" Nana! Maen yokk " Elisa berteriak di depan pintu rumah Rain.
Ctak!
" Sakit ege " Elisa meringis.
Karina, pelaku yang menjitak Elisa hanya menatap gadis itu tajam.
" Gak sopan Lo ama yang lebih tua "
" Eh!, Kita cuma beda enam bulan aja ya. Sok tua Lu "
Raya memutar bola matanya jengah melihat perdebatan keduanya.
" Na!, Kamu ada dirumah kan? " kali ini Raya yang memanggil, keberadaan mereka disana tak lain ingin mengajak gadis itu pergi.
Tak lama setelahnya, pintu terbuka. Terlihat disana Rain masih dengan muka bantalnya dan rambut yang acak-acakan.
Gadis itu mengucek matanya dan menguap, lalu matanya melebar terkejut ketika melihat siapa yang datang tanpa sadar ia membanting pintu rumahnya.
Brak!
Mereka berlima terkejut, masih mencerna lalu suara tawa terdengar keras.
" Jangan ketawa ihhh! " pekik Rain merengek dari balik pintu.
Mereka menghentikan ketawa mereka, " Yaudah iya, sorry ya Na. Ayok main! buka pintunya dong " pinta Cassa.
" Ish Iya-iya " gerutunya lalu membuka pintu.
" Silahkan masuk para dayang ku " ujar Rain setelah membuka pintu, kondisi sudah tidak seburuk tadi.
Setelah mengatakan itu ia pergi meninggalkan kelima temannya ralat empat yang sedang melongo, karena setelah pintu di buka Tara langsung nyelonong masuk.
" Kampret tuh bocah, gue udah tampil paripurna gini dibilang dayang " gerutu Cassa yang masih bisa didengar oleh Rain yang ada dikamarnya, karena suara gadis itu sagat besar.
" Diem deh pendek " ejek Rain dari dalam kamar.
" Sialan " maki Cassa.
" Udah jangan ribut, gak enak di denger tetangga " Raya menengahi mereka agar tidak lagi saling berteriak.
Tiba-tiba Tara keluar dari arah dapur dengan sekaleng Cola di tangannya.
Gadis itu dengan santai mengeluarkan gawainya dan duduk di sofa single yang ada di ruang tamu rumah Rain.
" Lah, dari mana Lo Ra? " Karina terheran-heran, melihat Tara yang tiba-tiba muncul. Pantesan dari tadi gak keliatan.
" Dapur " jawabnya lalu ia kembali sibuk dengan gawainya
Tak lama setelahnya Rain, keluar dari kamarnya.
" Ayok, Aku dah siap nih " ucapnya sambil memasukkan gawainya kedalam tas selempang yang ia bawa.
Berbeda dengan teman-temannya yang berpenampilan cantik dan feminim, Rain saat ini mengenakan kemeja navy yang ia gulung bagian lengannya sampai ke perempatan siku, lalu juga celana jeans hitam dan sneaker putih dengan rambut yang ia kucir satu.
Tak berbeda jauh Tara juga hanya mengenakan kaos yang ia balut hoodie dan juga jeans.
Mereka keluar dari rumah Rain, lalu masuk kedalam mobil milik Cassa.
" Jadi kita mau kemana guys? " tanya Elisa.
×Changmin×
Ke-enam gadis cantik itu saat ini sudah sampai di tujuan mereka.
" Wahh, rame banget " ujar Raya.
Mereka tampak seperti orang hilang di tengah keramaian itu.
Salahkan mereka datang ketika weekend, sudah pasti ramai dikunjungi oleh orang sekita dan wisatawan.
" Ayok kita kesana " Rain berteriak dan lari mendahului mereka.
" Nana! " teriak mereka bersamaan, tapi karena suasana yang terlalu ramai, teriakan mereka teredam.
Mereka terlihat panik, ketika Rain berlari seorang diri di tengah keramaian.
Tara yang sedari tadi hanya diam kini juga sedikit ribut, mata gadis itu bergetar.
" Cari Nana! " titah gadis itu keras dengan suara sedikit bergetar.
Mereka berpencar mencari gadis bongsor yang sekarang entah berada dimana.
Karena terlalu bersemangat, Rain bahkan tidak sadar jika ia sudah berpisah jauh dengan teman-temannya.
" Jadi kita mau naikin yang mana dulu guys? " tanyanya semangat, gadis itu tidak sadar jika ia tersesat.
Tak ada yang menyahut ucapannya, hanya suara riuh pikuk manusia saja yang dapat tertangkap di telinganya.
Rain membalikkan tubuhnya, ia tak dapat menemukan teman-temannya, ia sendirian.
Ia mulai gemetar, nafasnya mulai tak karuan dengan mata berkunang-kunang, kepalanya pening ia merasa sangat sesak. Tanpa sadar ia menggigit ibu jarinya cemas.
Rain, gadis itu penderita Anxiety* akut.
*gangguan kecemasan
Ia mudah cemas dengan pikiran negatif yang akan menghantui kepalanya, ia terlalu sering memikirkan hal-hal yang bahkan mungkin saja tidak terjadi sampai yang benar-benar terjadi, semua di pikirkan olehnya.
Ia mulai berjalan mundur hingga menabrak pilar yang ada di belakangnya, gadis itu berjongkok lalu menjambak kuat rambutnya, berusaha mengendalikan deru nafasnya yang kian menyesak.
" Enggak, mereka gak bakal ninggalin Aku sendiri kan? " ia bergumam cemas dengan air mata mengalir di pipinya, tangannya bergetar hebat.
Kini bibirnya juga menjadi korban kecemasannya, ia menggigit bibirnya terlalu kuat yang menyebabkan bibirnya berdarah, wajahnya pucat memutih seperti porselen.
" Enggak, mereka bilang mereka sayang sama aku " Rain terus-terusan meracau.
Seseorang datang menguncang bahunya, awalnya pelan tapi Rain tetap tak tersadar gadis itu terus meracau.
" RAIN KAYNA SADAR! " Tara berteriak menyadarkan gadis itu.
Rain tersentak, kini ia mendongak menatap Tara yang berada di hadapannya dengan mata memerah.
Tara, gadis datar itu menangis memeluk tubuh bergetar Rain.
Tak berselang lama, setelahnya gawai miliknya bergetar menandakan ia mendapat panggilan.
" Hal— "
" Ra, Lo dimana? " ucapannya dipotong langsung oleh suara Karina yang terdengar sangat panik.
Tara menelisik sekitarnya, " Dekat gerbang keluar, Nana sama Gue. Nyusul aja "
" Oke, Gue sama Lisa On the way "
Lalu panggilan itu terputus begitu saja.
Dengan segera Tara menyimpan gawainya dan memapah Rain menuju bangku panjang yang ada di dekat sana.
" Minum dulu Na. " ia berujar sembari menuntun gadis itu untuk minum.
Belum sempat Rain meraih botol minum, kegelapan menghampirinya. Ia kehilangan kesadarannya.
" Nana! "
▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️▪️
Part 3 Completed ✓
Coming soon ' 4. Tentang seorang bernama Cassandra Naul Maghfira '
See-ya~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Sembagi Arutala
Teen FictionSembagi Arutala Nama Sembagi Arutala dimaknai sebagai seseorang yang memiliki cita-cita tinggi dan mulia seperti rembulan. Rembulan yang digambarkan sebagai pelita di tengah gelapnya malam menunjukkan wujud cita-cita yang baik untuk sesama. Rain Kay...