Up
Jangan lupa Follow, vote, and comment guys😘
ℍ𝕒𝕡𝕡𝕪 ℝ𝕖𝕒𝕕𝕚𝕟𝕘!! ☺
🦗🦗🦗
"Turuti keinginanku jika masih ingin putrimu itu baik-baik saja, jangan membuatku melakukan sesuatu yang akan membuatmu menyesal"
Adam segera mematikan sambungannya, memukul setir untuk melampiaskan emosinya yang membuncah.
"Sialan" gumamnya geram, semakin menekan pedal gas membuat mobilnya melesat kencang membelah jalan.
****
Lily kembali melirik arlojinya untuk kesekian kalinya, berdecak kesal karena sudah hampir satu jam lebih ia duduk diatas kursi taman pinggir jalan yang dekat dengan sekolahnya, menunggu ayahnya yang tak kunjung tiba untuk menjemput. Ini bahkan sudah lewat jam makan siang.
"Ck, benar-benar menyebalkan" gerutu Lily sebelum bangkit, berniat untuk menghentikan taksi karena ia sudah habis kesabaran menunggu ayahnya. Namun saat ia baru saja hendak melambaikan tangan menghentikan taksi, maniknya menangkap mobil hitam milik ayahnya dari kejauhan, sebelum beberapa detik berhenti didepannya.
"Non, maaf saya terlambat. Tadi agak macet jadi-"
"Papah mana?" sambar Lily memotong ucapan Ardi, supir pribadi ayahnya.
"Tadi tuan minta saya buat jemput Non, katanya dia minta maaf karena masih ada klien yang..." Ardi menghentikan ucapannya ketika Lily langsung membuka pintu mobil, duduk dibelakang sebelum menutup kembali pintu dengan kasar. Ardi melirik nona mudanya itu melalui kaca, menelan salivanya perlahan sebelum kembali menjalankan mobil.
"Gak usah langsung pulang Pak" titah Lily tanpa mengalihkan pandangannya dari langit yang cerah, tidak seperti hatinya yang mendung.
"Non mau kemana?" tanya Ardi.
"Kemana aja Pak, yang penting gak kerumah" sahut Lily yang dibalas anggukan paham Ardi.
Dan selanjutnya, entah sudah berapa lama Ardi mengendarai mobil, yang jelas langit sudah menunjukkan gurat jingga yang menadakan jika hari sudah mulai senja. Ia kemudian melirik kaca, menatap nona mudanya yang masih setia menatap keluar jendela sendari tadi.
"Non masih ingin jalan-jalan?" tanyanya hati-hati. Pasalnya mereka sudah berada di mobil berjam-jam tanpa berhenti karena Lily melarangnya walau hanya untuk membelikan gadis itu makanan.
"Bapak lelah?"
Manik Ardi melebar mendengar pertanyaan itu, pun ia segera menggeleng. "Tidak Non, maaf jika saya sudah lancang"
Lily hanya menatap datar Ardi yang kembali fokus kedepan, lalu ia kembali menatap keluar. "Pulang aja Pak, aku cape"
"Baik Non"
****
"Makasih Pak, udah nemeni aku jalan-jalan" ucap Lily pada Ardi sebelum membuka pintu mobil, meninggalkan Ardi yang baru saja hendak keluar untuk membukakannya pintu.
"Lily?"
Lily menghentikan langkahnya yang akan menaiki tangga, gadis itu menoleh dan maniknya sedikit melebar ketika melihat ayahnya kini tengah berjalan kearahnya. Namun bukan ayahnya yang membuatnya terdiam, manik cokelatnya melirik seorang wanita setengah baya dan seorang gadis muda seumurannya tengah duduk diatas sofa, menatap kearahnya dengan senyuman kecil dibibir keduanya. Mereka adalah sosok didalam foto yang tempo lalu Ayahnya lihatkan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You
RomanceWARNING 19+ ( Mohon bijak dalam memilih bacaan ) NOTE : No plagiat please '''''' "Penyesalan terbesarku adalah keputusan untuk percaya jika kau akan selalu ada." -Lilyana Fernando-