23

569 33 0
                                    

Sudah satu bulan saja Amzar tinggal bersama dengan Ammar dan Adiba. Ia sangat diperlakukan dengan baik oleh Ammar dan Adiba. Ia di sekolahkan di pondok pesantren milik Buya Ammar. Ternyata otak Amzar begitu cerdas, baru saja satu bulan ia sekolah di pondok, ia sudah hafal dua juz. Tentunya itu sangat membuat Ammar dan Adiba bangga.

"Assalamualaikum, Amma!" pekik Amzar yang berlari dari ambang pintu menuju ke arah Adiba yang sedang menunggunya di ruang tamu.

"Waalaikumsalam sayang" jawab Adiba sembari tersenyum bahagia melihat Amzar yang baru saja datang dari pondok bersama Ammar.

Amzar langsung memeluk Adiba, begitupun sebaliknya. Setelah itu Amzar menyalimi tangan Adiba dan mencium kedua pipinya, begitupun sebaliknya, Adiba melakukan hal yang sama. Setelah itu Adiba menyalimi tangan Ammar, Ammar juga mengecup kening Adiba dengan lembut.

"Kok malem sekarang pulangnya, Mas?" tanya Adiba.

"Iya tadi masih ada kajian sayang. Kamu tadi pulangnya bareng Febri kan?" tanya balik Ammar.

"Iya dong" jawab Adiba.

"Pinter. Hari ini Mas belum di kiss" ucap Ammar sembari mendekatkan wajahnya pada wajah Adiba.

Adiba tersenyum malu dan geli,
"Nanti aja Mas, diliat Amzar nanti" bisik Adiba sembari mencubit pelan perut Ammar.

Ammar hanya bisa tertawa, lalu ia menggendong Amzar,
"Lihat Amma mu ini, dia tidak mau mencium Baba" ucap Ammar pada Amzar.

Amzar tersenyum renyah,
"Amma kenapa tidak mau mencium Baba? Baba sudah menantikannya disepanjang jalan tadi" sahut Amzar.

"Sudah-sudah, sekarang waktunya makan malam. Sekarang kalian bersih-bersih dulu habis itu mandi. Habis itu turun buat makan malam" ucap Adiba mengganti topik.

Lalu ia berjalan ke arah dapur sembari menetralkan wajahnya yang sedang memerah. Sedangkan Kedua Am itu hanya tersenyum melihat tingkah Adiba. Mereka sudah tau kalau Adiba sedang tersipu malu.

"Humairah" ucap Amzar dan Ammar bersamaan.

Mereka tertawa karena mengucapkan hal yang sama dan bersamaan. Lalu Ammar segera membawa Amzar ke atas.

Setelah selesai makan malam bersama. Adiba dan Amzar bersiap untuk menyetor hafalan pada Ammar. Selepas dari itu mereka bersiap untuk tidur. Sesudah Adiba menidurkan Amzar, ia kembali ke kamarnya.

Ia melihat Ammar yang sudah berbaring di atas ranjang sambil menunggunya. Tanpa basa basi ia tidur di sebelah Ammar dan memeluknya.

"Kayanya ada yang lupa ini" ucap Ammar yang membuat Adiba membuka matanya lagi.

"Hah? Emang apa Mas?" tanya Adiba.

"Tadi ada yang bilang mau cium Mas. Tapi kayanya dia lupa" sindir Ammar.

Adiba tertawa, lalu ia mengecup kedua pipi Ammar dan bibirnya berkali-kali. Sang empunya tersenyum puas. Lalu Ammar bangkit dari tidurnya dan duduk menghadap Adiba, Adiba juga mengikutinya. Kini mereka duduk berhadapan.

"Kenapa Mas? Kok tiba-tiba duduk?" tanya Adiba.

Ammar tidak membalas, ia menatap dalam Adiba,
"Anti ruhi" ucap Ammar tiba-tiba yang berhasil membuat Adiba tersipu.

"Sayang" panggil Ammar.

"Iya? Ada apa sayangku?" jawab Adiba.

"Kamu gak pengen buat dede bayi buat Amzar?" tanya Ammar.

Adiba terkekeh,
"Amzar apa Mas yang mau?" tanya Adiba.

"Yaa dua duanya, Mas juga pengen begitupun dengan Amzar" jawab Ammar.

Mencintai Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang