Akhirnya

767 11 5
                                    

"Sudah sampai?" Sasa rasa pertanyaan Brian sangat basi, mengingat dirinya sudah di depan mata. Harusnya tidak perlu bertanya lagi.

"Yoi," jawab Cika dan langsung masuk ke dalam cafe. Kebetulan cafe ini bukan outdoor, sehingga meninggalkan Brian dan Sasa yang masih ada di depan pintu masuk cafe. Brian dengan pelayanan yang baik yaitu menjemput Sasa dan Cika di depan pintu cafe. Itu semua karena larangan jemput ke rumah Sasa sehingga Brian cuman bisa melakukan itu.

"Yuk masuk," ajakan dan tarikan yang di terima Sasa. Membuat Sasa bertahan pada posisi berdiri nya. "Kenapa?" Tanya Brian lantaran Sasa tidak bergerak sama sekalih.

"Tangan lo." Jawab sinis Sasa. Selain Sasa malu karena banyaknya orang yang pasti melihatnya di gandeng, juga karena jantung Sasa yang berdetak tidak menentu. Saat tangan Brian mengenggamnya. "Lo ngga lihat ramai?"

"Emang kalo ngga ramai, boleh?" Seakan Sasa mengalih lubang kematiannya sendiri. Pertanyaan jail Brian muncul dan di akhiri oleh tawa mengejek. Dengan kesal Sasa  menghentakan tangannya sehingga membuat tangan Brian terlepas. Sasa tidak ingin lebih lama berduaan dengan Brian dan memulai masuk menuju Cika. Karena kebetulan di samping Cika terdapat kursi kosong. "Jalannya cepat banget."

Sasa tidak peduli, apapun yang di lakukan Brian. Yang Sasa inginkan saat ini, duduk diam tanpa mengundang banyak perhatian lalu pulang. Namun, nasib beruntung tidak berpihak kepadanya. Sebuah pertanyaan tiba-tiba terdengar. "Brian, lo bawa siapa?" Jadi, harapan Sasa untuk tidak jadi perhatian banyak orang harus kandas. "Itu bukan anak kelas, sebelah?" Kalimat tanya demi tanya datang bergantian dari orang yang berbeda.

Brian tahu kalo teman-temannya pasti tanya ini dan itu. Tapi, Brian memilih diam dan menarik kursi buat Sasa duduki. "Itu, Sasa cupu!"

Kalimat ejek yang keluar dari mulut Angel. Membuat Sasa mengalihkan pandangannya melihat Angel di ujung meja sana. "Lo marah di katain, cupu?"

Sasa sangat tidak peduli dengan ejekan Angel. "Lo ada kaca, ngga sih?" Namun, berbeda dengan Cika yang langsung bertanya dengan sinis. "Gue saranin ngaca deh." Jika mode seperti ini, jangan berani-berani menghentikan Cika. Karena resikonya sangat besar. Cika bisa-bisa lebih mengamuk sehingga Sasa yang duduk di sampingnya hanya diam. Membiarkan Cika berbicara sesukanya.

"Cupu gimana sih?" Tanya cowo yang duduk di depan Sasa.

(Gambaran Sasa pergi cafe dan sumber gambarnya dari pinterest)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Gambaran Sasa pergi cafe dan sumber gambarnya dari pinterest)

Cowok tersebut sangat tidak membenarkan apa yang di bilang oleh Angel. Sedangkan Brian sendiri tidak mempedulikan Angel, yang di lakukannya hanya melihat ekspresi yang di tampilkan oleh Sasa. Pakaian Sasa sungguh modis walau hanya memakai topi, hodie, celana jeans dan sneakers putih. Itu semua terlihat pas di mata Brian. "Lo ngga mau ngenalin dia?" Entah berapa orang yang duduk di meja hasil gabungan ini dan sialnya Sasa tidak tahu siapa yang bertanya. Karena semua mata tertujuh padanya. Kecuali Angel yang selalu memutar bola matanya dengan malas tanda tidak suka terhadap dirinya.

Ragumu, Rugimu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang