32

676 39 4
                                    

Saat Adiba dibawa masuk ke dalam ruang IGD mereka tidak boleh ikut masuk, dan dengan terpaksa mereka harus menunggu di luar, dengan keadaan yang masih basah kuyup. Sedangkan Amzar di bawa ke ruang rawat oleh Dirsya dan Razyla.

Ammar sedari tadi berjalan mondar mandir di depan pintu. Wajahnya terlihat sangat khawatir, namun dalam hatinya ia terus bersholawat dan berdoa agar istrinya dan bayinya baik-baik saja.

Tidak berlangsung lama, suster keluar dari ruangan dan memanggil Ammar untuk masuk ke dalam, dan tanpa basa basi Ammar langsung masuk dan mengganti bajunya dengan baju medis.

"Kandungan istri Bapak harus segera di operasi caesar, karena jika tidak, akan membahayakan nyawa istri dan juga bayi Bapak" ucap Dokter.

"Lakukan yang terbaik untuk istri saya dok, selamatkan istri dan bayi saya" sahut Ammar.

"Baik" ucap Dokter.

Ammar meneteskan air matanya ketika melihat Adiba yang masih memejamkan matanya. Ia berada di samping Adiba dan tak pernah lepas membaca doa. Sesekali Ammar memegang kepala Adiba dan mengelus kepalanya dengan lembut.

"Yang kuat sayang, kamu harus bisa bertahan" bisik Ammar pas di telinga Adiba, namun tidak ada respon sama sekali dari Adiba.

Selang satu jam kemudian. Ammar mendengar suara tangisan bayi, sontak ia langsung berdiri untuk melihatnya, betapa bahagianya ia mendengar suara tangisan tersebut.

"Selamat Bapak, anak Bapak perempuan semua" ucap kedua suster yang menggendong bayi-bayi Ammar.

"Alhamdulillah" ucap Ammar sembari tersenyum melihat kedua bayinya.

Ammar menangis bahagia karena bayinya telah lahir dengan selamat, namun disisi lain ia sangat khawatir karena Adiba tak kunjung bangun dan masih berbaring tidak berdaya.

"Segera di adzan kan Pak, karena bayi Bapak harus di inkubator dan di kasih oksigen, karena bayi Bapak termasuk bayi prematur" ucap Suster tersebut.

Dengan rasa gugup Ammar mulai mengadzankan kedua bayinya. Betapa merdunya suara Ammar saat sedang mengadzan kan kedua bayinya, sampai-sampai Dokter dan para suster di buat kagum olehnya.

Karena saking kagumnya mendengar suara Ammar, mereka sampai tidak sadar kalau Adiba mulai membuka matanya dengan perlahan. Dengan keadaan yang masih belum stabil, Adiba masih bisa-bisanya tersenyum melihat Ammar dan kedua bayinya, meskipun pengelihatannya samar-samar, ia yakin kalau itu adalah Ammar.

'Alhamdulillah Ya Allah.. Terimakasih engkau telah menyelamatkan kedua bayi saya. Dan semoga putra saya juga baik-baik saja, jika dia merasakan rasa sakit, angkatlah rasa sakit tersebut dan berikan kepada saya' — ucap Adiba dalam hati, tanpa disadari ia meneteskan air matanya.

Pas di akhir Ammar mengucapkan kalimat 'Lailahaillallah' dada Adiba mulai sesak, detak jantungnya mulai melemah. Alat monitor pendeteksi jantungnya pun berbunyi.

Seketika Dokter dan para suster langsung panik dan segera menangani Adiba. Ammar yang terkejut langsung menghampiri Adiba, sedangkan kedua bayi Ammar langsung di bawa ke ruangan lain untuk di inkubator.

Dengan cepat salah satu suster menyuruh Ammar untuk keluar dari ruangan dan menyuruhnya untuk menunggu di luar, karena Adiba akan menjalani operasi yang kedua.

"Permisi Bapak harus menunggu di luar" ucap suster tersebut.

"Tidak, saya tidak bisa meninggalkan istri saya sendiri sus" tolak Ammar, ia terus berdiri di sebelah Adiba sembari menggenggam tangan Adiba dengan erat.

"Tidak bisa Bapak, pasien akan segera di operasi lagi. Silahkan tunggu di luar" desak suster tersebut.

"Bagaimana saya bisa meninggalkan istri saya dengan kondisinya yang seperti ini sus!" tegas Ammar.

Mencintai Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang