Malam minggu

485 10 14
                                    

"Lo lihat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo lihat ini." Sasa melihat ponsel Cika yang di sodorkan kepadanya, yang menampilkan status instagram. Pria yang akhir-akhir ini, membuatnya berdebar telah di foto secara diam-diam yang sialnya terlihat sangat tampan pada foto tersebut. Tapi, yang membuat Sasa sedikit tidak suka saat di ujung sana, nama instagram itu. "Ini Brian kan? Ko di status ig nya Angel sih. Mereka ketemuan di mana yah."

Sasa mengedipkan bahunya dengan acuh. Seolah mengatakan tidak peduli dengan hal itu. Tapi, yang sebenarnya seperti Cika yang bertanya-tanya, Sasa pun sama. Sasa di dalam hatinya gelisah karena ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi, kenapa Brian dan Angel bertemu. "Lo beneran, ngga ada rasa sama Brian?" Pertanyaan Cika sebenarnya tidak sulit untuk di jawab tapi, karena ada yang tumbuh di hatinya sehingga terasa sulit di jawabnya. "Eh, malah bengong." Sengol Cika tepat pada bahu Sasa.

"Apaan dah." Decak Sasa tidak suka.

"Lo yang apaan. Segitunya banget di pikirkan, padahal gue cuman nanya doang." Bela Cika pada dirinya sendiri.

"Abisnya lo nanya. Nyolot banget."

"Lo ngaca ngga sih? Yang nyolot yah eh lo."

"Ish lo. Yang nyolot, babi."

"Gue babi. Lo anjing." Mereka berdua saling mengejek. Tiada yang mau mengalah. Keributan saling serang bantal terjadi. Sasa memukul kepala Cika mengunakan bantal guling dan tertawa saat merasa lawannya sedikit kesakitan.

"Sakit bego!" Teriak Cika tidak terima karena kepalanya terkena pukulan bantal guling Sasa yang sebenarnya tidak sakit, tapi karena dirinya kaget dengan serangan tiba-tiba itu. Membuat Cika sangat marah. Cika dengan modal kemarahan menyerang balik Sasa dengan cara naik di tempat tidur Sasa dan mengejarnya. "Mati lo!" Seru Cika. Setiap mengayungkan bantal.

Sasa tidak menutup kepalanya atau menghindar dari pukulan Cika. Karena tujuannya saat ini tidak lain ingin membuat Cika meminta ampun lantaran dirinya membabak belurnya dengan kekuatan super yang di punya. "Rasain, ihh."

Perkelahian itu berlanjut tanpa henti. Mereka berdua seakan memainkan game pertarungan yang intinya harus menang atau kalah. Tanpa tahu bawa mereka berdua cukup berisik sehingga hitungan menit mereka ditegur.

"Sasa, Cika!" Teriak Kak Satrio setelah membuka pintu kamar Sasa secara kasar.

Sasa dan Cika menengok ke sumber suara dan terdiam menatap Kak Satrio yang sudah bertolak pinggang. Cika yang berdiri di atas tempat tidur, cepat-cepat turun dan berdiri di samping Sasa. "Kalian ngapain, ha?"
Mereka berdua saling melirik satu sama lain. Di tanya seperti itu tentu mereka tidak memiliki jawaban apapun. Karena mereka melakukan perang bantal tanpa ada perjanjian terlebih dahulu atau pembicaraan terlebih dahulu. "Kalian tahu, ini jam berapa?"

Mode marah Kak Satrio yaitu meletup-letup jadi sungguh membuat Sasa dan Cika, menciut. "Maaf kak," dengan serentak mereka mengucap maaf.

"Jangan gitu lagi." Kak Satrio beri peringatan sebelum keluar dari kamar Sasa. Tentunya bagi Sasa dan Cika peringatan itu hanya angin berlalu yang tidak ada apa-apanya.

Ragumu, Rugimu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang