-
-
-
-
-
-***
"Cenzo lebih baik Lu pergi dari sini, ini biar Gue yang selesaikan!", ucap Mike sembari membawa sebuah tongkat satpam di lengan kanannya.
Cenzo menuruti ucapan Mike, ia berlari dan menabrak Jimmy.
Cenzo merasa tenang karena Jimmy bersama dengannya.
"Dimana Mike?" Tanya Jimmy.
Revan langsung berlari sebelum mendengar jawaban dari Cenzo, karena dia merasa khawatir dengan keadaan kakaknya yang sendirian.
Tembakan demi tembakan terdengar di mall itu sampai - sampai Renja dan Jeano mendengarnya, sebenarnya Jeano khawatir dengan keadaan teman - temannya di dalam, namun di sisi lain dia masih kesal dengan Mike atas sikapnya saat itu.
Dari kejauhan Renja melihat teman - temannya itu keluar dari mall dengan keadaan Masih utuh dan mulus, akhirnya Renja dan Jeano bisa bernafas lega. Satu persatu mereka memasuki bus untuk merehatkan diri sejenak.
"Syukurlah kalian gapapa" ucap Jeano yang duduk di paling pojok belakang.
"Jean gimana keadaan Hegar, dia baik baik aja kan?" Ucap Jimmy cemas.
"Ga ada orang yang mengalami robekan di kepala baik baik aja, Gue sudah memastikan bahwa dia koma, dan jika selama 2 hari ga ada alat bantu maka Hegar akan pergi selamanya" ucap Jeano
"Jean gue mohon sama Lu, bantu Hegar buat dapetin alat bantu itu, dan pastinya Lu punya temen dokter kan?, jadi tolong bantu Hegar" Jimmy menyatukan kedua lengannya di hadapan Jeano.
-----
Matahari tidak terlihat lagi hanya menampakan bulan sabit dan beberapa bintang yang menghiasi langit, hujan turun lagi begitu deras di tambah hembusan angin yang cukup kencang. Sampai sampai jendela kamar Apartemen milik pemuda tampan itu terbuka sangat kencang, membuat ubin putih itu agak basah.Pemuda itu sangat ketakutan, ia memeluk tubuhnya sendiri di pojok sembari menangis tanpa suara, bahkan dirinya sampai tidak berani untuk menutup jendelanya kembali. Tubuhnya menggigil dengan seragam SMA yang masih terpakai di tubuhnya.
"Bang Jimmy, Ji takut" ucapnya dengan suara gemetar.
Petir terus berbunyi cukup keras, sialnya lampu di seluruh kota itu mati termasuk Apartemen yang para pria itu tepati. Untungnya Jimmy memiliki persediaan lilin yang cukup banyak, jadi itu bisa sedikit membantu untuk menerangi mereka dan Hegar yang berada di kamar Jimmy sendirian.
"Sial ponsel gue 2% lagi, gue harap ini ga berlangsung lama" ucap Cenzo sembari menikmati secangkir teh hangat.
"Jeano gimana?, apa sudah ada jawaban dari pihak Rumah Sakit?" tanya Jimmy.
"Gimana mau memberi tau, ponsel saya aja mati dan pastinya alat dari Rumah Sakit tidak berfungsi jika tidak ada aliran listrik" jelas Jeano.
"Lo pasti ada cara lain no, Lo dulu dokter kan?" Ucap Mike.
"Gue juga perlu alat bantu, apalagi luka Hegar cukup parah" ucap Jeano sembari memandang gorden yang bergerak karena angin dari balik jendela.
Datang - datang Renja membawa semacam koper dan troli yg berisikan alat pernafasan, lalu ia simpan di hadapan Jeano. Tentu saja Renja memiliki barang - barang medis seperti itu karena orang tuanya seorang Dokter Ahli bedah.
"Sekarang apalagi yang Lu butuhin Jean?" Tanya renja.
"Lo."
Jeano memulai untuk mengeksekusi Hegar yang di bantu Renja, sangat mustahil memang karena mereka melakukan tanpa alat pernafasan dikarenakan listrik mati, tapi dengan skill Jeano yang cukup profesional dia bisa melakukannya. Di Setiap pergerakkan Jeano, Renja merasa syok karena dia ahli hukum tapi harus melihat kulit di jahit seperti layaknya baju yang robek.
Kegiatan tersebut cukup lama, ini sudah memakan waktu 2 jam namun mereka belum selesai juga. Jimmy dan yang lainnya mulai merasa khawatir, apalagi Jimmy tau kehidupan Hegar yang sebenarnya, jadi akan sangat malang jika tuhan mengambilnya dengan cepat.
Setelah 2 jam lebih akhirnya Renja keluar, namun Jeano masih di dalam karena masih memeriksa kondisi Hegar sesudah operasi. Renja begitu berkeringat dia duduk di sebelah Cenzo dan menghembuskan nafas cukup berat.
"Hegar baik baik aja?" Tanya Jimmy kepada lelaki yang baru keluar dari kamarnya itu.
"Operasinya memang sudah selesai tapi hanya Jeano lah yang bisa memberitahu kalian baik atau ngga nya mengenai Hegar" lagi - lagi Renja menghembuskan nafasnya cukup berat.
Sekitar 5 menit lamanya akhirnya Jeano keluar tanpa memperlihatkan ekspresi apapun, jadi sangat sulit bagi mereka untuk menebak bagaimana kondisi Hegar saat ini.
Ntah perbuatan baik apa yang telah dilakukan oleh anak tersebut, karena lagi - lagi tuhan berpihak kepada hegar dan berkat doa para sahabatnya ia baik - baik saja tanpa kendala apapun, jika di pikir - pikir memang sangat mustahil bagi Hegar untuk bertahan dan bisa dibilang mungkin ini balas Budi darinya karena Hegar telah menolongnya saat itu, namun tugasnya belum berakhir pria itu harus menyelamatkan dunia sebelum semuanya terlambat, karena dia juga berperan penting dalam terciptanya virus ini.
Hari - hari telah di lewati oleh para pria tersebut dengan mengalami banyak insiden dan drama, aliran listrik telah kembali begitu pun dengan Hegar, ia sudah sehat seperti semula.
"Gue tadi liat berita di TV bahwa ilmuwan bilang kalo monster - monster itu ternyata selama ini memiliki nama" Hegar berbicara kepada pria yang tengah berada di sampingnya.
"Siapa nama mereka?" Sebenarnya Renja ragu karena menanggapi pembahasan bodoh Hegar yang membuatnya tidak masuk akal.
"Agghhh zombie" Hegar berusaha membuat ekspresi wajah yang menakutkan, namun itu malah membuat pria yang di sebelahnya itu tertawa.
"Lu malah keliatan kaya leak tau ga" Renja sangat puas menertawakan Hegar.
***
-
-
-
-
-
-
-
--

***
KAMU SEDANG MEMBACA
the viruZ 7.8.10 [End]✓
Kinh dịsebuah virus yang entah dari mana datangnya menyerang beberapa negara, yang membuat seluruh dunia kesusahan akan menanganinya, terutama di negara yang 7 pemuda ini tempati. Mike, Jeano, Jimmy, Hegar, Renja, Cenzo dan Panji terjebak di Apartemen yang...