Jangan lupa follow, vote, and comment guys😘
ℍ𝕒𝕡𝕡𝕪 ℝ𝕖𝕒𝕕𝕚𝕟𝕘!! ☺
🦗🦗🦗
Manik hazel Noah menyipit ketika ingatan akan sentuhan lembut jemari mungil gadis asing tadi pagi dipipinya tiba-tiba muncul. Ia masih sangat ingat rasanya, rasa sentuhan itu dan iris cokelat terang yang terpancar sendu. Dan didetik berikutnya Noah segera menggeleng, mengerjab beberapa saat ketika menyadari dirinya yang aneh. Sial, Apa ia baru saja tersenyum hanya kerena mengingat gadis menyebalkan itu?
"Kurasa aku sudah gila" gumam Noah sebelum membuka bajunya, melemparnya kedalam keranjang kotor lalu masuk kedalam kamar mandi.
****
"Papah pasti bercandakan?" Lily tertawa kecil, menatap ayahnya yang sayangnya sama sekali tidak menunjukkan reaksi apapun selain menatapnya sendu, sirat akan rasa bersalah. Pun tawa Lily perlahan meluntur.
"Pah ini benar-benar tidak lucu" ucapnya menggeleng kecil.
"Sayang Papah-"
"Pah! Mayat mamah aja mungkin masih basah didalam tanah Pah" sentak Lily menepis tangan Adam yang hendak menyentuhnya, ia menghempas dua lembar foto seorang wanita seumuran ibunya dengan seorang gadis seumurannya yang tengah tersenyum manis menatap kamera dari atas ranjangnya, foto yang ayahnya tunjukkan.
"Sayang-"
"Bagaimana bisa Papah setega ini sama aku, sama mamah... " potong Lily dengan suara tercekat, air mata mengalir deras dari pelupuk mata gadis itu "Pah, kita baru aja kehilangan Mamah... rasanya bahkan baru kemarin mamah ninggalin aku, bagaimana bisa papah secepat itu ngelupain Mamah?"
Adam menelan keras salivanya melihat tatapan penuh amarah dan kecewa dimata putrinya itu, hatinya teremas keras namun ia tidak bisa mengucapkan apapun yang bisa menenangkan gadis itu.
"Pokoknya aku gak akan setuju papah menikah lagi" ucap Lily mengusap kasar air matanya sebelum berjalan keluar, meninggalkan Adam yang hanya bisa diam menatap punggungnya yang menghilang dibalik pintu.
Dengan air mata yang masih mengalir deras, Lily mengontel sepedanya dibawah langit senja tanpa tau arah tujuan. Suasana hatinya sangat buruk dan ia butuh udara segar untuk dadanya yang terasa amat sesak. Hatinya masih tidak percaya dengan penuturan ayahnya, bagaimana bisa pria itu berniat ingin menikah lagi disaat ia saja masih belum bisa merelakan Ibunya lebih dari lima belas persen, bagaimana bisa? Alih-alih mengajaknya berdiskusi, setidaknya menenangkannya atau menghiburnya agar bisa segera ikhlas, pria itu malah menunjukkan foto wanita yang akan menjadi istri barunya. Ia benar-benar tidak habis pikir, entah apa yang merasuki ayahnya hingga memutuskan hal yang sangat menyakitinya itu.
Terlalu larut dengan perasaannya, Lily kehilangan fokus sampai tidak melihat jika ban sepedanya oleng dan didetik berikutnya ia terjatuh, tersungkur diatas aspal.
"Akhh" ringis Lily saat merasakan telapak tangan dan lututnya nyeri luar biasa. Lily menatap lulutnya yang lecet karena goresan aspal, kemudian telapak tangannya yang tak jauh berbeda, terluka karena goresan aspal.
Isakan kecil keluar dari bibirnya, hanya beberapa saat karena didetik berikutnya isakan itu berubah menjadi tangisan kencang. Lily duduk dengan kaki tertekuk, menutup kedua matanya dengan punggung tangan, menangis kencang tanpa peduli sekitar, tidak memperdulikan penampilannya yang kacau ataupun sepedanya yang masih rebah menyedihkan didekatnya. Ia hanya ingin menangis, bukan karena sakit ditubuhnya, rasa sakit dihatinya lebih mendominasi dan ia ingin menangis sekuat-kuatnya, menumpahkan semuanya, menangisi nasibnya yang begitu buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You
Storie d'amoreWARNING 19+ ( Mohon bijak dalam memilih bacaan ) NOTE : No plagiat please '''''' "Penyesalan terbesarku adalah keputusan untuk percaya jika kau akan selalu ada." -Lilyana Fernando-