27

452 24 4
                                    

Brakk...

Ammar terkejut saat melihat seseorang membuka pintu dengan keras.

"Zain!!" Ammar menghela kasar melihat kedatangan Anara, entah siapa yang memberitahunya kalau ia sedang berada di rumah sakit.

Anara berlari ke arah Ammar dan tiba-tiba memeluknya. Ammar berusaha untuk melepas pelukan tersebut, namun ia tidak bisa melepaskan pelukan tersebut karena Anara memeluknya sangat erat. Di tambah lagi Ammar kesusahan melepas pelukannya karena tangannya sedang di infus dan terluka.

"Anara lepaskan saya! Lancang sekali kamu memeluk saya tanpa ada izin dari saya!" tegas Ammar. Namun Anara tidak mendengarkannya.

"Syukurlah kamu baik-baik saja Zain" ucap Anara lega.

"Anara lepaskan saya. Kita bukan mahrom, lepaskan saya! Jangan sampai istri saya masuk dan melihat kita seperti ini!" Ammar sudah tidak bisa menahan emosinya.

"Biarkan saja istrimu melihat kita seperti ini, saya sudah cukup lama menahan cemburu ketika melihat kamu dan istrimu berpelukan" sahut Anara.

Kini emosi Ammar sudah tidak bisa ditahan, dengan sangat berusaha, ia mendotong tubuh Anara hingga pelukan tersebut terlepas.
Sedangkan Adiba menyaksikan hal itu dari ambang pintu, Adiba hanya diam tak berkutik. Saking terkejutnya melihat pemandangan yang berada di depannya ia sampai tidak bisa berkata sepatah kata pun.

"Sayang" ucap Ammar saat melihat Adiba.

Saat mendengar itu Anara langsung menoleh ke arah Adiba. Adiba berjalan mendekati mereka berdua. Dan tiba-tiba..

Plakk!

Adiba menampar pipi Anara,
"Bisa-bisanya kamu memeluk suami orang. saya gak nyangka kalau kamu akan berbuat seperti itu ra" ketus Adiba.

Anara hendak membalas tamparan tersebut namun dengan sigap Adiba menangkis tangan Anara.

"Jangan berani-beraninya kamu menyentuh saya dan suami saya lagi, terutama putra saya! Dan mulai sekarang jangan pernah kamu menginjakan kaki ke rumah saya lagi Anara!" tegas Adiba, matanya mulai memanas.

Adiba sama sekali tak berkedip menatap Anara dengan tatapan tajam,
"Lebih baik kamu keluar dari sini Anara. Apa perlu saya panggil kan Aba agar kamu mau keluar dari sini?" usir Ammar.

Dengan rasa dendam, kecewa dan marah. Anara melangkahkan kakinya keluar,
"Tunggu saja pembalasan saya, Adiba" bisik Anara, lalu ia keluar dari ruangan.

Setelah beberapa detik Anara keluar dari kamar tersebut, Adiba menghela nafas lega.

"Sayang" panggil Ammar. Adiba hanya menoleh sebagai jawaban.

"Maafin Mas" ucap Ammar.

Adiba memeluk tubuh Ammar, dan menguasap kepalanya,
"Tangan kamu gapapa Mas?" tanya Adiba.

" 'Afwan ya habibati" rintih Ammar.

Adiba hanya diam mendengar kalimat itu yang keluar dari mulut Ammar,
"Mas gak perlu minta maaf, ini semua terjadi di luar kendali Mas" sahut Adiba.

"Maafin Mas gak bisa jaga badan Mas dengan baik. Maafin Mas karena membiarkan perempuan lain memeluk tubuh Mas" Ammar terus melontarkan kata maaf, ia menyesal karena tidak bisa mencegah Anara memeluknya.

"Kamu gak salah Mas. Mulai sekarang cuma aku yang bisa peluk kamu" sahut Adiba.

Tanpa Adiba sadari Ammar menangis di dalam pelukannya, saat mendengar isakan Ammar Adiba melepas pelukannya dan menangkup pipi Ammar.

Adiba menahan tawanya,
"Mas kenapa nangis? Kan tadi aku udah bilang ini bukan salah Mas dan semua ini terjadi di luar kendali Mas kan?" ucap Adiba menenangkan Ammar.

Mencintai Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang