Up
Follow, Vote, and Comment ☺
HAPPY READING!!
-
🦗🦗🦗
-Sinar mentari yang menerobos dari sela tirai membuat Lily mengernyit terganggu sebelum beberapa detik kemudian membuka matanya. Ia melirik jam wekernya yang menunjukan pukul enam pagi. Pun dengan berat hati ia terduduk, mengucek matanya sejenak sebelum turun dari ranjang. Ia melangkahkan kakinya menuju balkon, menghirup dalam udara pagi yang begitu menyegarkan.
Beberapa saat Lily menatap taman bunga Lili dibawah sana, tersenyum tipis membayangkan sosok ia dan Ibunya yang mungkin tengah berada disana disaat weekend seperti ini. Jasmin akan membangunkannya untuk olahraga pagi dengan menyiram bunga-bunga itu setelah mereka lari pagi dihalaman belakang rumahnya yang cukup luas. Pun mengingat itu Lily menjadi ingin melakukannya.
Lily segera masuk kedalam, menuju kamar mandi untuk mencuci wajah dan sikat gigi. Ia kemudian mengganti piyamanya dengan kaos oblong dan celana pendek setengah paha, lalu mengingat satu rambutnya cukup tinggi. Ia akan lari pagi di halaman belakang hari ini.
“Pagi non” sapa Rina yang memang sudah bangun dan tengah sibuk menata sarapan diatas meja.
“Pagi Bi” sahut Lily tanpa menghentikan langkahnya, menuju pintu belakang menuju taman.
Dan setelah sampai Lily langsung melakukan pemanasan, udara dan suasanya masih terasa sama, walau sedikit hampa karena untuk pertama kalinya ia kesana tanpa kehadiran Ibunya. Lily menghela nafas kasar sebelum mulai berlari kecil, memutari halaman rumahnya yang luas.
“Ana sudah bangun Bi?” tanya Adam pada Rina yang tengah membuat jus apel di balik pantry.
“Non lagi jogging tuan, dihalaman belakang” jawab Rina.
“Dihalaman belakang?”
“Iya tuan”
Adam mengangguk. “Bi itu jus untuknya?”
“Iya tuan”
“Kalau begitu nanti biar aku saja yang bawakan” tukas Adam.
Mendengar itu Rina lagi-lagi mengangguk. “Baik Tuan, Apa tuan juga ingin saya buatkan?” tawarnya.
“Tidak perlu, buatkan saja untuknya, aku seperti biasa saja, kopi”
“Baik tuan”
Adam kembali masuk kedalam kamarnya, beberapa menit sebelum kembali keluar. Pria itu kini sudah mengenakan kaos oblong santai dengan celana training, memakai sepatu sneaker dan sebuah handuk kecil dilehernya. Ia akan bergabung dengan Lily, semoga saja putrinya itu mau menerimanya.
Lily yang tengah berlari kecil diujung halaman mengernyit ketika melihat Adam muncul dari pintu, pria itu menggerakkan tubuhnya melakukan pemanasan sejenak sebelum berlari kecil kearahnya. Entah Lily harus merasa senang atau tidak nyaman atas kehadiran ayahnya yang tiba-tiba itu. Hell sejak kapan ayahnya suka olahraga pagi?
“Boleh Papah bergabung?” seru Adam setelah berlari disamping Lily.
“Bukannya Papah gak suka jogging?”
“Papah tiba-tiba ingin mencobanya” sahut Adam mulai ngos-ngosan.
Lily mengatupkan bibirnya rapat, menahan senyum melihat raut wajah Adam yang sudah mulai kelelahan. Padahal pria itu belum ada lima menit berlari.
“Sayang tunggu Papah” tukas Adam disela nafasnya yang tidak beraturan.
“Papah terlalu lambat” cetus Lily yang memang sengaja mempercepat laju larinya, meninggalkan Adam.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You
RomanceWARNING 19+ ( Mohon bijak dalam memilih bacaan ) NOTE : No plagiat please '''''' "Penyesalan terbesarku adalah keputusan untuk percaya jika kau akan selalu ada." -Lilyana Fernando-