari wanita lain yang lebih baik dan bisa memperhatikan dirinya. Eoh, apakah aku harus mendaftar? Sepertinya aku sangat cocok dengan tipe idealnya dia." Tambahnya.
"Ibu, tante jahat ini siapa?" Pertanyaan yang langsung si sulung berikan, menatap wanita yang ada dihadapannya ini dengan tatapan tidak bersahabat.
Mereka berdua yang notabennya masih terbilang anak-anak ini tidak tau apa yang di bicarakan perempuan ini. Tapi si sulung sangat yakin kalau perempuan yang ada di hadapannya ini tidak baik.
"Ah sayang, kenalkan aku ini wanita yang sebentar lagi menjadi ibu tiri kamu dan ibumu." Ujar Karina.
"Ibu, aku tidak suka dengannya." Ujar si bungsu, yang langsung mengumpat di belakang dirinya, begitu teman lamanya ini ingin salaman dengan sang kakak.
"Aku juga tidak suka sama tante itu, bu." Sambung si sulung. "Ibu, bagaimana kalau kita langsung masuk ke ruangan ayah?" Usulnya lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN - MARKMIN
FanfictionCERITA INI KHUSUS UNTUK MARKMIN (MARK X JAEMIN) SHIPPER! APABILA KALIAN TIDAK MENYUKAI SHIPPER INI? DIHARAPKAN UNTUK TIDAK BACA CERITA INI! TAPI JIKA KALIAN MEMAKSA UNTUK MEMBACA CERITA INI? JANGAN BERKOMENTAR NEGATIVE DI KOLOM KOMENTAR / DI KEHIDU...