Brian

490 9 2
                                    

"Lo, yang namanya Sasa?"

Sasa benar-benar kaget saat baru keluar dari WC. Ada suara tanya di tujuhkan kepadanya secara tiba-tiba, Sasa menghentikan langkahnya. Setelah menetralkan rasa kagetnya Sasa berbalik dan menatap pria yang sedang menyadar di tembok tersebut. Untuk kedua kalinya terhitung dari beberapa menit Sasa kembali kaget. Karena pria yang ada di depannya adalah pria yang tadi Cika gosipin, yaitu Brian. "Iya." Mengatur mimik wajah kagetnya lalu Sasa menjawab.

Senyum menawan Brian tampilkan. "Gue Brian." Brian menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan. Di tempatnya Sasa, hanya melihat tangan Brian dan wajah Brian secara bergantian. "Lo jijik dengan tangan gue?" Mungkin Brian tersingung dengan cara lihat Sasa sehingga kalimat itu keluar dari mulut Brian.

"Ehm, sorry." Pada akhirnya Sasa menerima tangan Brian. "Gue Sasa."

"Lo pulang sama siapa, Sa?" Dengan SKSK (so dekat so kenal) Brian lakukan. Karena menurut Sasa, pertanyaan seperti itu menjurus dengan pertemanan yang sudah lama bukan baru beberapa menit yang lalu.

"Naik bis."

Senyum Brian tambah lebar mendengar jawaban Sasa. "Lo mau pulang sama gue?"

Sasa tidak kaget dengan pertanyaan Brian. Karena sudah menebak kemana arah pembicara Brian sebelumnya. Walau, Sasa tidak pernah dekat dengan cowo perihal yang berbau dengan asmara tapi, Sasa tahu kode dan topik pembicaraan cowo yang mau dekat dengan cewe. "Sorry, gue mau masuk kelas dulu." Sasa tidak akan menerima ajakan itu bukan tanpa alasan tapi, beribu alasan.

Sasa langsung berlari meninggal Brian. Menuju kelasnya yang masih dalam proses pembelajaran, seharusnya. Sedangkan Brian di tempatnya merasa terusik dengan penolakan itu. Ada yang beda Brian rasakan saat melihat Sasa entah mungkin dia suka atau jatuh cinta tapi, tetap saja ada beda yang dirasa. 6 bulan setelah menginjakan kaki di sekolah barunya, pandangnya tidak pernah berubah terhadap Sasa. Sasa yang tidak pernah meliriknya, berbeda dengan cewe yang ada di sekolah ini, yang selalu mencari perhatiannya. Sehingga membuat Brian tertantang untuk dekanmt lebih jauh dengan Sasa.

"Gue pastikan, lo cepat atau lambat jadi milik gue." Ucap Brian pada dirinya sendiri. Lalu berlalu ke kelas tepat di samping kelas Sasa.

"Lo, lama banget." Keluh Cika saat Sasa sudah duduk di tempatnya. Guru sudah mengakhiri pelajaran 5 menit dari Sasa masuk.

"Namanya juga cewe." Bela Sasa.

Mendegus tidak suka Cika lakukan. "Lo sekarang pintar bela diri yah."

"Yah iyalah. Ini kan hasil didikan elo."

"Tapi, sayangnya ngga bisa bela diri di depan Angel."

"Sialan lo!"

Cika tertawa melihat Sasa kesal karena ucapannya. "Yuk pulang."

"Males." Ucap Sasa sambil mengambil tasnya dan meninggalkan Cika. Sementara teman kelasnya yang lain banyak yang sudah pulang dan tinggal beberapa orang termasuk Cika yang menunggunya.

"Isst, sudah di tungguin juga. Malah ninggalin." Cika berteriak. Meneriaki Sasa yang berjalan cepat. "Awas yah Sa!"

Sasa yang berjalan cepat kini berlari sambil tertawa saat mendengar Cika meneriakinya, mengumpatinya dan memakinya. Sasa suka kalo Cika dalam mode marah, jadi tidak jarang Sasa sengaja membuat Cika marah.

"Sahabat sialan!" Umpatan Cika kali ini membuat Sasa tidak fokus lantaran selalu berbalik memperhatikan Cika yang mengejarnya.

Bukkk

Sasa menabrak sesuatu yang keras hinga dirinya yang akan terjatuh duduk di tehel, sebelum akhirnya ada yang memegang pinggangnya sehingga Sasa tidak perlu merasakan sakit. Sasa juga memegang tangan itu, lalu bernafas lega. "Hai Sa."

Ragumu, Rugimu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang