Lianhua masih berusia 15 tahun saat pertama kali menginjakkan kaki di gunung Baiyun. Gunung itu diberi nama demikian karena memang sering diselimuti awan. Nama sekte yang dibangun di sini pun sesuai dengan tempatnya.
Waktu itu Lianhua menemani kedua orang tuanya berdoa. Ada satu kuil terbesar yang dinamai Qinglong, menjadi tempat orang-orang bersembahyang atau melakukan pemujaan. Setelah acara berdoa selesai, kedua orang tua Lianhua mengadakan pertemuan dengan para pemimpin sekte, sementara Lianhua berkeliling dengan seorang pelayan yang merawatnya sejak kecil bernama Jiayi.
Sejauh mata memandang, gadis kecil itu dibuat takjub akan keindahan bentang alam gunung Baiyun. Bunga-bunga berbagai warna yang jarang dia lihat, burung-burung roh bercahaya yang terbang kesana kemari dan bersuara merdu, tebing-tebing hijau tinggi yang di dalamnya terdapat banyak gua untuk bermeditasi, air terjun yang mengalir deras sepanjang tahun dan bisa dilihat di kejauhan,
awan tebal yang senantiasa menyelimuti puncak gunung, juga udara yang berembus begitu menenangkan.
"Gu Niang, sepertinya kau menyukai tempat ini," ucap Jiayi.
*Gu Niang : perempuan muda yang belum menikah.
"Tempat ini memang menakjubkan. Selain pemandangannya sangat indah, udara di sini juga sejuk. Saat ini seharusnya sudah tengah hari, tapi rasanya seperti masih pagi," Lianhua melirik sesaat ke arah matahari yang sudah bertahta di tengah langit.
"Benar, panasnya tidak menyengat sama sekali," Jiayi mengangguk setuju.
"Tapi di sini sepi, pasti sangat membosankan. Aku sepertinya tidak akan tahan tinggal di tempat sepi seperti ini," sambil berkata begitu Lianhua terus mengedarkan pandangan ke berbagai arah, hingga kedua matanya membulat kala melihat seekor rusa berbulu keemasan lebat dengan tanduk yang indah sedang merumput di bawah pohon.
"Waahh, cantik sekali," Lianhua terpesona melihat hewan itu, apalagi mengingat dirinya juga bermarga Lu.
Seketika dia langsung teringat tanduk rusa berukuran besar yang dipasang di dinding aula utama kediaman keluarganya. Benda itu dianggap membawa keberuntungan karena rusa dipercaya sebagai hewan yang diberkati.
"Kau hanya sendirian? Di mana teman-temanmu?" tanya Lianhua sambil menghampiri rusa itu, dia tersenyum gemas dan membelai bulunya perlahan.
Seakan dapat mengerti ucapan Lianhua, rusa itu mengarahkan tanduknya menunjuk pada puncak gunung yang berselimut awan.
"Oh? Apa teman-temanmu ada di sana?" Lianhua terdiam mengernyitkan dahi, kemudian bergumam, "Apa dia mengerti ucapanku?"
"Gu Niang, itu tidak mungkin. Bagaimana hewan bisa mengerti bahasa manusia," Jiayi terkekeh mendengar ucapan nonanya ini.
"Benar juga, tapi rusa ini sangat cantik. Rasanya ingin kubawa pulang. Omong-omong, dia rusa betina atau jantan ya?" Lianhua berjongkok di samping rusa itu, terus mengamatinya sambil sesekali melirik ke bawah. Barangkali ada petunjuk untuk menjawab pertanyaannya tadi.
Jiayi hanya menggeleng pelan melihat ini, kelakuan nonanya memang seringkali aneh. Pun selalu menanyakan hal-hal yang tidak perlu. Kalau Lianhua sudah penasaran, dia pasti akan berusaha mencari tahu dan seringkali sikapnya yang seperti ini cukup merepotkan. Terutama bagi Jiayi.
Kerutan samar tercipta di kening Lianhua yang diselimuti poni tipis, dia melihat kaki rusa yang terikat tali mulai bergerak-gerak.
"Eh? Apa kau ingin pergi jalan-jalan sepertiku?" tanya Lianhua dengan polosnya, seperti berbicara pada teman sendiri. Saat Lianhua hendak membuka tali di kaki rusa, Jiayi langsung menahannya.
"Lu Gu Niang, jangan lakukan itu!"
"Kenapa jangan? Dia pasti bosan dan ingin jalan-jalan."
Tanpa menghiraukan ucapan Jiayi, jemari Lianhua terus bergerak lincah melepas simpul tali. Begitu semuanya terurai, dia berkata dengan enteng, "Hewan sama sepertiku, tidak senang berada di tempat yang sama sepanjang waktu. Jadi biarkan dia bermain sebentar. Mungkin dia ingin makan rumput di padang yang luas itu, sambil menikmati hangatnya sinar matahari."
KAMU SEDANG MEMBACA
Immortal Love ( ZhanLu)
FanficPercayakah kamu bahwa cinta lebih abadi dari pada kehidupan itu sendiri? Ketika sosok yang dikasih telah tiada, cinta itu masih tinggal di dalam hati. Enggan pergi dan tetap di situ seperti akar pohon yang telah menghujam jauh ke dalam tanah.Bagaima...