Suara misterius

303 27 0
                                    

----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-
-
-
-

***

Sore hari di Apartemen lantai 7, seorang pria sedang memperhatikan langit langit atap sambil tiduran di sofa, di iringi dengan alunan musik klasik.

" Wúliáo de (membosankan)" Cenzo menarik nafas dalam dalam dan memejamkan kedua matanya, seketika ucapan daddy nya yang di telfon terlintas di pikirannya begitu saja.

Radio tiba - tiba saja berbunyi dan Cenzo mendengarkan berita lewat radio itu, bahwa virus aneh sudah menyebar ke beberapa Negara termasuk Indonesia, namun belum menyebar ke semua Kota yang ada di Indonesia.

Cenzo hanya tertawa kecil mendengar berita itu, " 3 hari aja pasti tu virus ilang, lagi pula kedengarannya bukan virus bahaya "

Sepertinya Cenzo menyepelekan virus itu, bahkan ia tidak terlalu peduli jika Kota yang Cenzo tinggali sekarang terkena virus.

Di atas kamar Apartemen Cenzo tepat nya di kamar lantai 8 sangat berisik, seperti banyak barang barang berjatuhan, itu membuatnya risih dan agak sedikit takut. Di waktu yang pas Renja datang untuk menghampiri temannya itu dan anehnya suara tadi sudah menghilang seperti tidak terjadi apa - apa.

"Cen Lu kenapa ko ketakutan gitu?" Renja menghentikan langkahnya karna melihat Cenzo berdiam kaku.

"bukan apa - apa ko" Cenzo berusaha melupakan kejadian tadi.

"Eh, Ren kamar yang di atas Gue itu kan sebelahan sama kamar Lu ya?" Tanya Cenzo.

"Iya, emangnya kenapa Cen" ucap Renja dengan mulut penuh dengan Snack.

"Ren Emangnya di atas ada penghuninya ya?" Cenzo sengaja merendahkan suaranya, "setau gue di atas ada penghuninya tapi hari - hari ini jarang keluar, Gue juga gatau kenapa" Renja masih asik memakan Snack nya itu.

Di ruangan begitu hening, hanya terdengar suara Renja yang memakan snack, dan Cenzo ntahlah sepertinya dia masih memikirkan kejadian tadi.

"HAI FRIENDS".

suara Egar begitu keras, membuat seisi ruangan dipenuhi dengan suaranya.

"Aishh bisa ga sih kalo datang ketuk pintu dulu jangan langsung teriak!" gimana Cenzo ga kesel, dia lagi memikirkan hal yang menyeramkan tiba - tiba ada orang yang mengagetkan nya.

"Dimana - mana selalu ketemu anak ini!" Renja begitu kesal karena selalu bertemu dengan Hegar.

Di hidupnya Renja selalu beristighfar dimana pun ia berapa karena terlalu lelah dengan sikap yang Hegar tunjukkan.

"Renja imut, kamu ko ga ngajak aku sih kalo kesini" mendekati Renja.

"bisa ga sih Lu stop bilang gue Renja imut, geli tau ga!" bergeser agar tidak terlalu dekat dengan Hegar.

"Lu kan emang imut" Hegar memakan Snack yang di pegang Renja.

"Lu pada bisa ga sih, gausah berantem sehari aja" Cenzo begitu frustasi dengan tingkah kedua temannya itu.

Hegar tiba tiba saja teringat seseorang yang sudah lama ia tidak temui "Oh iya, ko Gue belum ketemu Mike ya?".

" Gue juga belum dapet kabar apa - apa sih dari Mike " Renja mengecek WhatsApp nya.

Temen macam apa mereka ini, bahkan Mike sahabat sendirinya pun tidak tau kalo dia sedang tertimpa musibah yang sangat fatal.

"Apa jangan - jangan Mike nikah diem - diem terus berusaha menjauh dari kita?" ucap Cenzo.

"emangnya kita semengerikan apa sampe Mike menjauh " tatap Renja sinis.

"GAK!, GAK MUNGKIN MIKE NIKAH SECEPAT INI. KALO PUN DIA NIKAH PASTI IZIN DULU SAMA GUE!"  lagi - lagi Cenzo dan Renja terkejut dengan suara Hegar yang secara tiba - tiba.

"HEH!, Emangnya Lo siapanya Mike sampe harus izin segala?!" ucap Renja dengan penuh emosinya.

Pertengkaran itu terhenti saat suara aneh yang Cenzo dengar tadi muncul lagi, namun kali ini Renja dan Hegar mendengarnya. Mereka saling bertatapan bingung satu sama lain.

"Lu denger suara itu kan?" Hegar memelankan suaranya.

"kita gaboleh takut, pokonya kita harus mengendap-endap keluarnya" ucap Hegar serius. Renja dan cenzo pun setuju dengan saran hegar.

"AAAAAAAAA" Hegar berteriak dan berlari mendahului Renja dan Cenzo

"Hegar sialan" ucap Renja

______&__&______


Anji menatap burung - burung terbang bebas di langit biru lewat balkon Apartemen nya, ia begitu senang melihat burung - burung itu terbang bebas dan bersenang-senang.

" Andai aja Gue punya sayap, mungkin itu akan sangat menyenangkan" Anji terus tersenyum sambil menatap burung - burung itu.

Anji mendengar teriakan Hegar dari lantai 7, padahal Anji berada di lantai 10 tapi teriakannya masih terdengar jelas, apalagi penghuni lantai 7 mungkin semua akan pada mendadak tuli.

"Mereka ini selalu saja membuat keributan" Ji kembali menatap langit - langit di balkonnya.

***

-
-
-
-
-

-

-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dunia itu memang tempatnya cape, dan kita memilih untuk tinggal di dalamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dunia itu memang tempatnya cape, dan kita memilih untuk tinggal di dalamnya. Maka jalani dan nikmati saja."

- panji laskar

the viruZ 7.8.10 [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang