Up
Jangan lupa follow, vote, and comment guys😘
ℍ𝕒𝕡𝕡𝕪 ℝ𝕖𝕒𝕕𝕚𝕟𝕘!!
.
🦗🦗🦗
.Lily memanyunkan bibirnya, berdecak pelan sebelum kembali berbaring. Noah benar-benar menyebalkan, apa susahnya tinggal jawab, toh pertanyaannya tidak akan membuang banyak kata.
"Aku bertengkar dengan ayahku" ucap Lily kemudian.
Mendengar itu Noah mengernyit, apa gadis aneh disampingnya ini sedang curhat padanya?
****
"Dia ingin menikah lagi padahal Ibuku saja mungkin masih utuh didalam tanah, bagaimana ia bisa setega itu? Gila bukan?" Lily tertawa kecut "Entah apa yang merasuki ayahku, aku seperti tidak mengenalnya"
Lily menatap sendu langit hitam, ia tau Noah tidak berniat mendengar masalahnya, ia juga sebenarnya bukan tipe orang yang suka mengutarakan masalahnya pada orang lain apalagi orang asing. Tapi siapa peduli... toh mereka juga tidak akan bertemu lagi kedepannya.
"Tidak pernah terpikirkan didalam otakku jika orang yang akan semakin menghancurkanku adalah ayahku sendiri, orang yang selalu kupuji, ku idolakan..." Lily menelan salivanya yang terasa keras.
"Ternyata aku salah, ayahku bukan pahlawan untukku, tapi villain" sambungnya tertawa pahit, bersamaan dengan air mata sakit hatinya.
Noah yang mau tidak mau mendengar curahan hati Lily menoleh, menyorot datar wajah Lily dari samping. Pun ketika Lily dengan perlahan menoleh, manik mereka kembali bertemu."Apa kau tidak ingin memelukku?"
Sontak Noah mengernyit. "Memelukmu?"
"Hm, bukahkah seharusnya sebagai seorang laki-laki kau menenangkanku? Aku sering melihat ayahku memeluk Ibuku ketika Ibuku sedih, walau aku tidak tau apakah pelukannya itu tulus atau palsu" tukas Lily dengan setitik air mata yang kembali mengalir.
Noah terdiam sejenak, menatap manik keabuan Lily yang memerah. Pun didetik berikutnya setelah menghela nafas kasar ia terduduk, menatap Lily malas dengan kedua tangan terbuka.
Lily yang paham dengan maksud Noah sedikit melebarkan matanya, tidak percaya jika Noah si es menyebalkan benar-benar melakukannya, membuka tangannya untuk memberikannya pelukan. Pun walau sedikit syok, Lily tidak ingin melewatkannya. Lily segera bangkit dari posisinya, menatap Noah sejenak sebelum merebahkan kepalanya didada pemuda itu. Bagaimanapun ia memang sedang butuh sandaran seseorang, dan Noah menurutnya adalah kandidat terbaik saat ini mengingat jika setelah malam ini mereka tidak akan pernah bertemu lagi.
Sementara Noah, walau berat hati ia tetap menerima, menepuk pelan bahu Lily berusaha menenangkan ketika ia mendengar isakan tangis gadis itu. Ia tidak tau bagaimana caranya menghibur gadis yang menangis, karena inipun baru pertama kali ia melakukan sesuatu yang menurutnya diluar akal sehatnya. Hell, sejak kapan ia mau ikut campur dalam masalah orang lain? Jujur saja entah apa yang merasukinya, karena setaunya... ia bukan tipe orang yang mau menyusahkan diri dengan hal tidak penting seperti ini.
"Sudah merasa lebih baik?" tanya Noah ketika Lily menjauhkan tubuhnya.
Disela tarikan ingusnya, Lily mengangguk sembari mengusap air matanya. "Terima kasih, ternyata kau tidak semenyebalkan yang kukira"
Noah mendengus mendengar itu. "Aku melakukan ini agar kau berhenti menangis, jadi berhenti menangis karena suaramu itu benar-benar berisik"
Bukannya marah dengan hinaan Noah, Lily malah mengulum senyum, dan tanpa aba-aba ia memajukan wajahnya, mengecup singkat pipi Noah yang sukses membuat pemuda itu terdiam dengan mata melebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You
RomanceWARNING 19+ ( Mohon bijak dalam memilih bacaan ) NOTE : No plagiat please '''''' "Penyesalan terbesarku adalah keputusan untuk percaya jika kau akan selalu ada." -Lilyana Fernando-