ℍ𝕒𝕡𝕡𝕪 ℝ𝕖𝕒𝕕𝕚𝕟𝕘!! ☺
🦗🦗🦗
Gadis dengan balutan dress putih selutut itu luruh perlahan, jatuh terduduk diatas dinginnya lantai keramik yang menyengat kulit pucatnya. Manik keabuannya menatap kosong kedepan dengan genangan air mata yang siap tumpah, dan ketika ia mengerjab, air mata itu jatuh seketika.
"Ma.. mah" lirihnya dengan bibir merah muda mungilnya yang bergetar.
"Non" wanita tua dengan balutan pakaian pembantu itu terduduk, memegang kedua bahu gadis muda itu. Wajah keriputnya menatap iba putri dari majikannya.
"Apa yang Lily dengar gak benar kan Bi?" tanya gadis muda itu menatap nanar pengasuhnya. Dan melihat respon pengasuhnya yang hanya diam dengan wajah sedih, air matanya semakin keluar deras.
"Engak... " Lily menggeleng "Mamah, aku mau ketemu mamah" ucapnya sembari melepas mahkota putih dikepalanya, lantas membuangnya asal. Ia melepas pegangan Rina dibahunya, kemudian berdiri berniat mencari Ibunya. Namun Rina menahan tangannya, menariknya kembali untuk duduk. Pun Lily segera memberontak.
"Lepas!! Bi Lepas!! Aku mau ketemu mamah!" teriak Lily, kakinya menendang tak tentu arah hingga mengenai meja didepannya, membuat kue ulang tahun diatasnya jatuh kelantai.
"Non tenang Non" ucap Rina menahan kedua tangan Lily, memeluk gadis muda itu. Hatinya ikut hancur, bagaimana tidak... ia baru saja mendengar kabar dari pihak rumah sakit jika majikannya mengalami kecelakaan saat perjalanan pulang untuk merayakan ulang tahun putri mereka. Nyonya besar yang tengah mengandung meninggal ditempat, sementara tuan besarnya langsung dilarikan kerumah sakit karena mengalami luka yang cukup parah. Entah bagaimana nasib nona mudanya yang harus kehilangan Ibu disaat usianya baru menginjak dua belas tahun.
Lelah berontak, gerakan Lily kini mulai melemah, gadis itu luruh, menangis keras dipelukan Rina. Pun Rina segera memeluk erat nona mudanya, ikut menangis, sesekali mengecup kepala Lily guna melampiaskan rasa sayang bercampur ibanya.
***
Ditengah guyuran hujan yang jatuh, suasana pemakaman menjadi semakin menyesakan. Beberapa orang sudah pergi, hanya tersisa beberapa wanita dan pria berbaju hitam yang berdiri disamping makam, menatap penuh iba gadis muda yang tengah menangis pilu memeluk gundukan tanah tanpa memperdulikan wajah dan dress putih bersihnya yang kotor. Disamping gadis itu ada Rina, sang kepala maid. Wanita tua itu menangis dalam diam sembari mengusap bahu sang majikan.
"Mah jangan tinggalin Lily... " lirih Lily mengusap tanah yang mengubur tubuh Ibunya. Manik cokelat terangnya sudah memerah karena tidak berhenti menangis. Rambut hitam panjang yang terkepang sudah tidak karuan, kotor dan basah. Namun nampaknya gadis itu sama sekali tidak peduli, ia hanya ingin menangis dan menangis, berharap jika semua yang ia alami ternyata hanyalah mimpi buruk.
"Mah.... Lily mau ikut Mamah" pilunya menatap sendu foto Ibunya yang bersender di nisan, menatap wajah cantik yang tersenyum itu dengan hati hancur. Mataharinya telah pergi, cahayanya sudah pergi, siapa yang akan menghangatkannya lagi kelak?
"Non?" Rina menggoyang pelan pundak Lily, namun tidak ada gerakan dari gadis itu. Bahkan suara tangis Lily sudah tidak terdengar lagi. Ia sontak menoleh, menatap para maid yang berdiri. Mereka saling berpandangan sejenak, sebelum dengan cemas Rina mengangkat tubuh lunglai Lily, membawa gadis itu kepangkuannya. Dan didetik berikutnya hati wanita itu terenyuh seketika, wajah seputih salju Lily terlihat begitu pucat, kedua manik gadis itu terpejam dengan bibir yang sudah membiru.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You
RomanceWARNING 19+ ( Mohon bijak dalam memilih bacaan ) NOTE : No plagiat please '''''' "Penyesalan terbesarku adalah keputusan untuk percaya jika kau akan selalu ada." -Lilyana Fernando-