"Suatu saat nanti...".
"Suatu saat nanti kamu akan dipertemukan dengan seseorang yang rela mengalah demi mempertahankan kisah halal cintanya denganmu. Rela mengorbankan kebahagiannya demi kebahagianmu, rela menangis demi melihatmu tersenyum" ucap Nenek.
Adiba memahami kata demi kata yang keluar dari mulut Nenek.
"Jika sudah tiba saatnya nanti, dia datang kerumahmu dan meminta izin kepada kedua orang tuamu untuk meminang putrinya ini, maka terimalah dia nak, Nenek tidak memaksamu untuk menerimanya. Tapi kamu pikir-pikir lagi. Jika kamu belum yakin, maka shalatlah dan minta petunjuk kepada Allah, apakah dia baik untuk agamamu, masa depanmu, keluargamu, dan dunia akhiratmu".
"Jika kamu sudah diberi petunjuk oleh Allah, bahwa dia baik untuk agama, masa depan, keluarga, dan dunia akhiratmu. Percayalah kamu akan hidup dengan akhlaknya bukan ketampanannya. Kamu akan hidup dengan tanggung jawabnya, bukan hartanya. Kamu akan hidup dengan ilmunya, bukan gaya hidupnya".
"Namun jika Allah memberi petunjuk bahwa dia tidak pantas untukmu agamamu, masa depanmu, keluargamu, dan dunia akhiratmu. Maka lepaskan dia meskipun kamu sangat mencintainya. Paham nak?". Tanya Nenek.
Adiba bingung harus menjawab apa, karena ia sedikit tidak mengerti apa yang dimaksud dari ucapan neneknya.
"Adiba paham nek. Tapi mengapa Nenek mengatakan hal itu seolah olah Adiba akan dilamar?" tanya Adiba yang masih sesegukan.
Nenek tersenyum,
"Akan ada seseorang yang akan melamarmu nak" jawab Nenek."Tapi diba belum siap, Nek. Masih ada luka di hati diba, dan Adiba tidak akan bisa melupakannya dalam waktu yang singkat" ucap Adiba.
"Nenek mengerti nak, tapi inget kata Nenek tadi ya. Jangan langsung ditolak, dan juga jangan langsung diterima, pikirkan dengan baik dan matang. Siapa tau dia yang akan membantumu untuk mengobati lukamu itu" sahut Nenek.
Adiba terdiam sejenak, sambil memasang raut wajah berfikir,
"Kok Nenek bisa tau kalau Adiba akan dilamar oleh orang?" tanya Adiba curiga."Karena kamu sudah dewasa nak, mau tidak mau, lama atau dekat, kamu pasti akan menikah" jawab Nenek.
Adiba mengangguk paham,
"Iya juga ya nek""Dan kamu harus ingat pesan Nenek ini" ucap Nenek.
"Apa itu nek?" tanya Adiba.
"Pilihlah pasangan yang bisa meredam amarahmu tanpa memakimu, yang bisa memahamimu dengan fitrah sisi wanitamu. Pilihlah pasangan yang tangannya ringan dalam memberi, yang dadanya lapang menerima, yang lisannya mudah menuntun, yang amarahnya tidak dipertontonkan, yang kakinya memudahkan langkahmu ke surga dan yang di hatinya hanya hidup satu nama yaitu kamu" ucap Nenek.
Adiba terharu dengan pesan tersebut, ia mengeluarkan air matanya lagi, dan langsung memeluk Nenek.
"Adiba pasti bakal inget pesan Nenek. Doain Adiba supaya suatu saat nanti bisa memilih imam yang baik dan seperti yang nenek ucapkan tadi" ucap Adiba sambil sesegukan.
"Nenek pasti akan doakan yang terbaik buat kamu nak" jawab Nenek sembari menepuk nepuk pelan punggung Adiba.
"Adiba sayang Nenek, jangan pernah tinggalin Adiba ya" ucap Adiba semakin mempererat pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai Dalam Diam
Ficção AdolescenteAdiba Dhasa Azzahra, adalah perempuan akhir zaman yang berjuang untuk memperbaiki diri. Ia berusaha mati matian untuk beristiqomah kepada tuhan-nya di era gempuran semua orang menganggap maksiat sudah menjadi hal yang normal. Disela-sela ia sedang b...