𝐷𝑢𝑎 𝑝𝑢𝑙𝑢𝘩 𝑟𝑖𝑏𝑢 𝑡𝑎𝘩𝑢𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚𝑛𝑦𝑎
Hari masih terlalu pagi, bahkan matahari baru baru naik sepenggalan. Gunung-gunung tinggi di kejauhan tampak seperti hantu-hantu hitam raksasa berselimut asap tebal. Berkas sinar keemasan yang menerobos lapisan awan tampak mengagumkan.
Kabut mengambang sekitar satu meter dari permukaan danau yang tenang. Airnya begitu jernih laksana cermin. Cuaca dingin lumayan menusuk. Meski sudah mengenakan mantel tebal yang terbuat dari bulu rubah, gadis itu tetap saja kedinginan.
Di tengah danau terdapat sebuah daratan kecil yang ditumbuhi rerumputan, juga satu pohon besar yang dahan-dahan kokohnya terjulur memanjang hingga melewati tepi pulau kecil itu. Ada sebuah gazebo dibangun di sana, dan sebuah jembatan kayu menghubungkan pulau itu dengan tepi danau.
Di tengah jembatan kayu seorang gadis berdiri menghadap permukaan danau. Namanya Lu Lianhua, masih berusia 17 tahun. Asap tipis keluar dari mulutnya saat dia menghembuskan napas. Wajahnya yang sedikit pucat tampak penuh tekad.
Lu Lianhua
"Kali ini aku tidak boleh gagal lagi, kalau tidak shifu (guru) akan menghukumku menyalin kitab yang banyak."
Dia benci menulis, lebih baik dihukum membersihkan debu atau menata buku-buku di rak. Atau mengambil air untuk minum para kuda. Baginya itu masih lebih baik.
Tapi gurunya Xiao Bingyan selalu menghukum Lu Lianhua dengan sesuatu yang dia benci. Ada bagusnya, hal ini membuat gadis itu berusaha mati-matian menguasai kekuatan spiritual baru yang diajarkan sang guru. Tapi di saat yang sama dia merasa gurunya kadang-kadang kejam.
Menyuruhnya berlatih sepagi ini di tengah cuaca dingin. Untuk mencapai danau ini saja harus mendaki selama hampir satu jam dari area utama tempat sekte Baiyun berada. Yang lain mungkin sedang bersiap untuk sarapan sekarang. Dia sedikit cemberut karena merasa lapar.
Ucapan sang guru tadi malam kembali terngiang di benaknya,
"Jika kau gagal lagi di hari ke lima mempelajari pengendalian kristal air, aku akan menghukummu menyalin 10 kitab sekaligus."
"Shifu, itu terlalu banyak," gadis berusia 17 tahun itu merengek.
"Kalau begitu jangan ulangi kegagalanmu besok pagi, mengerti?"
Xiao Bingyan selalu tampak tenang seperti permukaan danau cermin, tapi hatinya sekeras batu giok. Jika dia sudah memutuskan sesuatu tak ada seorangpun yang bisa membantahnya. Tak peduli Lu Lianhua memohon seperti apa.
Akhirnya gadis itu hanya bisa pasrah dan berkata, "wo mingbai (aku mengerti)."
Kedua tangannya sudah menyatu di depan dada membentuk simbol untuk membuka kunci kekuatan spiritual. Kedua ujung telunjuknya saling menempel, sementara jari-jari lainnya yang menekuk lebih rendah saling menekan dengan formasi berubah-ubah sebanyak tiga kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Immortal Love ( ZhanLu)
FanfictionPercayakah kamu bahwa cinta lebih abadi dari pada kehidupan itu sendiri? Ketika sosok yang dikasih telah tiada, cinta itu masih tinggal di dalam hati. Enggan pergi dan tetap di situ seperti akar pohon yang telah menghujam jauh ke dalam tanah.Bagaima...